Anda di halaman 1dari 6

RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN FIQH DENGAN MATERI FIQH

BERORIENTASI DENGAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Oleh: Riski Melinda Sari Nasution dan Masithoh Hasibuan

ABSTRAK
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang membahas tentang segala usaha seorang guru yang
sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran dengan
berbagai aktivitas baik itu di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi tersusun unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari anak didik, guru dan tenaga lainnya. Material
meliputi buku-buku, film, audio, dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual, dan juga komputer.1
Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan
hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat
maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.

Kata kunci:

Metodologi; pembelajaran; fiqh; materi; kurikulum 2013;

Learning methodology is a science that discusses all the efforts of a teacher who is systematic and
pragmatic to achieve the goals of education through the learning process with various activities both
within the school environment and outside the school environment.
Learning is a combination of elements of human, material, facilities, equipment and procedures
that influence each other in achieving learning objectives. Humans involved in the learning system
consist of students, teachers and other personnel. Material includes books, films, audio, and others.
Facilities and equipment consist of classrooms, audio-visual equipment, and also computers.
Jurisprudence is one of the fields of science in Islamic law which specifically addresses legal
issues that regulate various aspects of human life, both personal life, community life and human life
with God.2
Keywords
Methodology; learning; jurisprudence; materials; curriculum 2013;

A. Pendahuluan
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan telah mengalami berbagai perubahan dan
perbaikan kebijakan kurikulum. Dalam sejarah kurikulum di Indonesia paling tidak
telah mengalami sebelas kali dinamika perubahan. Dimulai dari masa prakemerdekaan
dengan bentuk yang sangat sederhana, dan masa kemerdekaan yang terus menerus
disempurnakan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006, dan tahun 2013. Berbagai kebijakan perubahan kurikulum tersebut didasarkan
pada hasil analisis, evaluasi, prediksi dan berbagai tantangan yang dihadapi baik
internal maupun eksternal yang terus berubah. Dalam konteks ini kurikulum sebagai
produk kebijakan bersifat dinamis, kontekstual, dan relatif. Dinamis sebab terus
berkembang dan disesuaikan dengan perkembangan zaman serta terbuka terhadap
1
Ahmad, Metodologi Pengajaran Islam, Vol. 1, No.6, 1996, hlm. 28.
2
Asfiati, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pada Pengembangan
Kurikulum 2013, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2014), hlm. 110.

1
kritik. Kontekstual karena sangat dibutuhkan dan didasarkan pada konteks zamannya,
dan relatif sebab kebijakan kurikulum yang dihasilkan dipandang bagus atau sempurna
pada zamannya, dan akan menjadi tidak relevan pada zaman-zaman berikutnya. Oleh
karenanya prinsip dasar dalam kebijakan kurikulum adalah change and continuity yaitu
perubahan yang dilakukan secara terus menerus. 3
B. Kajian Teori
1. Pengertian Relevansi Metodologi Pembelajaran Fiqh
Relevan adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan atau yang saling berhubungan,
relevansi dapat juga diartikan sebagai hubungan dua hal yang saling terikat. Contohnya
antara suami dan istri ataupun pertalian antara keluarga dan pertemanan. Secara umum
konsep relevansi adalah bagaimana cara kita saat menghubungkan konsep satu tofik
dengan konsep yang lainnya dengan cara bersamaan mempertimbangkan satu sama lain.
Kata “metodologi” berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara, dan
dalam bahasa Inggris ditulis method yang berarti jalan atau cara dan logos yang berarti
ilmu. Dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang berhubungan
dengan metode, jalan atau cara, peraturan, atau kaidah yang diikuti dalam ilmu
pengetahuan.
Salah satu masalah utama yang melanda dunia pendidikan islam di negeri ini
adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pendidikan, kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan pokok dan sangat menentukan. Tercapai dan tidaknya tujuan
pendidikan sangat bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang dijalani oleh
peserta didik. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih cara mengajar yang baik
dengan menggunakan model dan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan peserta didik (U Hasanah, 2017).4
Sejauh ini proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan, terutama lembaga
pendidikan islam di Indonesia dianggap oleh banyak pihak masih menggunakan sistem
belajar konvensional. Dikatakan konvensional karena masih setia menggunakan cara-
cara tradisional. Dalam paradigma pembelajaran konvensional anak dipandang sebagai
obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan guru
adalah pemegang peranan utama dalam pembelajaran. Ivor K. Davis, sebagaimana
dikutip Rusman, mengemukakan bahwa salah satu hal yang sering dilupakan adalah
bahwa hakikat pembelajaran adalah bagaimana peserta didik belajar, bukan bagaimana
guru mengajar. (Rusman, 2010) .
Pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah dipandang sebagai mata pelajaran yang
memegang peranan penting dalam membentuk umat Islam yang baik sesuai dengan
syariat Islam, fisafah bangsa, dan konstitusi Negara Republik Indonesia. Pelajaran fiqih
di Madrasah Ibtidaiyah tentunya tidak mengkhususkan pada salah bidang dari
pembagian tersebut akan tetapi pembahasannya telah disesuaikan dengan kebutuhn
siswa dan apa yang dialami dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 5
Pembelajaran yang berfokus pada penguasaan materi memang terbukti berhasil
dalam urusan mengingat atau memori jangka pendek, tetapi sayangnya pembelajaran
3
Imam Machali, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas
Tahun 2045, Vol. 3, No. 1, Juni 2014, hlm. 72.
4
Fathur Rahman, Pengembangan Fiqh Berbasis Masalah melalui Kegiatan Musyawarah di
Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, Vol. 8, No. II, 2017, hlm. 180
5
Nurdyansyah, Riska Sugiarto, Pandi Rais, Pengembangan Buku Ajar Berbasis Majalah Anak
Materi Wudlu Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa, Halaqa: Islamic Education Journal, 2 (2),
Desember 2018, hlm. 204.

2
macam ini gagal membekali kemampuan pemecahan masalah kepada peserta didik
untuk jangka panjang. (Amri, Sofan & Ahmadi, 2010) Jika proses pembelajaran hanya
melatih peserta didik untuk menghafal atau mengerjakan tes tertulis saja, maka
kemampuan peserta didik hanya terbatas pada kemampuan kognitif saja, yaitu
menghafal dan mengingat.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap
kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan
mengolah pikirannya, sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan.
Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya, sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. 6 Untuk dapat menghadapi
permasalahan kehidupan seharihari, peserta didik dalam proses belajarnya harus dilatih
untuk terbiasa menghadapi masalah-masalah riil yang ada di sekitarnya. character
building dan basic personality anak, maka harus melalui penanaman disiplin yang
tinggi, agar anak memiliki kekuatan jiwa, atau mental yang tinggi, tidak mudah
menyerah dengan keadaan. Dan anak dilatih untuk taat terhadap hukum yang berlaku,
anak dididik mengenal reward and punishment (ganjaran dan hukuman), agar anak
memiliki tanggung jawab terhadap apa saja yang ia kerjakan dan lakukan, baik dalam
bentuk ucapan atau perbuatan.(Sada, 2015).

Apabila, ditinjau dari aspek metodologis, proses pembelajaran fiqih yang


berlangsung hingga sekarang masih banyak top down dan membawakan kebenaran
agama dari atas sehingga kurang menghiraukan kenyataan-kenyataan yang unit dan
melibatkan dengan kebutuhan keseharian. Proses belajar mengajar akan berjalan
dengan baik apabila metode yang digunakan guru betul-betul tepat, karena antara
pendidik dengan metode saling berkaitan. Pendidikan adalah usaha untuk
membentuk manusia. Di sini guru sangat berperan dalam membimbing anak didik ke
arah terbentuknya pribadi yang diinginkan.7

Guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah
ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen yaitu:8

1. Kompetensi pedagogik , yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran


secara luas dan mendalam

2. Kompetensi kepribadian, yaitu merupakan kemampuan kepribadian

3. Kompetensi profesional, yaitu merupakan kemampuan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam

6
Fitri Oviyanti, Inovasi Pembelajaran PAI dengan Pengembangan Model Contructuvism
Pada Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, Vol. XVIII, No. 01, Edisi Juni 2013, hlm. 111.
7
Firdaus, Efektifitas Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Fiqh di MTS dan MA, Volume
04 No. 07. Juni-Nopember 2016, hlm. 98.
8
Asfiati, Membangun Profesionalisme Guru Yang Humanis Dalam Menyambut
Kurikulum Nasional, Vol. 08 No.02 Juli 2016, hlm. 45.

