Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun
dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat
laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan
pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa
memerlukan bimbingan dan pemeliharaan yang mantap dengan prinsip yang
dimilikinya, yaitu prinsip biologis, prinsip tanpa daya, prinsip eksplorasi 1.Dalam
proses belajar mengajar , guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,
dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
kegiatan dalam belajar sebagai proses yang dinamis dalam segala fase dan proses
perkembangan siswa.Secara terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan
titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang, member fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman
belajar yang memadai, membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap,
nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Demikianlah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampaian
ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian siswa, ia harus mampu menciptakan proses belajar yang
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan
dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
1 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 63.

Di samping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial


budaya yang berlangsung cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu.
Setiap individu senantiasa ditantang untuk terus selalu belajar untuk dapat
menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Kesempatan belajar makin terbuka melalui
berbagai sumber dan media. siswa-siswa masa kini dapat belajar dari berbagai
sumber dan media seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan sebagainya. Ia pun
dapat belajar dalam berbagai kesempatan dan kegiatan di luar sekolah.
Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar,
maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih
mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa-siswa. Melalui peranannya
sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar
dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media.2
Pada saat

ini pelajaran yang diterima dari pengajar sudah menggunakan

berbagai metode yang beragam, dan juga dengan model yang beragam pula.
Berbagai metode ini diterapkan demi tersampainya materi kepada para peserta didik,
karena penerapan sebuah metode bisa menyesuaikan kepada diri peserta didik
tersebut. Maka dengan metode yang tepat bisa membuat peserta didik mudah
menerima pelajaran yang diajarkan.
Berbicara tentang metode yang disesuaikan dengan pendidikan Islam terdapat
banyak sekali sifat-sifat khusus, akan tetapi berlaku kaidah-kaidah yang adadalam
bentuk penulisan atau teknik.3 Dengan menggunakan metode yang tepat pada proses
belajar mengajar pendidikan agama Islam maka memungkinkan setiap materi akan
lebih mudah terserap oleh para siswa.

2 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: P.T Rineka Cipta,
2013), h. 97.

3 Zuhairini, et al, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 7.

Bentuk penulisan adalah merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, dari
kenyataannya masih banyak siswa yang belum mahir menulis, terutama menulis
bahasa arab yang sesuai dengan tata cara penulisannya, dan metode kitabah akan
menjadi salah satu metode yang bisa memotivasi siswa untuk mengubah pola
penulisan menjadi yang lebih baik. Jika dilihat dari strategi pembelajaran di MTs
Madinatul Musaadah yang disampaikan guru kepada siswa melalui berbagai metode
yang digunakan,
pasti sangat terkait dengan gaya belajar siswa, apalagi di dalam mata pelajaran AlQuran Hadits harus menggunakan metode yang sesuai demi sampainya pelajaran
dari lisan maupun tulisan, maka dengan metode kitabah diharapkan hasil belajar
siswa semakin meningkat.
Demikian pula diharapkan bagi siswa-siswi di MTs Madinatul Musaadah
agar dengan menggunakan metode kitabah ini bisa meningkatkan hasil belajar dari
segi penulisan dan dengan mudah memahami pelajaran yang disampaikan guru
kepada pada siswa-siswi di MTs Madinatul Musaadah tersebut.
Menurut latar belakang masalah yang dikaji, penulis berkeinginan membahas
tentang masalah pemahaman materi dari sebuah metode yang bisa membuat pelajaran
itu tersampai dan meningkatkan hasil belajar, peneliti menetapkan judul, yaitu

Pengaruh

Penggunaan Metode Kitabah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Al-Quran Hadits Di MTs Madinatul Musaadahserdang Bedagai

B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat dari latar belakang
permasalahan, yang menjadi identifikasi masalah yaitu :
1. Rendahnya kemampuan siswa dalam bidang penulisan di mata pelajaran AlQuran Hadits
2. Strategi mengajar yang digunakan pada mata pelajaran Al-Quran Hadits masih
kurang tepat.
3. Penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Al-Quran Hadits agar semakin meningkat.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi masalah,
maka yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah :
1. Penggunaan metode terhadap hasil belajarsiswa, mata pelajaran Al-Quran Hadits,
dibatasi pada metode Kitabah.

2. Pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Al-Quran Hadits dibatasi pada kelas VII I di MTs Madinatul
Musaadah.
3. Pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Al-Quran Hadits dibatasi pada MTs Madinatul Musaadah Serdang
Bedagai.
D. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs

Madinatul Musaadah

SerdangBedagai?
2. Berapa prosen pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul Musaadah
Serdang Bedagai?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil
belajar siswa dalam pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul Musaadah
Serdang Bedagai
2. Untuk mengetahui berapa prosen pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul
Musaadah Serdang Bedagai
F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Secara akademis dapat disumbangkan kepada Fakultas Tarbiyah khususnya
program studi Pendidikan Agama Ialam STIT Al-Hikmah dalam rangka
memperkaya khasanah dan sumber bacaan.
2. Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengaruh penggunaan
metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran
Hadits di MTs Madinatul Musaadah Serdang Bedagai
3. Secara praktis sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan guru MTs
Madinatul Musaadah Serdang Bedagai sebagai pendidik dalam rangka
peningkatan kompetensi dan professional keguruan khususnya guru mata
pelajaran Al-Quran Hadits.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara fitriah manusia membutuhkan agama sebagai pegangan hidup, karena
sejarah agama sama panjangnya dengan sejarah manusia. Karena itu sejarah mencatat
aneka macam agama yang dianut oleh manusia sejak dahulu sampai hari ini, baik
agama yang berasal dari olah pikir manusia

(agama ardi atau agama budaya),

maupun agama yang diturunkan melalui wahyu ( agama samawi) yang diterima rasulrasul Tuhan.4
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
pendidikan dan agama. dalam kamus umum bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata didik, dengan diberi awalan pe dan akhiran an, yang berarti
proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.Istilah
pendidikan adalah terjemahan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti
pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak.

