Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI

SEKOLAH UMUM
(TK,SD,SMP,SMA/SMK)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah kebijakan pendidikan islam

Dosen Pengampu :
Oda Kinanta Banurea, M.P

DISUSUN OLEH :
ZAKIYAH KHAIRANI PASARIBU
(0301203206)
A. Kurikulum Pendidikan Islam Di Sekolah Umum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Curriculum awal-nya mempunyai pengertian a running course dan dalam bahasa
Perancis yakni courier yang berarti to run artinya berlari. Pengertian kurikulum yang demikian ini masih banyak dianut sampai
sekarang termasuk Indonesia. Secara modern kurikulum mempunyai pengertian tidak hanya sebatas mata pelajaran (course) tetapi
menyangkut pengalaman luar sekolah sebagia kecepatan pendidikan. Kurikulum dalam pengertian secara luas, yaitu meliputi keadaan
gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik,
masyarakat, para pendidik, dan personalia termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi, dan orang lain yang ada hubungannya
dengan murid-murid. Atas dasar beberapa pengertian di atas, maka kurikulum dapat diartikan sejumlah pengalaman siswa yang
direncanakan, diarahkan, dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah atau guru. Jadi kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar
mengajar. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi siswa pada hakekatnya adalah kurikulum.
Dalam dunia pendidikan Indonesia telah terjadi beberapa kali pergantian kurikulum sebagai inovasi dan penyesuaian terhadap
perubahan dan perkembangan zaman demi tercapainya tujuan ideal bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
tata pergaulan dunia yang sangat kompetitif. Kurikulum yang pertama sekali digunakan di sekolah-sekolah di Indonesia adalah
kurikulum tahun 1950, kemudian diganti dengan kurikulum 1958 yang dipergunakan sampai tahun 1964, yaitu pada waktu kurikulum
1964 mulai disusun dan dilaksanakan mulai tahun 1965. Kurikulum ini terus dipergunakan walaupun masih mengalami perubahan
sampai tersusunnya kurikulum 1968 dan mulai dipergunakan pada tahun 1969. Kurikulum 1968 merupakan kurikulum sekolah
terakhir yang disusun sebelum Repelita I. Dan kurikulum 1975 adalah kurikulum yang disusun pertama kali dalam periode era
pembangunan jangka panjang pertama, yaitu pada masa Repelita II. Kurikulum 1975 disusun sebagai koreksi terhadap kelemahan-
kelemahan kurikulum 1968, baik dilihat dari pengorganisasian materinya, pendekatan belajar mengajarnya, sarana prasarana, maupun
system pengelolaannya. Kurikulum tahun 1975 terus berlangsung sampai tahun 1984, yaitu pada waktu kurikulum 1984 disusun untuk
digunakan pada jenis sekolah tertentu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 dinyatakan bahwa
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat; pendidikan Agama, pendidikan Kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan dan muatan
lokal.24 Dalam Undang-Undang ini, pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib bagi jenjang pendidikan dasar dan ikut
menentukan naik tidaknya siswa ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 secara implisit menyatakan bahwa nilai pendidikan agama menentukan lulus tidaknya seorang peserta didik dari sebuah
lembaga pendidikan.
Dalam kerangka penerapan kurikulum PAI pada sekolah umum, para guru agama diperlukan mampu membaca “visi” sebuah
kurikulum, yakni ide-ide 5 pokok yang terkandung di dalam tujuan-tujuan kurikulum. Ide pokok tersebut dibentuk dari filsafat,
teori serta kebijakan-kebijakan formal yang melandasinya

B. Kelembagaan Pendidikan Islam di Sekolah Umum


Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi
yang bertujuan untuk mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. lembaga pendidikan Islam
adalah suatu wadah berlangsungnya penyelenggaraan pendidikan Islam dengan berbagai sarana, peraturan, dan penanggung jawab
pendidikan yang dijiwai oleh semangat ajaran dan nilai-nilai Islam dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran-ajaran Islam.
Tujuan pendidikan Islam digali dari nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Lembaga
pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia itu, mulai dari tahapan kognisi,
yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran Islam, untuk selanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yakni
terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa. Melalui tahapan efeksi diharapkan tumbuh motivasi
dalam diri siswa dan bergerak untuk mengamalkan dan ajaran Islam (tahap psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam
dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia.
Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati memberi pengertian tentang lembaga pendidikan tersebut diadakan di tempat
tertentu, teratur, sistimatis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan auran resmi yang telah ditetapkan. Gazalba memasukkan
lembaga pendidikan formal ini dalam jenis pendidikan sekunder, sementara pendidikannya adalah guru yang profesional.
Di Negara Republik Indonesia ada tiga lembaga pendidikan yang diindentikkan sebagai lembaga pendidikan Islam, yaitu :
pesantren, madrasah dan sekolah milik organisasi Islam setiap jenis dan jenjang yang ada.