3
4. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat.

Memunculkan adanya kompetensi dan mau berkompetensi merupakan langkah


awal guru dalam melabelisasi predikat guru profesional. Guru profesional selayaknya
memahami bidang keprofesionalannya, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Dalam hal
ini yang hendak dicapai adalah kondisi, arah, nilai, tujuan daan kualitas suatu keahlian
dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.10 Kondisi guru yang
mempunyai aktivitas yang dinamis menjadikan guru selayaknya memahami setiap
aktivitas dan dedikasi sehingga semua konsumen pendidikan merasakan adanya saling
tanggung jawab dalam menjalankan kondisi yang ada. Guru profesional menyikapi
setiap sudut kondisi yang dilewatinya agar setiap sekitarnya merasakan adanya
kemampuan mensyukuri setiap kondisi yang ada. Dengan demikian arah dari setiap
kondisi untuk kemanfaatan sesama tercapai. Tujuan dalam menikmati kenyamanan dan
kebermaknaan terus dirasakan. Kondisi yang sesuai, arah yang terprogram, nilai yang
terukur serta tujuan yang terpenuhi merupakan indikator dari kualitas keahlian dan
kewenangan seseorang. Demikian halnya dengan profesionalisme guru. Profesionalisme
guru yang diharapkan dan dituju adalah profesionalisme yang humanis.
Profesionalisme guru yang meningkatkan pendidikan di masyarakat.

C. Materi Fiqh

Ilmu fiqh dipilih, karena Ilmu fiqh merupakan salah satu dari ilmu-ilmu keislaman
(al-’Ulum al-Syar’iyah) yang sangat dominan dalam kehidupan umat Islam, Ilmu fiqh
pada dasarnya adalah penjabaran secara faktual dan detail tetang nilai-nilai ajaran Islam
yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah, yang digali terus menerus oleh para ahli
yang menguasai hukum-hukumnya dan mengenal baik perkembangan, kebutuhan, serta
kemaslahatan umat dan lingkungannya dalam bingkai ruang dan waktu yang
meliputinya. Dengan demikian, fiqh merupakan rumusan aplikatif hukum Islam yang
diformulasikan sebagai sekumpulan aturan keagamaan yang mengatur kehidupan kaum
muslimin dalam segala aspeknya, baik yang bersifat individual maupun kolektif.
Karakteristiknya yang serba mencakup inilah, yang menempatkannya pada posisi
penting dalam pandangan umat Islam. Bahkan sejak awal hukum Islam telah dianggap
sebagai pengetahuan par exellence –suatu posisi yang belum pernah dicapai teologi.
Itulah sebabnya para orientalis dan Islamisis Barat menilai bahwa “adalah mustahil
memahami Islam tanpa memahami hukum Islam”.9

Sebagaimana difahami bahwa materi fiqh berisikan ketentuan-ketentuan untuk


mengelola keseluruhan aktivitas manusia, mulai dari persoalan ritual murni (purely
religious rites) sampai pada masalah-masalah profan, baik sosial, politik, ekonomi,
budaya maupun persoalan-persoalan kontemporer, termasuk isu krisis lingkungan yang
mengancam eksistensi ekosistem. Hanya saja pembagian materi fiqh menjadi berbagai
bidang tersebut tidak pernah mengemuka dalam diskursus hukum Islam. Selama ini fiqh
selalu dipandang sebagai sebuah kesatuan, karena pada masa kodifikasi fiqh era klasik
dan pertengahan memang tidak melakukan diferensiasi terhadap aspek ritual dan
propan, serta masih berada dalam lingkup peradaban yang sederhana. 10
9
Muhammad Harfin Zuhdi, Rekonstruktif Fiqh Al-Bid’ah Berbasis Maslahah: Solusi Islam
Terhadap Krisis Lingkungan, Vol. 4, No. 1, Juni 2015, hlm. 45.
10
Ibid., hlm. 46.