4 Azyumardi Arza, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum(Jakarta:
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI,2002), h. 43.

Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam


pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos
berasal dari kata paedos anak dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Berpijak dari istilah diatas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang
dilakukan

orang

dewasa

dalam

pergaulanya

dengan

anak-anak

untuk

membimbing/memimpin perkembangan jasmani rohaninya ke arah kedewasaan.Atau


dengan kata lain, pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun
rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya.
Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sementara itu, pengertian
agama dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu :
kepercayaan kepada tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Pengertian agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu : menyembah
dan menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur
dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan manusia.
Sementara itu menurut M.A. Tihami pengertian agama yaitu :
a. Al-din (agama ) menurut bahasa terdapat banyak makna,antara lain al-Thaat
(ketaatan), al-Ibadat (ibadah),al-Jaza (pembalasan), al-Hisab (perhitungan).
b. Dalam pengertian syara ,al-din (agama) ialah keselurahan jalan hidup yang
ditetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-ketentuan
(hukum ). Agama itu dinamakan al-din karena kita (manusia) menjalankan
ajarannya berupa keyakinan (kepercayaan) dan perbuatan. Agama dinamakan
juga al-millah,karena Allah menuntut ketaatan kepada kita (manusia).
Agama juga dinamakan Syara (syariah) karena Allah menetapkan atau
menentukan cara hidup kepada kita (manusia) melalui lisan Nabi Saw.
c. Ketetapan Tuhan yang menyeru kepada makhluk yang berakal untuk menerima
segala sesuatu yang dibawa oleh Rasul.

d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala yang dibawa
oleh Rasulullah Saw.5
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani, pendidikan
islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya
melalui proses kependidikan.
Pada hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan

pengertian

Pendidikan

Islam

sebagai

bimbingan

terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan atau
melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses
setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu menanamkan taqwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang
berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Tanpa melalui proses kependidikan, manusia dapat menjadi makhluk yang
serba diliputi oleh dorongan-dorongan nafsu jahat, ingkar dan kafir terhadap
Tuhannya.
Hanya dengan melalui proses kependidikan manusia akan dapat dimanusiakan
sebagai hamba Tuhan yang mampu mentaati ajaran agamaNya dengan penyerahan
diri secara total.
Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada
keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam diri anak
didik. Dengan demikian barulah fitrah itu diberi hak untuk membentuk pribadi anak
dan dalam waktu bersamaan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan
kemampuan dasar (fitrah) anak.6Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh

5 Aat Syafaat, et al, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquency)(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2008,h. 11.
6M. Arifin,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta:PT Bumi Aksara,2000),h. 14.

aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat,
maupun sebagai makhluk dunia.
Secara garis besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu :
1) Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan
terhadap Allah dan semua yang difirmankannya untuk diyakini.
2) Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta.
3) Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak
dari pelaksanaan aqidah dan syariah.7
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu
membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan
secara tegas dalam firman Allah :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.8
Setiap orang Islam hakikatnya adalah insan agama yang bercita-cita berfikir,
beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas petunjuk dari wahyu Allah melalui
rasulullah. Kecenderungan hidup keagamaan ini merupakan ruhnya agama yang

7Azyumardi Azra,et al, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum(Departemen Agama RI), h. 47.
8Q.S. Al-Baqarah/2: 208

10

benar berkembangnya dipimpin oleh ajaran Islam yang murni, bersumber pada kitab
suci yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar (haq).
Tentangtugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar itu menjauhi
yang batil dan sesat atau mungkar, yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syariat
agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-normanya yang ditetakan oleh
Allah yang tak berubah-ubah menurut selera nafsu manusia. 9 Memahami pendidikan
Islam berarti harus menganalisis secara pedagogis suatu aspek utama dari sisi agama
dari misi agama yang diturunkan kepada umat manusia melalui Muhammad
Rasulullah, 14 abad yang lalu.
Pola dasar pendidikan Islam mengandung tata nilai Islam merupakan pondasi
struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem pendidikan
yang mendukung, menjiwai,
member corak dan bentuk proses pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai
model kelembagaan pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai
sekarang.10Akan halnya tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh ahli-ahli
didik Muslim, walaupun satu sama lain menampilkan berbagai redaksi yang berbeda
dalam mengemukakan rumusan tujuan pendidikannya, namun mempunyai kandungan
makna yang sama.
Imam Al-Gazali (w.1111 M) misalnya, sebagaimana disimpulkan oleh
Fathiyah Hasan Sulaiman,
pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1) untuk
mencapai kesempurnaan dalam mendekatkan diri kepada tuhan dan (2) sekaligus
untuk mencapai kesempuraan hidup manusia dalam menjalani hidup dan
penghidupannya guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.11
B. Pengertian Al-Quran
9 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2011), h. 56.
10 Ibid, h. 21.

11

Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslim
diseluruh penjuru pelosok dunia, yang menjamin kebahagiaan bagi setiap
penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat
esensial yaitu Al-Quran yang berfungsi untuk memberi petunjuk kepada jalanyang
sebaik-baiknya. Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama Islam,
penganutnya harus dekat dengan Al-Quran. Dalam artian yang lebih luas menegenal
Al-Quran. Memperhatikan dan mempelajari Al-Quran.
Para ulama berbeda pendapat, mengenai pengucapan kata Al-Quran), cara
melafalkan apakah memakai hamzah atau tidak,
dan apakah Al-Quran kata sifat atau kata jadian. Para ulama yang mengatakan cara
melafalkan dengan hamzah pun telah terpecah dalam dua pendapat, yaitu :
1. Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Lihyani, berkata bahwa Al-Quran
merupakan kata jadian dari kata dasar qaraa ( ) yang artinya membaca,
sebagai mana kata rujhan dan ghufran. Kata ini kemudian dijadikan sebagai
nama

bagi

firman Allah

SAW.Penamaan

yang

diturunkan

kepada

Nabi

Muhammad

ini dalam kategori tasmiyah al-maful bi al-mashdar

(penamaan isim maful dengan ism masdhar), Mereka merujuk dalam firman
Allah:

Artinya :
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamaah 17-18).
2. Sebagian dari mereka, di antaranya Az-Zujaj, menjelaskan bahwa kata Al-Quran
merupakan kata sifat, diambil dari kata dasar al-qar yang artinya
menghimpun. Kata ini kemudian dijadikaan nama bagi firman Allah yang

11Jafar Siddik, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Citapustaka Media,2006), h. 42

12

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menghimpun surat, ayat kisah,
perintah dan larangan, atau menyimpan intisari dari kitab-kitab suci sebelumnya.
3. Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkan Al-Quran tidak dengan
menggunakan hamzah pun terpecah dalam dua kelompok, yaitu :
a. Sebagian diantara mereka, di antaranya adalah Al-Asyari mengatakan
bahwa kata Al-Quran diambil dari kata kerja qarana (menyertakan) karena
Al-Quran menyertakan ayat, surat dan huruf-huruf.
b. Al-Farra menjelaskan bahwa kata Al-Quran dari kata dasar qarain
(penguat) karena Al-Quran terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan
dan terdapat kemiripan antara ayat satu dengan ayat yang lain.
Pendapat lainnya bahwa Al-Quran merupakan nama personal (al-alam assyakhsyi), bukan merupakan devirasi bagi kitab yang telah diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Para ulama menjelaskan bahwa penamaan itu menunjukkan bahwa AlQuran telah
menghimpun intisari kitab-kitab Allah yang lain, bahkan seluruh ilmu yang ada.
Hal itu sebagaimana telah diisyratkan oleh firman Allah pada surat An-Nahl.

Artinya :
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. QS. An-Nahl 89.12
Dari segi bahasa, Al-Quran berarti bacaan. Sedang menurut istilah adalah
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
12Aminuddin, et al, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara,2000), h. 11.

13

Al-Quran merupakan kumpulan wahyu atau kalam Allah yang mutlak kebenarannya
dan dijaga kemurniannya, serta menjadi pedoman hidup bagi orang Islam. Ajaranajarannya mencakup segala aspek kehidupan manusia di dunia dan di akhirat13.
Al-Quran merupakan kitab yang unikdan memiliki sistematika yang berbeda
dengan kitab-kitab yang lainnya. Seseorang tidak akan bisa memahami Al-Quran
dengan benar apabila dilandasi oleh prasangka yang tidak baik terhadap kitab ini.
Demikian juga, orang yang tidak memiliki seperangkat ilmu yang cukup untuk
memahaminya.
Orang seperti ini akan cenderung berinterpretasi seolah-olah Al-Quran tidak
hanya tersusun secara sistematis dan terkesan pembicaraannya diulang-ulang.
Ketahuilah, penyusunan Al-Quran mempunyai hikmah tersediri. Untuk menghindari
keracukan seperti ini, sebaiknya bagi mereka yang tidak memungkinkan memberi
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran kembali kepada kitab-kitab tafsir yang telah
diakui keberadaannya14.

Artinya :
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orangorang yang mempunyai fikiran.15Al-Quran adalah satu mukjizat sentral Islam dan
13 Ibid, h. 16.
14Afzalurrahman, Indeks Al-Quran (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h. 3.
15Q. S. Sad/38:29

14

mukjizat kata-kata Ilahiyah ini diaktualkan terus-menerus bukan dalam bentuk visual
atau material tetapi secara verbal dalam pembacaan16.
C. Pengertian Al-Hadist
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum
dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain AlQur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Al-Hadist adalah sumber kedua agama dari ajaran Islam. Apa yang telah
disebutkan dalam Al-Quran diatas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh
Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu,sunnah Rasul yang kini terdapat dalam
al-hadis merupakan penafsiran serta penjelasan otentik,(sah,dapat dipercaya
sepenuhnya) tentang Al-Quran. Namun, sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan.
Perkataan hadist menurut pengertian kebahasaan ialah berita atau sesuatu
yang baru.
Dalam ilmu hadis istilah tersebut berarti segala perkataan,perbuatan dan sikap diam
nabi tanda setuju (taqrir).Para ahli hadis umumnya menyamakan istilah hadis dengan
istilah sunah namun, ada sementara ahli hadis mengatakan bahwa istilah hadis
dipergunakan khusus untuk sunnah qauliyah (perkataan Nabi), sedang sunnah filiyah
(perbuatan) dan sunnah taqririyah tidak disebut hadis, tetapi sunnah saja.
Dengan demikian, sunnah lebih luas dan umum dibandingkan dengan hadist.
Sebab sunnah, meliputi perkataan, perbuatan, dan sikap diam Rasulullah tanda setuju,
sedang hadis hanya mengenai perkataan beliau saja.

16Farid Esack, Menghidupkan Al-Quran Dalam Wawancara Dan Perilaku (Jakarta: Inisia
Press, 2006), h. 6.

15

Inilah sebabnya,

mengapa untuk semua yang datang dari Rasulullah

( perkataan, perbuatan dan sikap diam beliau) biasa dipergunakan perkataan sunnah,
walaupun kadang-kadang dipakai juga perkataan hadits.
Dalam hubungan dengan kajian ini, perlu ditambahkan bahwa sunnah dan
hadis nabi kini direkam (dihimpun) dalam berbagai kitab Hadits (Al-Hadits). Dari
nama kitab-kitab itu jelas isinya yaitu hadis atau sunnah Rasulullah.
Namun, dihubungkan dengan Al-Quran yang memuat wahyu Allah, kitabkitab hadis atau al-hadis yang memuat hadis atau sunnah Rasulullah dalam kaitannya
dengan sumber agama dan ajaran islam, ditulis al-hadis, sesudah Al-Quran.
Sebabnya, karena yang dilihat adalah kitabnya.
Ada tiga peranan Al-Hadits disamping Al-Quran sebagai sumber agama dan
ajaran islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam AlQuran. Misalnya, mengenai Sholat. Demikian juga halnya dengan zakat dan haji.
Kedua, sebagai penjelasan isi Al-Quran.
Dengan mengikuti contoh diatas, misalnya mengenai sholat. Ketiga,
menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-sama
ketentuannya dalam al-Quran. Contohnya adalah larangan nabi mempermadu
(mengawini sekaligus atau mengawini pada waktu bersamaan) seorang perempuan
dengan bibinya.
Larangan ini tidak terdapat dalam surat an-Nisa(4):23. Namun, kalau dilihat
hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak dan
putusnyahubungan silaturahmi antara kedua kerabat dekat yang tidak disukai oleh
agama Islam.17
Hadits dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

17 Mohammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2010),


h. 110.

16

1. Hadits Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak dan tidak
mungkin mereka mufakat berbuat dusta pada hadits itu, mengingat banyaknya
jumlah mereka.
Pembagian hadis Mutawatir :
- Mutawatir Lafzi, ialah hadis yang serupa lafaz dan maknanya dari setiap
-

rawi.
Mutawatir Maknawi, ialah hadis yang berbagai-bagai lafas dan maknanya,

akan tetapi di dalamnya ada satu bagian yang sama.


Syarat-syarat Hadis mutawatir :
- Hadits yang diriwayatkan itu berasal dari pendengaran telinga atau dari
-

penglihatan mata orang yang meriwayatkan.


Rawinya cukup banyak dan tidak mungkin mereka menurut adat kebiasaan

akan mufakat berbuat dusta.


Rawi yang banyak itu terdapat pada setiap tingkat, seperti tingkat sahabat,
thabiin dan tingkat tabi tabiin menurut jumlah yang sama atau berlebih

pada tingkat terakhir.


2. Hadits Ahad, ialah hadits yang tidak sampai derajatnya dengan hadits mutawatir,
yaitu shahih , hasan, dhaif.
- Hadist Shahih, yaitu hadist yang berhubungan dengan sanadnya,
diriwayatkan oleh yang adil dan dhabith dari orang yang seumpamanya,
-

terpelihara dari mengganjil dan bersih dari cacat yang memburukkan.


Hadist hasan, ialah hadist yng berhubungan sanadnya diriwayatkan oleh
orang yang adil kurang dhabitnya, terpelihara dari mengganjil dan bersih

dari cacat yang memburukkan.


Hadist dhaif, ialah hadist yang kurang satu syarat atau lebih di antara syaratsyarat hadist shahih dan hasan atau dalam sanadnya ada orang yang
bercacat.18
Menurut Macam Periwayatannya :

a) Hadits yang bersambung sanadnyaini adalah hadits yang bersambung


sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau
Maushul.
18 Nazar Bakry,Fiqh dan ushul fiqh(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 40.

17

b) Hadits yang terputus sanadnya, terbagi menjadi 5, yaitu :


1) Hadits Mu'allaqdisebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang
permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir
sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.
2) Hadits Mursaldisebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang
diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa
menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.
3) Hadits Mudallasdisebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu
hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah
tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun
pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi
kelemahan sanadnya.
4) Hadits Munqathidisebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur
5)

atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
Hadits Mu'dholdisebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW
atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya.
Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah

termasuk hadits-hadits dha'if.19


D. Hasil Belajar
Setiap anak yang belajar sesungguhnya pasti mempunyai keinginan yang
besar yang ingin dicapai,
karena segala sesuatu dalam aspek pekerjaan harus diawali dengan pemahaman ilmu
yang mumpuni disetiap bidangnya, maka ilmu pengetahuan harus digali dari sejak
dini.
Hasilbelajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan evaluasi
pendidikan. Ada beberapa pengertian yang didapat mengenai evaluasi menurut
Roestiyah N.K dkk, dalam bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan yang
menyebutkan ada empat pengertian evaluasi yang deskripsinya berikut ini :

19Ibid, h. 51.