C. Sumber Daya Guru


Peningkatan mutu guru sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan dengan mengacu pada
standar pendidik dan tenaga kependidikan mata pelajaran dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP). Untuk itu dilakukan
kegiatan-kegiatan penyediaan guru pendidikan agama Islam untuk satuan pendidikan peserta didik usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur formal dan non formal, serta informal.
Setidanya ada dua jalur/cara dalam rangka peningkatan kualitas kemampuan guru, pertama adanya jalur resmi
untuk mengikuti pendidikan S-1, kedua adanya rutinitas kegiatan-kegiatan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), atau pelatihan-pelatihan yang lain. Dari kedua jalur ini, diharapkan guru pendidikan agama Islam di sekolah
umum tidak berjalan begitu saja dengan kemampuan yang tidak meningkat. Umat Islam harus berpegang kepada suatu
kaidah yang menyatakan bahwa kalau hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka celaka. Kalau hari ini sama dengan hari
kemarin, maka rugi, dan kalau hari ini lebih bagus dari hari kemarin, maka beruntung. Oleh karenanya harus ada upaya-
upaya untuk terus menerus belajar minal mahdi ilal lahdi. Dalam salah satu hadits dinyatakan bahwa jadilah kalian orang
yang mengajar, atau jadilah orang-orang yang belajar atau kalau tidak kedua-duanya sekurang-kurangnya mendengarkan.
Janganlah jadi yang keempat yaitu tidak mengajar, tidak belajar, dan tidak mendengar. Untuk itu guru harus selalu
meningkatkan kualitas dirinya
D. Implementasi Pendidikan Islam Di Sekolah Umum
Berdasarkan pengamatan, dapat dikatakan bahwa aplikasi pendidikan agama Islam di sekolah (umum) kurang
maksimal. Hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi minimnya
praktik pendidikan agama di sekolah umum dapat berupa:
1. Timbulnya sikap orang tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah yang kurang menyadari pentingnya pendidikan
agama
2. Situasi lingkungan sekitar sekolah dipengaruhi godaan-godaan setan dalam berbagai macam bentuknya, seperti: judi
dan tontonan yang menyenangkan nafsu;
3. Dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang semakim melunturkan perasaan religius dan melebarkan
kesenjangan antara nilai tradisional dengan nilai rasional teknologis.

Sementara itu faktor internal yang menyebabkan pendidikan agama kurang maksimal di sekolah umum antara
lain:
1 . Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan, atau jabatan guru yang disandangnya hanya
merupakan pekerjaan alternatif terakhir, tampa ada rasa dedikasi sesuai tuntutan pendidikan
2.Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tampa berlanjut dalam situasi informal di luar kelas
3. Pendekatan metodologi guru masih terpaku pada orientasi tradisional sehingga tidak mampu menarik minat murid
pada pelajaran agama
4. Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar pijakan pengelolaan pendidikan agama dalam sistem
Pendidikan nasional, termasuk pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Deskripsi umum tentang mutu pendidikan agama Islam di sekolah umum belum memenuhi harapan dalam peningkatan
kualitas pendidikan agama Islam yang menjadikan agama sebagai benteng moral bangsa. Kondisi ini dipengaruhi sekurang-
kurangnya oleh tiga faktor, yaitu: pertama, sumber daya guru agama Islam; kedua, pelaksanaan pendidikan agama Islam; dan
ketiga, kegiatan evaluasi dan pengujian terkait pendidikan agama Islam di sekolah umum

E. Rekomendasi Kebijakan Pendidikan Islam Di Sekolah Umum

Pada awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia telah mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu: (1).
Sistem pendidikan dan pengajaran di sekolah umum yang sekuler, tak mengenal agama, warisan dari pemerintah Belanda yang
hanya dinikmati kalangan atas saja dan (2). Sistem pendidikan dan pengajaran yang tumbuh dan berkembang di kalangan Islam
sendiri dengan berbagai variasi pola pendidikannya yang berurat akar serta dinikmati kalangan bawah .
Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaan dan tengah menghadapi revolusi fisik, pemerintah Indonesia
sudah berbenah terutama dalam masalah pendidikan. Maka dibentuklah Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP
dan K) yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara. Kementrian PP dan K pada waktu itu memberikan instruksi umum kepada kepala
sekolah dan guru
Kesimpulan
Dinamika perkembangan pendidikan agama terus-menerus mendapat perhatian dari seluruh masyarakat
Indonesia, perhatian itu bukan saja datang dari kelompok masyarakat dan pemeluk agama saja tetapi juga dari pemerintah
sebagai penyelenggara pendidikan termasuk pendidikan agama dan keagamaan.
Respon dan perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah ini dibuktikan dengan banyaknya
undang- undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sejak Indonesia merdeka sampai sekarang yang
mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum. Dan peraturan perundang-undangan yang ada senantiasa
mengalami perkembangan ke arah yang positif sehingga pelaksanaan pendidikan agama di sekolah mengalami perbaikan
tahun demi tahun.
Perhatian terhadap pentingnya pendidikan agama semakin dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia ketika ajaran
agama mampu menangkis dan menggagalkan upaya sekelompok masyarakat Indonesia yang ingin mengubah dasar dan
haluan negara yang berlandaskan agama menjadi idiologi komunis yang anti agama. Undang-undang paling mutakhir
yang mengatur tentang pendidikan agama di sekolah adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang- undang ini dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Upaya mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia tidak
akan tercapai apabila mengabaikan peran pendidikan agama di sekolah, karena sebagian besar anak Indonesia usia
sekolah mengenyam pendidikan pada sekolah-sekolah umum (TK, SD, SMP, SMA).
TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai