Anda di halaman 1dari 17

El-HiKMAH, Vol. 9, No.

1, Juni 2015, 43-59 ISSN: 2086-3594

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Abdul Latif

Abstrak: Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas


bagaiman seorang guru mengemas perangkat pembelajarannya,
karena yang sangat mempengaruhi dan menentukan berhasil
tidaknya pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru
tergantung bagaimana menerapkan pendekatan yang dapat
menunjang strategi, metode, dan kesesuaian materi yang akan
diajarkan. Artikel ini membahas secara analisis deskriptif tentang
Pendekatan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan
merumuskan permasalahan. Bagaimana jenis pendekatan yang
dilaksanakan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Adapun hasil yang didapatkan, dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam proses pembelajaran, guru dapat memberi
pengalaman yang berarti melalui proses pembelajaran yang
berbasis masalah, penemuan (inquiri), independent learning,
learning community, proses refleksi, dan pemodelan. Pendekatan
lain yang harus diperhatikan adalah aspek sains, filosofis dan
religious. Kesemuanya dipadu dengan pendekatan spesifik dalam
proses pembelajaran PAI menurut dasar-dasar keislaman yaitu
pendekatan pembiasaan, emosional, rasional, fungsional,
pengalaman dan keteladanan. sehingga dari proses tersebut anak
didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agam Islam.

Kata Kunci: pendekatan pembelajaran PAI, pembelajaran


berbasis masalah, inquiri, independent learning, learning community,
proses refleksi, dan pemodelan.

Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI STAI


Al-Gazali Bone. email: faizlatif739@gmail.com

43
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

Pendahuluan

B erkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia


maka yang perlu dikaji lebih lanjut ialah peran pendidikan
agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun
2003 bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu
agama. Pendidikan keagamaan merupakan salah satu bahan kajian
dalam semua kurikulum pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
TK sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Agama merupakan salah
satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta didik bersama
dengan Pendidikan Kewarganegaraan dan yang lainnya.
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya
Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah
bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan
hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi
bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman,
taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan
agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan
tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki
keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa
dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan
dalam posisi apapun dimana nantinya bekerja. Maka saat ini yang
mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh
para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu dalam proses pembelajarannya. Salah satu
usaha pengembangan pendekatan dan metode-metode
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agama Islam,
dengan memotivasi anak didik untuk mengamalkannya dan
sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang
berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik
yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak
ada perbedaan dalam segala hal. Maka penting untuk meluruskan

44
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk


itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak
didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga
diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan suatu kejelian
dan keprofesionalan pendidik untuk menentukan pendekatan yang
akan dilakukan dalam proses mengajar, pendidik harus dapat
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana agar dapat
tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan karena pandangan
guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan
anak didik. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan
yang sama dalam hal mendidik. Hal inilah yang dapat memunculkan
penggunaan beberapa pendekatan dalam proses pembelajaran.

Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran (instruction) ialah proses atau upaya
yang dilakukan seseorang (misal guru) agar orang lain (dalam hal ini
murid) melakukan belajar. Jadi, belajar tidak indetik dengan belajar
sebagaimana yang dipahami sebagian orang selama ini. Sebaliknya
pembelajaran amat mirip kalau tidak persis-dengan proses
mengajar belajar (the teaching-learning process) dalam arti di satu sisi
guru mengajarkan atau menyajikan materi sedangkan murid belajar
atau menyerap materi tersebut dalam situasi interaksi edukatif
(Muhibbinsyah, 2010:215).
Pendekatan juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang
berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri
serta strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127).
Pendekatan atau Approach dalam bahasa Inggris diartikan
sebagai came near (menghampiri), go to (jalan ke) dan way path
dengan (arti jalan). Dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa
approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.

45
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

M Habib Thaha mendefiniskan pendekatan adalah cara


pemrosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan. Pendekatan
ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan,
dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas
(Ramayulis, 2005:127). Sedangkan Oteng Sutisna (1983:35-36) lebih
praktis dalam memahami pengertian pendekatan. Pendekatan
adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan
mengerjakan sesuatu. Yang pertama disebut dengan pendekatan
pengertian tugas dan yang kedua adalah pendekatan dalam
pengertian proses.
Penggunaan istilah pendekatan memiliki arti yang berbeda-
beda tergantung kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral
perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan dikembangkan.
Dalam konteks belajar, approach dipahami sebagai segala cara atau
strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang efesiensi
dan efektifitas dalam proses pembelajaran tertentu. Dengan
demikian sesungguhnya approach adalah seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan
masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Pendekatan dalam Pendidikan Islam


1. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun
pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan
muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta
didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak
hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah
dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang
sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas nantinya. CTL
disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

46
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota


masyarakat.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John
Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar
dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah
diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di
sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang
tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis
data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu
maupun kelompok (Badruzaman, 2006).
Jawahir (2005), mengemukakan bahwa guru PAI dapat
menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut, yaitu:
a. Memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat
melayani perbedaan individual siswa.
b. Lebih mengaktifkan siswa dan guru.
c. Mendorong berkembangnya kemampuan baru.
d. Menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan
lingkungan masyarakat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan para guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengimplementasikan pendekatan kontestual :

a) Pembelajaran Berbasis Masalah


Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah
mengobservasi suatu fenomena, misalnya: (a) Menyuruh siswa
untuk menonton VCD tentang kejadian manusia, rahasia Ilahi,
Takdir Ilahi, tentang Alam Akhirat, azab Ilahi, dan sebagainya; (b)
Menyuruh siswa untuk melaksanakan shaum pada hari senin dan
kamis, membayar zakat ke BAZ, mengikuti sholat berjamaah di
masjid, mengikuti ibadah qurban, menyantuni fakir miskin.
Langkah kedua yang dilakukan oleh guru adalah memerintahkan
siswa untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul.
Setelah menonton VCD atau mendengarkan kisah-kisah Al
Qur`an, siswa diharuskan membuat catatan tentang pengalaman
yang mereka alami, melalui diskusi dengan teman-temannya.

47
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

Setelah mengamati dan melakukan aktivitas keagamaan siswa


diwajibkan untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang
muncul serta mereka dapat mengungkapkan perasaannya kemudian
mendiskusikan dengan teman sekelasnya.
Langkah ketiga tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah
merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan
permasalahan yang ada.
Langkah keempat guru diharapkan mampu untuk memotivasi
siswa agar mereka berani bertanya, membuktikan asumsi dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dengan mereka.

b) Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk Memperoleh Pengalaman


Belajar
Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan konteks lingkungan siswa,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan penugasan kepada siswa di luar
kelas. Misalnya mengikuti sholat berjamaah, mengikuti sholat
jum`at, mengikuti kegiatan ibadah qurban dan berkunjung ke
pesantren untuk mewawancarai santri atau ustadz yang berada di
pesantren tersebut. Siswa diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung dari kegiatan yang mereka lakukan mengenai
materi yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.

Memberikan Aktivitas Kelompok


Di dalam kelas guru PAI diharapkan dapat melakukan proses
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar.
Siswa di bagi kedalam beberapa kelompok yang heterogen.
Aktivitas pembelajaran kelompok dapat memperluas perspektif dan
dapat membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan
dengan orang lain.

48
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

Membuat Aktivitas Belajar Mandiri


Melalui aktivitas ini peserta didik mampu mencari, menganalisis
dan menggunakan informasi sendiri dengan sedikit bantuan atau
bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa
harus lebih memperhatikan bagaimana mereka memproses
informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan
menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman
pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji-coba terlebih dahulu;
menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta
berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan
proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).

Menyusun Refleksi
Dalam melakukan refleksi, misalnya ketika pelajaran berakhir
siswa merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka peroleh
dari pelajaran tentang sholat berjama`ah.
Melalui pembelajaran ini, siswa menjadi lebih responsif dalam
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan di kehidupan nyata
sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar
(https://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/pendekatan-ctl-
dalam-pembelajaran-pendidikan-agama-islam/)

2. Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk
menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan
dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara
kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat,
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu
pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail
dan mendalam.
Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains
pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya,
seperti:

49
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

a. Sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai


aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji
faktor-faktor sosial dalam pendidikan.
b. Psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan
perkembangan individu dalam belajar.
c. Administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk
mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya
agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
d. Teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek
metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien.
e. Evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai
aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
f. Bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan
sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi,
teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak
cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin
berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