18

1) Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan


mengomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambilan
keputusan.
2) Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya,
yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan
hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajar.
3) Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah
direncanakan.
4) Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan
proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan.
Dari batasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi
adalah :
1. Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat.
2. Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian integral dari pendidikan,
sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan.
3. Evaluasi harus berdasarkan kriteria kebehasilan, yaitu keberhasilan dari:
a. Belajar murid
b. Mengajar guru dan
c. Program mengajar
Tujuan dan fungsi evaluasi ini dikaitkan dengan perencanaan, pengelolaan
proses dan tindak lanjut pengajaran atau pendidikan, baik yang menyangkut
perorangan (siswa secara individu), kelompok, maupun kelembagaan.20
Dengan demikian pemahaman hasil belajar merupakan suatu prestasi yang
diperoleh seseorang untuk dapat mengetahui timbal-balik dari apa yang telah diserap
kedalam pemikiran kita, sehingga didapati pula untuk melakukan perubahan agar
dapat mencapai suatu keinginan yang diharapkan, dalam surat Ar-Radu ayat 11
dikatakan:

20 Drs. Slameto, EvaluasiPendidikan,(Jakarta,P.T Bina Akasara,1998), h. 6.

19

Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.21
Siswa sendiri harus mengetahui seberapa tingkat pemahaman yang didapatnya
sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan juga
dengan terus diasah melalui evaluasi, ilmu pengetahuan yang kita miliki akan
menjadi luas pula yang akan mengantar kita kepada kesuksesan yang akan diraih di
hari mendatang.
E. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
menjalani serangkaian proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dapat digambarkan
secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas dinyatakan dengan angka antara 0
sampai 100. Sedangkan secara kualitas digambarkan dengan katagori sangat baik ,
baik, sedang dan kurang.
Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila telah mencapai syarat kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan secara kualitas dikatakan baik apabila sudah
mencapai katagori minimal, baik. Pola ini berlaku universal untuk lembaga sekolah.
Faktor berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah:
1.Minat dan sikap siswa
Minat siswa terhadap suatu mata pelajaran akan mempengaruhi sikap siswa
terhadap mata pelajaran itu. Jika siswa meminati suatu mata pelajaran maka ia akan
menunjukkan sikap serius dan ingin mengikutinya sebaik mungkin. Biasanya siswa
akan memperoleh prestasi yang optimal. Sebaliknya, jika siswa kurang meminati
karena dianggapnya sulit misalnya, maka ia akan menunjukkan sikap cuek dan sering
mengeluh.
2.Motivasi belajar
21Q. S. Ar-Radu /13: 11

20

Motivasi merupakan hal-hal yang mendorong siswa untuk mau belajar.


Semangat dan kemauan belajar ini akan menjadi roket pendorong bagi siswa untuk
memperoleh prestasi belajar secara maksimal. Jika motivasi belajar siswa rendah,
maka sangat sulit untuk meraih prestasi belajar yang maksimal.
3.Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar adalah pemusatan seluruh aktivitas fisik dan mental pada
pelajaran yang sedang berlangsung. Konsentrasi menjadi modal utama untuk dapat
mengikuti suatu pelajaran.
Dengan konsentrasi maka siswa tidak akan melakukan kegiatan lain selain dari
aktivitas belajar yang sedang sedang berlangsung.
4.Cita-cita siswa
Untuk apa siswa belajar? Pertanyaan ini sederhana tapi kadang-kadang siswa
tidak bisa memberikan jawaban yang sesunggungguhnya. Padahal cita-cita
merupakan harapan untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Dengan adanya cita-cita
maka siswa akan berusaha untuk meraih prestasi belajar yang tinggi.
5.Intelegensi
Intelegensi (kecerdasan) menjadi faktor penentu dalam meraih prestasi belajar.
Namun intelegensi tidak ditempatkan pada faktor di urutan pertama.
Hal ini disebabkan karena fenomena yang terjadi anak yang berintelegensi tinggi
tidaklah menjamin prestasi yang optimal tanpa dukungan faktor lain.22
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang di luar individu.
1. FaktorFaktor Intern

22Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya(Jakarta: P.T Rineka


Cipta,2013),h. 44.

21

Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor,
yaitu :
1) Faktor Jasmaniyah
a. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit, kesehatanadalah keadaan atau hal sehat, kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar sesorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badanya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya
serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh dan badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga berpengaruhi juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2).

Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologia yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : inteligensi,


perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
3). Faktor Kelelahan
Kelelahanpada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).

22

Kelelahanjasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul


kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi kekacauan
substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar
pada bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk
konsentrasi.
2. FaktorFaktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokkan
menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian
berikut membahas ketiga faktor tersebut.
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga.
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belaajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo

dengan

pernyataannya yang menyatakan bahwa : keluarga adalah lembaga pendidikan yang


pertama dan utama.
2) Relasi antara anggota keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang
lain.
3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga
merupakan faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan
semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.

23

4). Keadaan ekonomi keluarga


Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Missal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
ruangan belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai uang yang cukup.
5). Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran, dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan
tugas rumah.

6). Faktor Masyarakat


Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Adapun
beberapa contohnya yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.23
F. Pengertian Metode Kitabah
Kitabah atau menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan
cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak
ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran,
perasaan, serta obsesi yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteriakriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat
bergantung

pada

kepiawaian,

imajinasi,

dan

kreativitas

penulis

mengungkapkan gagasan.

23 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya(Jakarta: P.T Rineka


Cipta,2013),h. 54.

dalam

24

Kitabah (menulis) merupakan keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya


keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada
bunyi (marhalah shawtiyyah).
Marhalah tersebut
lebih

terfokus

pada

aspek

menyimak

dan

bicara. Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskah) dan mengeja
(tahajjuah), namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif
untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang.
Dengan demikian keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan
pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi
bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung pada bagaimana pula
situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya.
Diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan pentingnya fungsi
tata bahasa dalam mempelajari bahasa asing bahkan diantara mereka juga
mengatakan bahwa pelajaran tata bahasa bukanlah hal yang memiliki urgenitas tinggi
dalam pembelajaran bahasa dan bahkan tidak dibutuhkan dalam pembelajaran
berbicara. Karena tata bahasa (Qawaid) dianggapnya akan memasung kreatifitas
pembelajar untuk berbicara.
Pendapat demikian itu bukan berarti benar untuk selamanya, akan tetapi
sangat relatif kerena kebenaran pendapat tersebut kan valid jika pembelajaran yang
dimaksud adalah pemula dan baru mengenal bahasa Arab sehingga ia langsung di
ajarkan tata bahasa yang notabene memang harus proses mengahafal humus dan
kaidah-kaidah tata bahasa maka ia akan merasa kesulitan.
Akantetapi jika materi tersebut diberikan bagi mereka yang sudah agak mahir
dengan seperangkat kosa kata yang mencukupi, maka pembelajaran tata bahasa itu
sendiri akan menjadi sebuah kebutuhan guna mengoreksi dan mengarahkan
bahasanya agar baik dan benar.24
Dengan demikian, keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan
pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi
24Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab(Yogyakarta: Idea Press,
2010), h. 135.

25

bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung padabagaimana pula


situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya.
Metode pembelajaran kitabah keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya
keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yangmenekankan pada
bunyi (marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek
menyimak dan bicara dan bertujuan untuk :
a. Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar.
b. Memperbaiki khath.
c. Kemampuan mengucapkan pikiran secara jelas dan detail.
G. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan
pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih
terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus
dipertimbangkan oleh guru.
Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan dapat meraih tujuan yang diharapkan,
maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran.
Ada beberapa tujuan yang membuat peneliti memilih metode kitabah ini,
karena ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu, :
a. Perbedaan jenjang pendidikan, yaitu harus menyesuaikan tingkatan jenjang
pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang
pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu
untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan
yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan
kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya.
Sebagai contoh, pemilihan metode pembelajaran untuk anak kelas satu SD
biasanya dengan metode belajar yang sederhana dan menyenangkan, karena
tingkatan berpikirnya masih kongkret. Misalnya saat membahas mengenai saling
berbagi, guru harus menunjukkan dan mengajak peserta didiknya untuk saling

26

berbagi, dengan cara membagi makanan maupun saling berbagi mainan dengan
cara mempraktekannya. Berbeda pada metode pembelajaran yang diterapkan
pada anak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya SMP dan SMA.
Saat membahas mengenai saling berbagi cukup dengan melakukan diskusi,
karena pada tahap ini mereka sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
analitis.
Semakin tinggi tingkatan berpikirnya, maka pemilihan metode pembelajaran
yang diterapkan dapat semakin kompleks. Ini berkaitan dengan pemahaman
siswa, pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya,
serta kebutuhan akan aktualisasi diri yang bersifat lebih kompleks. Kebutuhan
akan aktualisasi diri yang lebih kompleks menunjuk pada motif peserta didik
dalam tingkatan partisipasi pembelajaran yang dilakukan.
b. Latar belakang peserta didik, yaitu dapat ditelusur dari keluarga, pola didik, pola
asuh, kondisi-kondisi tertentu (ekonomi, sosial, budaya, anak berkebutuhan
khusus, dan lain sebagainya). Prakarsa belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh
individual culture yang besangkutan. Individual culture terbentuk dari pola asuh
dan pola didik seseorang dalam lingkungan keluarganya yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor perkembangan individu. Meskipun tidak signifikan, atau
pengaruhnya kecil sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran,
namun untuk kondisi-kondisi khusus, latar belakang peserta didik perlu
mendapat perhatian yang besar.
Contoh, pemilihan metode pembelajaran bagi anak-anak sekolah luar biasa harus
memberikan perlakuan khusus, sehingga metode pembelajaran yang digunakan
akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Tingkat intelektualita, yaitu pada bagian ini yang dimaksud dengan tingkat
intelektualitas, mencakup gaya belajar dan daya serap peserta didik dalam
mengolah informasi dan menyerap substansi pembelajaran yang dilakukan. Gaya
belajar yakni, melalui apa siswa mampu menangkap dan memahami
pembelajaran. Kategorinya antara lain gaya belajar audiotori, visual, atau audio
visual. Daya serap, adalah seberapa cepat dan seberapa besar kemampuan siswa

27

dalam menyerap informasi, dan proses pembelajaran secara keseluruhan. Apakah


siswa termasuk cepat, lambat, atau tengah tengah, dalam menyerap
pembelajaran.
Dalam satu kelas tidak menutup kemungkinan terdapat rentang yang terlalu lebar
terkait gaya belajar dan daya serap peserta didik. Rentang yang terlalu lebar
tersebut akan menimbulkan suatu gap dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sebagian siswa mungkin terlalu cepat menangkap informasi namun sebagian
yang lain justru sulit dan lamban dalam menangkap informasi. Oleh karenanya,
pemilihan metode belajar yang mampu mengatasi gap dan menyatukan
perbedaan dengan bentangan yang luas menjadi suatu keharusan bagi guru,
dalam menentukan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Tujuan Instruksional Khusus, yaitu merupakan unsur utama yang harus dikaji
dalam rangka menetapkan metode. Cara-cara atau metode-metode yang hendak
dipergunakan itu harus disesuaikan dengan tujuan, karena tujuan itulah yang
menjadi tumpuandan arah untuk memperhitungkan efektifitas suatu metode.
e. Keadaan murid-murid, yaitu merupakan unsur yang harus diperhitungkan, karena
metode-metode yang hendak ditetapkan itu merupakan alat untuk menggerakkan
mereka agar dapat mencerna atau mmempelajari bahan yang disajikan. Kita
mengenal bermacam-macam tipe murid di dalam menerima pelajaran. Ada murid
yang lebih mudah menerima pelajaran dengan jalan mendengar (tipe auditif), ada
yang dengan jalan melihat (tipe visual),
tetapi ada pula yang baru dapat menanggkap pelajaran dengan baik jika disertai
dengan berbagai gerakan.
f. Materi atau bahan pengajaran, dalam hal ini penguasaan bahan oleh guru
hendaknya mengarah kepada sifat spesialisasi (takhasus) atas ilmu atau
kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasannya, maka guru
harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan
diajarkannya ke dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.
g. Situasi, hal ini dimaksud ialah suasana belajar atau suasana kelas. Termasuk ke
dalam pengertian ini ialah suasana yang bersangkut-paut dengan keadaan muridmurid, seperti kelelahan dan semangat belajar, keadaan cuaca, keadaan guru,