4
Manajemen untuk implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai suatu proses me-
ngelola (managing)semua sumber daya pendidikan,baik individu, kelompok, maupun
sumber daya lainnya yang memungkinkan terjadi proses deliverytujuan dan isi
kurikulum ke dalam proses pembelajaran di sekolah. Implementasi kurikulum
memerlukan suatu proses manajemen yang kuat dan baik. Implementasi kurikulum da-
pat dilihat sebagai suatu proses penerapan gagasan, ide, tujuan,dan keseluruhan program
yang termuat di dalam suatu kurikulum.11

D. Kesimpulan
Relevan adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan atau yang saling berhubungan,
relevansi dapat juga diartikan sebagai hubungan dua hal yang saling terikat. Contohnya
antara suami dan istri ataupun pertalian antara keluarga dan pertemanan. Secara umum
konsep relevansi adalah bagaimana cara kita saat menghubungkan konsep satu tofik
dengan konsep yang lainnya dengan cara bersamaan mempertimbangkan satu sama lain.
Kata “metodologi” berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara, dan dalam
bahasa Inggris ditulis method yang berarti jalan atau cara dan logos yang berarti ilmu.
Dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan
metode, jalan atau cara, peraturan, atau kaidah yang diikuti dalam ilmu pengetahuan.
Sebagaimana difahami bahwa materi fiqh berisikan ketentuan-ketentuan untuk
mengelola keseluruhan aktivitas manusia, mulai dari persoalan ritual murni (purely
religious rites) sampai pada masalah-masalah profan, baik sosial, politik, ekonomi,
budaya maupun persoalan-persoalan kontemporer, termasuk isu krisis lingkungan yang
mengancam eksistensi ekosistem. Hanya saja pembagian materi fiqh menjadi berbagai
bidang tersebut tidak pernah mengemuka dalam diskursus hukum Islam. Implementasi
kurikulum memerlukan suatu proses manajemen yang kuat dan baik. Implementasi
kurikulum da-pat dilihat sebagai suatu proses penerapan gagasan, ide, tujuan,dan
keseluruhan program yang termuat di dalam suatu kurikulum.

E. Daftar Pustaka
Ahmad, Metodologi Pengajaran Islam, Vol. 1, No.6, 1996.

Asfiati, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi Pada


Pengembangan Kurikulum 2013, Bandung: Cita Pustaka Media, 2014.

Asfiati, Membangun Profesionalisme Guru Yang Humanis Dalam Menyambut


Kurikulum Nasional, Vol. 08 No.02 Juli 2016.

Adolfien Katuuk, Deitje, Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan


Implementasi Kurikulum 2013, Th. XXXIII, No.1, Februari 2014.

Harfin Zuhdi, Muhammad, Rekonstruktif Fiqh Al-Bid’ah Berbasis Maslahah: Solusi


Islam Terhadap Krisis Lingkungan, Vol. 4, No. 1, Juni 2015.

Firdaus, Efektifitas Metode Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Fiqh di MTS dan MA,
Volume 04 No. 07. Juni-Nopember 2016.

11
Deitje Adolfien Katuuk, Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan
Implementasi Kurikulum 2013, Th. XXXIII, No.1, Februari 2014, hlm. 16.

5
Oviyanti, Fitri, Inovasi Pembelajaran PAI dengan Pengembangan Model Contructuvism Pada
Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, Vol. XVIII, No. 01, Edisi Juni 2013.

Nurdyansyah, Riska Sugiarto, Pandi Rais, Pengembangan Buku Ajar Berbasis Majalah
Anak Materi Wudlu Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa, Halaqa: Islamic
Education Journal, 2 (2), Desember 2018.

Rahman, Fathur, Pengembangan Fiqh Berbasis Masalah melalui Kegiatan


Musyawarah di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, Vol. 8, No. II, 2017.

Machali, Imam, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia


Emas Tahun 2045, Vol. 3, No. 1, Juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai