Anda di halaman 1dari 4

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH


Oleh: Mukhammad Irwan Zuhdi & Arsyad Sayudi Ali
PAI Halaqoh Lirboyo A2
PENDAHULUAN
Ilmu agama Islam adalah salah satu ilmu yang penting bagi seorang muslim.
Hal ini karena kadar pengetahuan tentang ilmu agama dapat mempengaruhi kondisi
spiritual setiap individu. Sebagaimana kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual juga perlu dimiliki oleh seseorang. Maka bagi seorang
muslim mempelajari dan memahami ilmu agama dengan baik merupakan hal yang
harus wajib.
Sayangnya, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau
madrasah tidak jarang masih ditemukan berbagai permasalahan yang tentu saja
berdampak pada kurang maksimalnya kegiatan belajar siswa. Misalnya proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini masih sebatas sebagai
proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Mayoritas metode
pembelajaran agama Islam selama ini lebih ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa
kurang memahami manfaat dari materi Pendidikan Agama Islam yang telah dipelajari
sehingga kurang termotivasi untuk mempelajarinya.
Apalagi kenyataan di lapangan menunujukkan bahwa sebagian besar teknik
pengajaran yang diterapkan para guru cenderung monoton dan membosankan. Tidak
heran jika semangat siswa untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam cenderung
rendah. Pada gilirannya kondisi ini berdampak pada prestasi belajar sang siswa.
Dengan demikian untuk mengatasi persoalan tersebut perlu diterapkan suatu
cara alternatif mempelajari Pendidikan Agama Islam yang mampu mendongkrak
motivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif
yang bisa digunakan adalah dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Dalam
tulisan ini, penulis memberikan beberapa penjelasan sebagai bahan pertimbangan bagi
beberapa pihak, terutama bagi guru, bagaimana pembelajaran berbasis kontekstual
ketika diterapkan pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
ABSTRAKSI
Pembelajaran berbasis kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan. Artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung dengan kondisi terdekat peserta didik. Orientasi proses
belajar ini tidak hanya bertujuan agar siswa menerima pelajaran, tetapi lebih
menitikberatkan pada proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan
mengadakan pendekatan secara lansung dengan lingkungan sekitar dan fenomena atau
peristiwa alam, dan merekonsruksi pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru.
PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

1
Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa
apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Sehingga membuat mereka
memposisikan diri sendiri sebagai orang yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan berusaha untuk menggapainya.
Pada dasarnya, pembelajaran kontekstual bersumber pada pendekatan
kontriktivisme, yaitu proses mengkontruksi pengetahuan baru secara bermakna
melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransformasi informasi
kedalam situasi lain secara kontekstual.1 Sedangkan pendekatan kontekstual sendiri
berarti suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membantu peserta
didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi
maupun kultural.2 Sehingga peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta bentuk pemahaman yang dapat diaplikasikan kemudian ditransfer
dari konteks permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lainya.
Adapun komponen pembelajaran kontektual yang lainya yaitu; Inquiry
(menemukan), questioning (bertanya), learning comunity (masyarakat belajar),
modeling (pemodelan), reflection (refleksi), dan autentic assesment (penilaian yang
sebenarnya).3 Dengan semua komponen tersebut, pembelajran kontekstual dapat
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan Agama Islam berdasarkan
pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa laboratorium Pendidikan Agama
Islam adalah kehidupan itu sendiri atau peristiwa hidup dan kehidupan yang berada
dalam alam semesta ini. Termasuk dalam arena keluarga, sosioal, politik, ekonami,
budaya, IPTEK dan lingkungan sekitar.4 Karena pada dasarnya Pendidikan Agama
Islam merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau peserta didik dalam
mengembangkan pandangan hidup islami, bagaimana akan menalani hidup sesuai
dengan ajaran dan nilai-nilai islam.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah terdiri atas beberapa aspek dan
pada dasarnya dari beberapa aspek tersebur saling berkaitan dan melengkapi. Akan
tetapi dari setiap aspek tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Aspek-aspek
Pendidikan Agama Islam tersebut perlu dikembangkan dengan pendekatan
kontekstual dengan pemikiran sebagai berikut:
1. Aspek Keimanan/Aqidah
Masalah keimanan banyak menyentuk aspek metafisika yang bersifat abstrak
atau bahkan hal-hal yang bersifat suprarasional. Diantara cara untuk mengatasi
1
Hanafiah, Cucu Sahana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2009), 67.
2
Ibid. , 73.
3
Ibid. , 73-75.
4
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 263.