28

misalnya sudah tidak segar lagi (lelah) atau tiba-tiba mendapat tekanan (stress),
keadaan kelas-kelas yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau karena
penggunaan sesuatu metode.
h. Fasilitas, hal ini demi mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam
rangka mencapai suatu tujuan, fasilitas dapat dibagi dua, yaitu:
1) Fasilitas yang bersifat fisik, seperti: tempat dan perlengkapan belajar di
kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran dan perpustakaan, tempat
dan perlengkapan berbagai praktikum laboratorium atau keterampilan
kesenian, keagamaan dan olahraga.
2) Fasilitas yang bersifat nonfisik, seperti: ruang gerak, waktu, kesempatan,
biaya dan berbagai aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah.
3) Fasilitas-fasilitas tersebut harus diperhitungkan dalam menetapkan metodemetode, karena terdapat metode-metode yang dapat dilaksanakan dengan
fasilitas minim, tetapi ada pula yang menuntut fasilitas memadai.
i. Guru, ia adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar mengajar.
Guru adalah pemilik pribadi keguruan, yang unik,
artinya tidak ada guru yang memiliki kepribadian yang sama. Jadi setiap guru
memiliki pribadi keguruannya masing-masing.
j. Kebaikan dan kelemahan metode-metode, tidak ada metode yang jelek atau
metode yang baik.
Dengan kata lain, kita tidak dapat mengatakan dengan penuh kepastian bahwa
metode inilah yang paling efektif dan metode itulah yang paling buruk,
karena hal itu amat bergantung kepada banyak faktor.25
H. Penggunaan Metode Kitabah Dalam Pengajaran Al-Quran Hadits
Menulis merupakan salah satu keterampilan penting dalam pembelajaran
dengan bahasa Arab. Jika berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi aktif
dengan orang lain sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya
dan membaca merupakan alat yang digunakan orang untuk mengetahui sesuatu yang
terjadi pada masa-masa sebelumnya.
25http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/01faktor yang.mempengaruhipemilihan
metode belajar html. diakses tanggal 11 februari 2014.

29

Makamenulis merupakan

suatu

aktifitas

untuk

mengaktualisasikan

kemampuan dirinya dan spesialisasi keilmuannya kepada publik karena dari hasil
tulisannya baik berupa buku maupun sekedar naskah opini dan makalah singkat,
pembaca dapat mengetahui kwalitas keilmuan yang ia miliki dari spesialisasi
keilmuannya.
Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis :
1.

Menulis huruf Arab

2.

Menulis kata-kata dengan huruf-huruf yang benar

3.

Menyusun susunan kalimat berbahasa Arab yang dapat dipahami

4.

Menggunakan susunan kalimat dalam bahasa Arab tersebut dalam beberapa


alineasehingga mampu mengungkapkan inti pesan dari penulis.26
Untuk memperoleh hasil yang efektif dari pelaksanaan pembelajaran menulis,

maka perlu di ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi tiga
hal, yaitu :
1.
Dikte (Al-Imla)
A. Imla Hijaiy
Dalam pembelajaran ini, seorang siswa disuruh untuk menulis huruf-huruf
hijaiyyah yang tersusun dalam suatu kosa kata yang terdapat pada buku pelajarannya
atau tertulis di papan tulis, dan akan lebih baik jika ketika di tulis di papan tulis
dengan menggunakan kapur tulis/pena warna warni agar lebih memudahkan siswa
meniru tulisan tersebut.
B. Imla Manqul
Untuk tahap awal, pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa adalah
memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang ada di buku atau papan
tulis.Pembelajaran menulis tingkat awal ini bertujuan untuk memperbaiki
kemampuan siswa dalam menulis huruf, kata dalam bahasa arab.Pada tingkat ini tidak

26Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab(Yogyakarta: Idea Press,


2010), h. 146.

30

hanya terfokus pada cara penulisan huruf tetapi diikuti juga latihan lain seperti tarkib
dan qawaid yang juga dipelajari kalam dan qiraah.
Latihan yang digunakan pada imla ini adalah:
1) Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya diambilkan darin teks
bacaan.
2) Memberikan beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk
mengurutkan sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
3) Menyalin teks pendek yang isinya berhubungan menyenangkan siswa.
4) Latihan merubah kalimat.
C. Imla Manzur
Dalam tahap ini, pelajaran menulis yang diberikan melalui tugas membaca
beberapa alinea dalam teks kemudian diperintahkan kepada siswa untuk menulis
ulang hasil bacaannya dan mengarahkan tata cara penulisannya yang baik.
Pada tingkat ini guru memberikan latihan sebagai berikut:
1) Guru meminta siswa untuk menyiapkan teks tertentu yang ditentukan oleh guru
dan siswa membacanya dirumah setelah disekolah didiskusikan dengan guru
tentang kata-kata yang sulit membacannya dan guru menjelaskan cara
penulisannya.
2) Siswa diminta untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja
kata-katanya,lalu siswa diminta untuk menuliskannya.
3) Meminta siswa menulis kalimat yang telah dipelajari dalam imla manqul tanpa
melihat kembali pada buku dan membandingkan dalam imla mandhur dengan
tulisan pada imla manqul dari sisi kebenaran tulisannya.
4) Siswa diminta untuk menyempurnakan kalimat yang pernah dipelajari atau
mengisi kalimat yang rumpang.
5) Guru member pertanyaan yang jawabannya satu kalimat dan dua kalimat.
6) Guru menuliskan kata-kata sulit pada papan tulis, lalu siswa menulis pada buku
tulis.
D. Imla Ikhtibary
Dalam tahap ke tiga ini, dibutuhkan kemampuan pendengaran yang optimal,
kemampuan menghafal serta kemampuan menulis yang ia dengar dengan baik, karena