3. Pendekatan filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan
metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan
semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan
akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih
mendalam, yang tidak terbatas oleh pengala-man inderawi maupun
fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.
Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan
yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai
pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan

50
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-


cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu
perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan
melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh
tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga
model:
a. Model filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis
tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-
spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada
di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan
intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan
menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan
keseluruhan pengalaman.
b. Model filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu
ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang
perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang
disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai
suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya
merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks
pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang
perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
c. Model filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-
kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa,
menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan
menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan
cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam
sistem berfikir. (Sadullah, 1994; http://ululazmi-
zabaz.blogspot.co.id/2011/03/pendekatan-dalam-
pendidikan-islam_25.html )
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme,
materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi
aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian
menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran
filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami

51
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-


konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan
tujuan dan kebijakan pendidikan.

4. Pendekatan Religius
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-
teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran
agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang
kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan
tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains
maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya
kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah
keimanan. Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu
terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru
kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (2000),
mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis
dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis
Rasulullah Saw sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan
untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan
dengan kedua sumber utamanya (Al-Quran dan Hadis), yang
memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori
pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan
manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenaran-nya
(http://ululazmi-zabaz.blogspot.co.id/2011/03/pendekatan-
dalam-pendidikan-islam_25.html).
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka
untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh
kiranya tidak bisa hanya dengan menggu-nakan satu pendekatan
saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan
memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan
memliki hubungan komple-menter, saling melengkapi antara satu
dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut
pendekatan multidisipliner

52
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

Dalam proses perencanaan pembelajaran terkandung juga


kegiatan pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru
terhadap peserta didik, karena pendekatan sangat menentukan
interaksi antara guru dan siswa. Pendekatan yang dapat digunakan
secara garis besar adalah:
a. Pendekatan imposisi atau ekspositoris yaitu pendekatan
dengan ciri guru menyam-paikan materi pembelajaran dengan
penuturan atau dengan melontarkan (ekspositoris) materi
pembelajaran. Metode ini berkembang dari fakta empiris yang
menyatakan bahwa manusia pada mulanya tidak memiliki ide
atau pengetahuan apa-apa sebagaimana yang dikembangkan
oleh John Locke dengan filosofi "Tabula Rasa" lalu guru
bertindak sebagai supliyer ilmu kepada siswa.
b. Pendekatan Teknologis yaitu pembelajaran dengan
menggunakan perangkat (wares), baik berupa perangkat benda
atau perangkat keras (hardware), misalnya Radio, Televisi, atau
komputer dan perangkat program (software).
c. Pendekatan Personalisasi yaitu pembelajaran dengan
meengarahkan pada siswa untuk menentukan apa yang ingin
dipelajari, sehingga yang bersangkutan mempertahankan
keunggulan yang semula sudan dimiliki dan
mengembangkannya sesuai dengan dasar-dasar yang sudah
dimiliki. Dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan pada
prinsip saling membutuhkan, aktif dan jiwa kemandirian.
Proses pembelajaran dengan pendekatan personalisasi
didasarkan pada filosofi progresifistis yang berpandangan
bahwa manusia pada asalnya adalah baik dan aktif.
d. Pendekatan Interaksional yaitu proses pembelajaran dengan
pola terjadinya interaksi yang seimbang antara guru dan siswa.
Guru aktif dalam memberi rangsangan maupun jawaban,
demikian juga siswa. Guru senantiasa melemparkan
permasalahan yang terformat dalam media pembelajaran,
sehingga siswa terlatih kemampuannya untuk memecahkan
masalah melalui penggunaan argumentasi verbal.

53
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

e. Pendekatan konstruktivis yaitu proses pembelajaran dimana


siswa melakukan preposisi yang sederhana dengan
mengkonstruk pengertian terhadap dunia tempatnya hidup.
Manusia membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
f. Pendekatan Inquiri adalah pemberian mateeri pembelajaran
pada siswa untuk menangani permasalaha yang mereka hadapi
ketika berhadapan dengan dunia nyata melalui proses
penelitian. Siswa sebagai peneliti, maka ia harus melakukan
prosedur mengenali permasalahan, menjawab pertanyaan,
melakukan research dan investigasi dan menyiapkan kerangka
berfikir, hipotesis, dan penjelasan kompatibel dengan
pengalaman pada dunia nyata.
g. Pendekatan Pemecahan Masalah yaitu pembelajaran dengan
titik tekan untuk mengembangkan higher order thinking skills
(kerangka ketrampilan berfikir tingkat tinggi) melaui proses
solving atau pemecahan masalah. Pendekatan Pemecahan
Masalah akan merangsang siswa mampu menjadi:
1) Eksplorer (mencari penemuan baru)
2) Inventor (mengembankan gagasan/ide dan pengujian baru
yang inovatif
3) Desainer (mengkreasi rencana dan model baru)
4) Desicion maker (pengambil keputusan-melatih menetapkan
pilihan yang bijaksana).
5) Komunikator (mengembangkan metode-teknik bertukar
pemikiran dan berinteraksi) (Sumiati dan Asra, 2008: 43-
49)
Dalam perspektif pembelajaran Qur'ani-ditemukan beberapa
pola atau model pendekatan yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah:
a. Pendekatan Pengalaman yaitu pemberian pengalaman
keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman
nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun
kelompok. Pengalaman adalah suatu hal yang sangat berharga
dalam kehidupan manusia. Syaiful Bachri Djamrah

54
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

menjelaskan bahwa pengalaman adalah guru tanpa jiwa,


namun selalu dicari oleh siapapun juga (Djamrah dan Zain,
1997:70).
Metode mengajar yang dapat dipakai dalam pendekatan
pengalaman, diantaranya adalah metode eksperimen
(percobaan), metode drill (latihan), metode sosiodrama dan
bermain peran, dan metode pemberian tugas belajar dan
resitasi dan lain sebagainya.
b. Pendekatan Pembiasaan. Pendekatan ini dimaksudkan agar
seseorang memiliki kebiasaan berbuat hal-hal yang baik sesuai
dengan ajaran agama Islam. Edi Suardi dalam bukunya,
Pedagogik 2 (t.th.:123), menjelaskan bahwa kebiasaan itu
adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis,
tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa
dipikir lagi. Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu
yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu
dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan
pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik
terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individu
maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari
(Djamrah dan Zain, 1997:70).
Sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan
merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan
nilainilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam
dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam
kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja
dan dewasa.4 Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan
dengan sabda Rasulullah Saw yang artinya:
Dari Umar bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya berkata
Rasulullah saw bersabda: Suruhlah anak-anak kalian untuk
melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun; dan
pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka
berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.
(HR. Abu Dawud).

55
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

c. Pendekatan Emosional. Emosi adalah gejala kejiwaan yang


ada dalam diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan
dengan masalah perasaan, karena itu pendekatan emosional
merupakan usaha untuk mengubah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat
merasakan mana yang baik dan yang buruk (Ramayulis,
1994:129). Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat
merasakan sesuatu; baik perasaan jasmaniah, maupun
perasaan rokhaniyah. Di dalam perasaan rokhaniyah tercakup
perasaan intelektual, perasaan estetis dan perasaan etis,
perasaan sosial dan perasaan harga diri. Peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan akan menjadi bangunan emosi atau
perasaannya.
d. Pendekatan Rasional adalah suatu pendekatan
mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebesaran dan kekuasaan Allah. Ajaran agama Islam sebagian
harus diyakini tanpa ada interpretasi karena memang ajaran
tersebut ghairu maqul, tetapi dalam konteks yang lain
terdapat ajaran yang harus dicerna dengan pendekatan rasio.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan manusia,
penciptaan alam semesta, kekayaan dan keragaman hayati dan
aspek-aspek lain dari keindahan tata ruang angkasa
membutuhkan kecermelangan rasio untuk memahaminya.
e. Pendekatan Fungsional adalah usaha memberikan materi
agama dengan menekankan pada segi kemanfaatan bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Pendekatan fungsional dilakukan
di sekolah karena dinilai dapat menjadikan agama lebih hidup
dan dinamis. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan
ini adalah metode latihan, ceramah, tanya jawab, pemberian
tugas dan demonstrasi.
f. Pendekatan Keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan,
baik yang langsung melalui penciptaan kondisi, pergaulan
yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan
tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlaq terpuji,

56
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa


kisah-kisah keteladanan. (Ramayulis, 1994:181)
Secara natural, seorang anak dibekali kemampuan
untuk mengidentifikasi, mengasosiasi dan bahkan meniru apa
yang pernah dilihat atau dijumpainya. Oleh sebab itu
diperlukan public figur yang baik (berakhlaqul karimah)
karena anak tersebut akan menjadikannya sebagai bahan
rujukan untuk memerankan dirinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Kecenderungan anak untuk belajar melalui peniruan
menyebabkan pendekatan keteladanan menjadi sangat
penting artinya dalam proses pembelajaran. Bahkan manusia
pada umumnya senantiasa cenderung meniru yang lainnya.
Rasulullah Saw merupakan teladan yang baik bagi umat Islam,
sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dalam Al-Quran:
) :/ (
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu.

g. Pendekatan Terpadu adalah pendekatan yang dilakukan dalam


proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak
beberapa pendekatan, yaitu pendekatan keimanan (akidah),
pengalaman (experient), pembiasaan, rasional (akliah),
emosional (gejolak kejiwaan), fungsional (nilai kegunaan) dan
keteladanan (uswah).

Kesimpulan
Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas
bagaiman seorang guru mengemas perangkat pembelajarannya,
karena yang sangat mempengaruhi dan menentukan berhasil
tidaknya pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru
tergantung bagaimana menerapkan pendekatan yang dapat
menunjang strategi, metode, dan kesesuaian materi yang akan
diajarkan.

57
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015

Contextual teaching learning merupakan salah satu dari sekian


banyak pendekatan dalam pembelajaran. CTL dalam pembelajaran
PAI didasarkan pertimbangan bahwan PAI merupakan salah satu
mata pelajaran pokok dari sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik serta memiliki akhlak mulia
dalam kehidupannya sehari-hari, melalui pendekatan kontekstual
diharapkan siswa dibawa ke dalam nuansa pembelajaran yang di
dalamnya dapat memberi pengalaman dan wawasan yang berarti
melalui proses pembelajaran yang berbasis masalah, penemuan
(inquiri), independent learning, learning community, proses refleksi,
pemodelan sehingga dari proses tersebut diharapkan mereka dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya,
Pendekatan lain yang harus diperhatikan adalah aspek sains,
filosofis dan religious. Kesemuanya dipadu dengan pendekatan
spesifik dalam proses pembelajaran PAI menurut dasar-dasar
keislaman yaitu pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional,
rasional, fungsional, keteladanan, dan terpadu.

Daftar Pustaka
Al-Quran dan Terjemah , Yayasan Wakaf UMI, Cimanggis-Depok:
SABIQ, 2009.
Bachri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997.
Badruzaman, Ahmad. Strategi dan Pendekatan dalam Pembelajaran.
Yogyakarta, Ar Ruuz, , 2006.
https://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/pendekatan-ctl-
dalam-pembelajaran-pendidikan-agama-islam/.
Ismaun. Filsafat Ilmu I, (Diktat Kuliah), Bandung: UPI Bandung.
2001.
Jawahir, Mochamad. Teknik dan Strategi Pembelajaran. Cendekia
Press, Bandung. 2005.
Muhibbinsyah, psikologi pendidikan, Bandung : PT Remaja
ROSDAKARYA, 2010.

58
Penekatan dalam Pembelajaran PAI (Abdul Latif)

Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia,


1994.
Sadullah, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T.
Media Iptek1994.
Saifullah, HA. Ali, Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat
Pendidikan, Surabaya: usaha Nasional1983.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Suardi, Edi, Pedagogik 2, Cetakan ke- 2 ., Bandung: Angkasa, tt.
Sumiati, Dra. dan Asra, M.Ed, Metode Pembelajaran, Bandung, CV.
Wacana Prima, 2008.
Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar Teoristis untuk Praktek
Profesional, Bandung, Angkasa, 1983.
Tafsir, Ahmad Dr. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam.
Bandung: Rosda Karya, 2002.

59

Anda mungkin juga menyukai