2
kesulitan pembelajaran masalah Aqidah tersebut adalah dengan jalan mengemangkan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui
pendekatan ini, peserta didik diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam
sekitar dan juga fenomena sosial, psikologi dan budaya. Serta seseorang yang
mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap ajaran islam. Dari sini, akan terjadi
proses internalisasi nilai-nilai agama dan menumbuhkan motivasi seseoarang dalam
menjalankan dan menataati nilai-nilai agama.
2. Aspek Al-Qur’an dan Hadist
Dalam pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist ada beberapa makna yang bersifat
tidak pasti (relatif). Karena masih terbuka kemungkinan makna lain, sehingga
membuka peluang untuk pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan pendekatan kontekstual. Misalnya kandungan ayat Al-qur’an dan Hadits yang
bisa diaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Aspek Fiqh
Penerapan pembelajaran fiqh lebih bersifat kontekstual, karena
perkembangannya lebih dipengaruhi dengan situasi dan kondisi, sejalan dengan
tuntutan zaman dan kemaslahatan. Tentunya hal ini tidak lepas dari kehidupan nyata
dan kehidupan masyarakan saat ini.
4. Aspek Akhlaq
Kesadaran melakukan sesuatu adalah kesadaran dimana manusia akan
mendapatkan akibatnya baik ataupun buruk. Agar kesadaran tersebut dapat dimiliki
oleh peserta didik, maka perlu dikembangkan pembelajaran akhlaq bebasis
kontekstual. Terapanya dengan teknik peneladanan, pembiasaan dan pemotivasian.
5. Aspek Sejarah Islam
Sejarah dalam filosofinya adalah tinjauan terhadap peristiwa-peristiwa historis
secara filosofi untuk mengendalikan perjalanan histori tersebut untuk menetapkan
sesuatu dari generasi ke generasi. Dapat ditegaskan pelajaran sejarah akan kering jika
guru hanya menceritakan sejarah atau peristiwa-peristiwanya, sebaliknya pelaajran
sejarah akan menarik jika guru bukan hanya menekankan pada peristiwa secara
tekstual, tetapi perlu dikaitkan dengan konteksnya yang bisa ditarik pelajaran-
pelajaran yang berharga bagi pembinaan peserta didik.
Disamping itu, secara umum kelebihan pendekatan atau pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Sedangkan kelemahanya guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang

3
sebagai individu yang sedang berkembang. Akan tetapi, peran guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.5
Dan salain itu, pembelajaran kontekstual membutuhkan waktu dan proses yang cukup
lama.6 Sehingga terkadang guru sukar untuk mengimpelementasikan.
Keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual perlu melibatkan berbagai
pihak. Dalam hal ini, supaya pihak sekolah dan masyarakat memiliki kesadaran akan
pentingnya beberapa hal, yaitu:sumber belajar tidak hanya berasal dari buku dan guru,
melainkan juga dari lingkungan sekitar baik di rumah maupun di masyarakat; strategi
pembelajaran kontekstual memiliki banyak variasi sehingga memungkinkan guru
untuk
mengembangkan model pembelajaran yang berbeda dengan variasi yang lain; pihak
sekolah dan masyarakat perlu memberikan dukungan baik materiil maupun non-
materiil untuk menunjang keberhasilan proses belajar siswa.
KESIMPULAN
Salah satu metode yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran secara
kontekstual
berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan
hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman dan
pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas
merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta
beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat. Karena
karakter kontekstual sesuai dengan sifat pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
orientasi materinya berkaitan dengan masalah kehidupan, sosial, ekonomi, politok,
budaya, dan IPTEK.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Cucu Sahana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama,
2009.
Made, Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual
Operasional, Cet I, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

5
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Cet I,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 76.
6
Ibid. , 77.

Anda mungkin juga menyukai