31

dalam pembelajaran ini, seorang guru membecakan beberapa teks Arab kemudian
disuruh tulis kepada siswa tanpa harus melihat teks yang ada.
Pada imla ini guru memperhatikan hal-hal berikut:
1) Guru membaca teks dengan kecepatan sedang.
2) Mendiktekan teks dengan kecepatan yang rata.
3) Hendaknya guru membuat penggalan kalimat yang bermakna dalam
4)
5)
6)
7)
8)
2.

mendiktekannya.
Guru mengucapkan satu penggalan sekali dan siswa menulisnya dalam buku.
Guru diharapkan tidak mengulangi bacaan.
Guru memperhatikan siswa sambil mendikte.
Guru memberi waktu siswa untuk mengoreksi tulisannya.
Bagi siswa yang tidak menemui kesulitan dalam istima maka diberikan latihan
yang lebih sulit agar termotivasi untuk belajar.
Menulis Indah (Al-Khat)
Khat atau Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani. (kallos) berarti indah dan

(graphe) yang artinya tulisan. Syaikh Syamsuddin Al Akhfani (Dalam Irsyad Al


Qoshid, 2000) Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan beberapa bentukbentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan beberapa cara merangkainya sehingga
menjadi sebuah kalimat tersusun.
Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan
menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan
menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya.Kesimpulannya, al-khat atau
kaligrafi Islam merupakan seni menulis huruf Arab dengan indah, merangkai susunan
huruf-huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat
tersusun, yang isinya mengenai ayat-ayat Al-quran atau Al-hadits.
3.

Mengarang (Al-Tabir wa al-Insya)

Mengarang adalah aktivitas menuangkan ide/ gagasan ke dalam sebuah karya tulis
dengan tujuan tertentu. Proses mengarang diawali dengan mencari ide. Selanjunya
yang harus anda lakukan adalah membuat kerangka karangan, ialah suatu rencana
kerja yang berisi garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis.
Latihan pada tingkat ini adalah:

32

1. Dimulai dengan latihan menyempurnakan kalimat.


2. Mengganti bagian kalimat dengan mengganti bagian kalimat dengan ungkapanungkapan yang bisa member makna lain pada kalimat.
3. Siswa diberi kalimat pendek dan sederhana kemudian diminta untuk
memanjangkan dengan kata-kata baru.
4. Mengajukan beberapa kata yang tidak bolehdiulang untuk membentuk kalimat
tetapi harus ditambah dengan satu kata atau dua kata sehingga menjadi kalimat
yang sempurna.
5. Menampilkan kalimat-kalimat dan diubah salah satu katanya sehingga
menuntut untuk mengubah kata yang lain.
6. Bisa juga dengan mengkhususkan latihan dengan memakai bentuk bentuk
waktu fiil.
7. Bisa dengan menggunakan pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan apa
yang didengar atau telah dibaca dengan bentuk jawaban tertulis.
8. Bisa dipindah dalam bentuk paragraph dengan merubah fiilnya dari fiil madhi
ke mudhari atau isimnya.
9. Atau juga bisa berlatih dengan menggunakan kerangka karangan seperti
menggunakan urutan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara urut akan
membentuk paragraph atau cerita.
10. Bisa juga dengan menggunakan latihan dengan meringkas bacaan atau temetema dalam buku bacaan.
11. Menyempurnakan kalimat dengan penjelasan
12. Menggunakan media pembelajaran seperti kartu bergambar, lukisan dll.
13. Latihan menjelaskan keadaan tertentu.
Cara untuk menyusun kerangka karangan yaitu:
a) Dimulai dengan menentukan tema atau merumuskan tema yang jelas
berdasarkan suatu topic atau tujuan yang akan dicapai.
b) Merumuskan pikiran utama atau kalimat utama.
c) Menyusun garis besar pikiran penjelas yang merupakan perincian dari pikiran
utama.
d) Meneliti apakah pikiran penjelas berhubungan dengan pikiran utama serta
apakah ada pikiran penjelas yang sama atau sederajat.

33

e) Menentukan susunan yang paling sesuai dan logis, dan yang tak kalah penting
adalah menggunakan bahasa yang baik, bernalar, menarik, sesuai dengan jenis
tulisan.
f) Langkahselanjutnyatentusajamulaimenulis.Beberapahal yang perlu diketahui
sebelum menyusun karangan adalah :
1) Tema
2) Topik
3) Karangan-karangan.27
I. KERANGKA KONSEPTUAL
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antar guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar.
Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas
daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya satu
kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang
mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin intraksi yang saling menunjang.
Juga sama halnya dengan metode yang sangat erat kaitannya dalam proses
belajar mengajar, karena dibutuhkan usaha oleh seorang pendidik untuk
menggunakan metode yang tepat dalam setiap belajar mengajar.
J. HIPOTESIS PENELITIAN

27http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertian-mengarang.html. diakses
tanggal 22 maret 2014.

34

Adakah pengaruh yang signifikan terhadap pengaruh penggunaan metode


Kitabah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Swasta

Madinatul Musaadah Serdang Bedagai.

Anda mungkin juga menyukai