BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun
dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat
laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan
pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa
memerlukan bimbingan dan pemeliharaan yang mantap dengan prinsip yang
dimilikinya, yaitu prinsip biologis, prinsip tanpa daya, prinsip eksplorasi 1.Dalam
proses belajar mengajar , guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,
dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk
membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
kegiatan dalam belajar sebagai proses yang dinamis dalam segala fase dan proses
perkembangan siswa.Secara terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan
titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang, member fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman
belajar yang memadai, membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap,
nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Demikianlah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampaian
ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian siswa, ia harus mampu menciptakan proses belajar yang
sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan
dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
1 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 63.
berbagai metode yang beragam, dan juga dengan model yang beragam pula.
Berbagai metode ini diterapkan demi tersampainya materi kepada para peserta didik,
karena penerapan sebuah metode bisa menyesuaikan kepada diri peserta didik
tersebut. Maka dengan metode yang tepat bisa membuat peserta didik mudah
menerima pelajaran yang diajarkan.
Berbicara tentang metode yang disesuaikan dengan pendidikan Islam terdapat
banyak sekali sifat-sifat khusus, akan tetapi berlaku kaidah-kaidah yang adadalam
bentuk penulisan atau teknik.3 Dengan menggunakan metode yang tepat pada proses
belajar mengajar pendidikan agama Islam maka memungkinkan setiap materi akan
lebih mudah terserap oleh para siswa.
2 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: P.T Rineka Cipta,
2013), h. 97.
Bentuk penulisan adalah merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, dari
kenyataannya masih banyak siswa yang belum mahir menulis, terutama menulis
bahasa arab yang sesuai dengan tata cara penulisannya, dan metode kitabah akan
menjadi salah satu metode yang bisa memotivasi siswa untuk mengubah pola
penulisan menjadi yang lebih baik. Jika dilihat dari strategi pembelajaran di MTs
Madinatul Musaadah yang disampaikan guru kepada siswa melalui berbagai metode
yang digunakan,
pasti sangat terkait dengan gaya belajar siswa, apalagi di dalam mata pelajaran AlQuran Hadits harus menggunakan metode yang sesuai demi sampainya pelajaran
dari lisan maupun tulisan, maka dengan metode kitabah diharapkan hasil belajar
siswa semakin meningkat.
Demikian pula diharapkan bagi siswa-siswi di MTs Madinatul Musaadah
agar dengan menggunakan metode kitabah ini bisa meningkatkan hasil belajar dari
segi penulisan dan dengan mudah memahami pelajaran yang disampaikan guru
kepada pada siswa-siswi di MTs Madinatul Musaadah tersebut.
Menurut latar belakang masalah yang dikaji, penulis berkeinginan membahas
tentang masalah pemahaman materi dari sebuah metode yang bisa membuat pelajaran
itu tersampai dan meningkatkan hasil belajar, peneliti menetapkan judul, yaitu
Pengaruh
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul penelitian yang diangkat dari latar belakang
permasalahan, yang menjadi identifikasi masalah yaitu :
1. Rendahnya kemampuan siswa dalam bidang penulisan di mata pelajaran AlQuran Hadits
2. Strategi mengajar yang digunakan pada mata pelajaran Al-Quran Hadits masih
kurang tepat.
3. Penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Al-Quran Hadits agar semakin meningkat.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan dalam identifikasi masalah,
maka yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah :
1. Penggunaan metode terhadap hasil belajarsiswa, mata pelajaran Al-Quran Hadits,
dibatasi pada metode Kitabah.
2. Pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Al-Quran Hadits dibatasi pada kelas VII I di MTs Madinatul
Musaadah.
3. Pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Al-Quran Hadits dibatasi pada MTs Madinatul Musaadah Serdang
Bedagai.
D. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs
Madinatul Musaadah
SerdangBedagai?
2. Berapa prosen pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul Musaadah
Serdang Bedagai?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap hasil
belajar siswa dalam pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul Musaadah
Serdang Bedagai
2. Untuk mengetahui berapa prosen pengaruh penggunaan metode Kitabah terhadap
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Al-Quran Hadits di MTs Madinatul
Musaadah Serdang Bedagai
F. Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara fitriah manusia membutuhkan agama sebagai pegangan hidup, karena
sejarah agama sama panjangnya dengan sejarah manusia. Karena itu sejarah mencatat
aneka macam agama yang dianut oleh manusia sejak dahulu sampai hari ini, baik
agama yang berasal dari olah pikir manusia
maupun agama yang diturunkan melalui wahyu ( agama samawi) yang diterima rasulrasul Tuhan.4
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
pendidikan dan agama. dalam kamus umum bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata didik, dengan diberi awalan pe dan akhiran an, yang berarti
proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.Istilah
pendidikan adalah terjemahan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti
pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak.
4 Azyumardi Arza, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum(Jakarta:
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI,2002), h. 43.
orang
dewasa
dalam
pergaulanya
dengan
anak-anak
untuk
d. Sesuatu yang menuntut makhluk berakal untuk menerima segala yang dibawa
oleh Rasulullah Saw.5
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani, pendidikan
islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya
melalui proses kependidikan.
Pada hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan
pengertian
Pendidikan
Islam
sebagai
bimbingan
terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan atau
melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses
setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu menanamkan taqwa
dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang
berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Tanpa melalui proses kependidikan, manusia dapat menjadi makhluk yang
serba diliputi oleh dorongan-dorongan nafsu jahat, ingkar dan kafir terhadap
Tuhannya.
Hanya dengan melalui proses kependidikan manusia akan dapat dimanusiakan
sebagai hamba Tuhan yang mampu mentaati ajaran agamaNya dengan penyerahan
diri secara total.
Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada
keterbukaan terhadap pengaruh dari luar dan perkembangan dari dalam diri anak
didik. Dengan demikian barulah fitrah itu diberi hak untuk membentuk pribadi anak
dan dalam waktu bersamaan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan
kemampuan dasar (fitrah) anak.6Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh
5 Aat Syafaat, et al, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquency)(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2008,h. 11.
6M. Arifin,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta:PT Bumi Aksara,2000),h. 14.
aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat,
maupun sebagai makhluk dunia.
Secara garis besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok, yaitu :
1) Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan
terhadap Allah dan semua yang difirmankannya untuk diyakini.
2) Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta.
3) Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak
dari pelaksanaan aqidah dan syariah.7
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu
membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkapkan
secara tegas dalam firman Allah :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.8
Setiap orang Islam hakikatnya adalah insan agama yang bercita-cita berfikir,
beramal untuk hidup akhiratnya, berdasarkan atas petunjuk dari wahyu Allah melalui
rasulullah. Kecenderungan hidup keagamaan ini merupakan ruhnya agama yang
7Azyumardi Azra,et al, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum(Departemen Agama RI), h. 47.
8Q.S. Al-Baqarah/2: 208
10
benar berkembangnya dipimpin oleh ajaran Islam yang murni, bersumber pada kitab
suci yang menjelaskan serta menerangkan tentang perkara benar (haq).
Tentangtugas kewajiban manusia untuk mengikuti yang benar itu menjauhi
yang batil dan sesat atau mungkar, yang kesemuanya telah diwujudkan dalam syariat
agama yang berdasarkan nilai-nilai mutlak dan norma-normanya yang ditetakan oleh
Allah yang tak berubah-ubah menurut selera nafsu manusia. 9 Memahami pendidikan
Islam berarti harus menganalisis secara pedagogis suatu aspek utama dari sisi agama
dari misi agama yang diturunkan kepada umat manusia melalui Muhammad
Rasulullah, 14 abad yang lalu.
Pola dasar pendidikan Islam mengandung tata nilai Islam merupakan pondasi
struktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem pendidikan
yang mendukung, menjiwai,
member corak dan bentuk proses pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai
model kelembagaan pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai
sekarang.10Akan halnya tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh ahli-ahli
didik Muslim, walaupun satu sama lain menampilkan berbagai redaksi yang berbeda
dalam mengemukakan rumusan tujuan pendidikannya, namun mempunyai kandungan
makna yang sama.
Imam Al-Gazali (w.1111 M) misalnya, sebagaimana disimpulkan oleh
Fathiyah Hasan Sulaiman,
pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam: (1) untuk
mencapai kesempurnaan dalam mendekatkan diri kepada tuhan dan (2) sekaligus
untuk mencapai kesempuraan hidup manusia dalam menjalani hidup dan
penghidupannya guna mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.11
B. Pengertian Al-Quran
9 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2011), h. 56.
10 Ibid, h. 21.
11
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslim
diseluruh penjuru pelosok dunia, yang menjamin kebahagiaan bagi setiap
penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat
esensial yaitu Al-Quran yang berfungsi untuk memberi petunjuk kepada jalanyang
sebaik-baiknya. Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama Islam,
penganutnya harus dekat dengan Al-Quran. Dalam artian yang lebih luas menegenal
Al-Quran. Memperhatikan dan mempelajari Al-Quran.
Para ulama berbeda pendapat, mengenai pengucapan kata Al-Quran), cara
melafalkan apakah memakai hamzah atau tidak,
dan apakah Al-Quran kata sifat atau kata jadian. Para ulama yang mengatakan cara
melafalkan dengan hamzah pun telah terpecah dalam dua pendapat, yaitu :
1. Sebagian dari mereka, di antaranya Al-Lihyani, berkata bahwa Al-Quran
merupakan kata jadian dari kata dasar qaraa ( ) yang artinya membaca,
sebagai mana kata rujhan dan ghufran. Kata ini kemudian dijadikan sebagai
nama
bagi
firman Allah
SAW.Penamaan
yang
diturunkan
kepada
Nabi
Muhammad
(penamaan isim maful dengan ism masdhar), Mereka merujuk dalam firman
Allah:
Artinya :
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamaah 17-18).
2. Sebagian dari mereka, di antaranya Az-Zujaj, menjelaskan bahwa kata Al-Quran
merupakan kata sifat, diambil dari kata dasar al-qar yang artinya
menghimpun. Kata ini kemudian dijadikaan nama bagi firman Allah yang
12
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menghimpun surat, ayat kisah,
perintah dan larangan, atau menyimpan intisari dari kitab-kitab suci sebelumnya.
3. Para ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkan Al-Quran tidak dengan
menggunakan hamzah pun terpecah dalam dua kelompok, yaitu :
a. Sebagian diantara mereka, di antaranya adalah Al-Asyari mengatakan
bahwa kata Al-Quran diambil dari kata kerja qarana (menyertakan) karena
Al-Quran menyertakan ayat, surat dan huruf-huruf.
b. Al-Farra menjelaskan bahwa kata Al-Quran dari kata dasar qarain
(penguat) karena Al-Quran terdiri dari ayat-ayat yang saling menguatkan
dan terdapat kemiripan antara ayat satu dengan ayat yang lain.
Pendapat lainnya bahwa Al-Quran merupakan nama personal (al-alam assyakhsyi), bukan merupakan devirasi bagi kitab yang telah diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Para ulama menjelaskan bahwa penamaan itu menunjukkan bahwa AlQuran telah
menghimpun intisari kitab-kitab Allah yang lain, bahkan seluruh ilmu yang ada.
Hal itu sebagaimana telah diisyratkan oleh firman Allah pada surat An-Nahl.
Artinya :
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. QS. An-Nahl 89.12
Dari segi bahasa, Al-Quran berarti bacaan. Sedang menurut istilah adalah
wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
12Aminuddin, et al, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara,2000), h. 11.
13
Al-Quran merupakan kumpulan wahyu atau kalam Allah yang mutlak kebenarannya
dan dijaga kemurniannya, serta menjadi pedoman hidup bagi orang Islam. Ajaranajarannya mencakup segala aspek kehidupan manusia di dunia dan di akhirat13.
Al-Quran merupakan kitab yang unikdan memiliki sistematika yang berbeda
dengan kitab-kitab yang lainnya. Seseorang tidak akan bisa memahami Al-Quran
dengan benar apabila dilandasi oleh prasangka yang tidak baik terhadap kitab ini.
Demikian juga, orang yang tidak memiliki seperangkat ilmu yang cukup untuk
memahaminya.
Orang seperti ini akan cenderung berinterpretasi seolah-olah Al-Quran tidak
hanya tersusun secara sistematis dan terkesan pembicaraannya diulang-ulang.
Ketahuilah, penyusunan Al-Quran mempunyai hikmah tersediri. Untuk menghindari
keracukan seperti ini, sebaiknya bagi mereka yang tidak memungkinkan memberi
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran kembali kepada kitab-kitab tafsir yang telah
diakui keberadaannya14.
Artinya :
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orangorang yang mempunyai fikiran.15Al-Quran adalah satu mukjizat sentral Islam dan
13 Ibid, h. 16.
14Afzalurrahman, Indeks Al-Quran (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), h. 3.
15Q. S. Sad/38:29
14
mukjizat kata-kata Ilahiyah ini diaktualkan terus-menerus bukan dalam bentuk visual
atau material tetapi secara verbal dalam pembacaan16.
C. Pengertian Al-Hadist
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum
dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain AlQur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Al-Hadist adalah sumber kedua agama dari ajaran Islam. Apa yang telah
disebutkan dalam Al-Quran diatas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh
Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu,sunnah Rasul yang kini terdapat dalam
al-hadis merupakan penafsiran serta penjelasan otentik,(sah,dapat dipercaya
sepenuhnya) tentang Al-Quran. Namun, sebelum uraian ini dilanjutkan ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan.
Perkataan hadist menurut pengertian kebahasaan ialah berita atau sesuatu
yang baru.
Dalam ilmu hadis istilah tersebut berarti segala perkataan,perbuatan dan sikap diam
nabi tanda setuju (taqrir).Para ahli hadis umumnya menyamakan istilah hadis dengan
istilah sunah namun, ada sementara ahli hadis mengatakan bahwa istilah hadis
dipergunakan khusus untuk sunnah qauliyah (perkataan Nabi), sedang sunnah filiyah
(perbuatan) dan sunnah taqririyah tidak disebut hadis, tetapi sunnah saja.
Dengan demikian, sunnah lebih luas dan umum dibandingkan dengan hadist.
Sebab sunnah, meliputi perkataan, perbuatan, dan sikap diam Rasulullah tanda setuju,
sedang hadis hanya mengenai perkataan beliau saja.
16Farid Esack, Menghidupkan Al-Quran Dalam Wawancara Dan Perilaku (Jakarta: Inisia
Press, 2006), h. 6.
15
Inilah sebabnya,
( perkataan, perbuatan dan sikap diam beliau) biasa dipergunakan perkataan sunnah,
walaupun kadang-kadang dipakai juga perkataan hadits.
Dalam hubungan dengan kajian ini, perlu ditambahkan bahwa sunnah dan
hadis nabi kini direkam (dihimpun) dalam berbagai kitab Hadits (Al-Hadits). Dari
nama kitab-kitab itu jelas isinya yaitu hadis atau sunnah Rasulullah.
Namun, dihubungkan dengan Al-Quran yang memuat wahyu Allah, kitabkitab hadis atau al-hadis yang memuat hadis atau sunnah Rasulullah dalam kaitannya
dengan sumber agama dan ajaran islam, ditulis al-hadis, sesudah Al-Quran.
Sebabnya, karena yang dilihat adalah kitabnya.
Ada tiga peranan Al-Hadits disamping Al-Quran sebagai sumber agama dan
ajaran islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam AlQuran. Misalnya, mengenai Sholat. Demikian juga halnya dengan zakat dan haji.
Kedua, sebagai penjelasan isi Al-Quran.
Dengan mengikuti contoh diatas, misalnya mengenai sholat. Ketiga,
menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-sama
ketentuannya dalam al-Quran. Contohnya adalah larangan nabi mempermadu
(mengawini sekaligus atau mengawini pada waktu bersamaan) seorang perempuan
dengan bibinya.
Larangan ini tidak terdapat dalam surat an-Nisa(4):23. Namun, kalau dilihat
hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak dan
putusnyahubungan silaturahmi antara kedua kerabat dekat yang tidak disukai oleh
agama Islam.17
Hadits dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
16
1. Hadits Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang banyak dan tidak
mungkin mereka mufakat berbuat dusta pada hadits itu, mengingat banyaknya
jumlah mereka.
Pembagian hadis Mutawatir :
- Mutawatir Lafzi, ialah hadis yang serupa lafaz dan maknanya dari setiap
-
rawi.
Mutawatir Maknawi, ialah hadis yang berbagai-bagai lafas dan maknanya,
17
atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
Hadits Mu'dholdisebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits
yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW
atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya.
Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah
19Ibid, h. 51.
18
19
Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.21
Siswa sendiri harus mengetahui seberapa tingkat pemahaman yang didapatnya
sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan juga
dengan terus diasah melalui evaluasi, ilmu pengetahuan yang kita miliki akan
menjadi luas pula yang akan mengantar kita kepada kesuksesan yang akan diraih di
hari mendatang.
E. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
menjalani serangkaian proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dapat digambarkan
secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas dinyatakan dengan angka antara 0
sampai 100. Sedangkan secara kualitas digambarkan dengan katagori sangat baik ,
baik, sedang dan kurang.
Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila telah mencapai syarat kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan secara kualitas dikatakan baik apabila sudah
mencapai katagori minimal, baik. Pola ini berlaku universal untuk lembaga sekolah.
Faktor berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah:
1.Minat dan sikap siswa
Minat siswa terhadap suatu mata pelajaran akan mempengaruhi sikap siswa
terhadap mata pelajaran itu. Jika siswa meminati suatu mata pelajaran maka ia akan
menunjukkan sikap serius dan ingin mengikutinya sebaik mungkin. Biasanya siswa
akan memperoleh prestasi yang optimal. Sebaliknya, jika siswa kurang meminati
karena dianggapnya sulit misalnya, maka ia akan menunjukkan sikap cuek dan sering
mengeluh.
2.Motivasi belajar
21Q. S. Ar-Radu /13: 11
20
21
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor,
yaitu :
1) Faktor Jasmaniyah
a. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit, kesehatanadalah keadaan atau hal sehat, kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar sesorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badanya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya
serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh dan badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga berpengaruhi juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2).
Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
22
dengan
23
pada
kepiawaian,
imajinasi,
dan
kreativitas
penulis
mengungkapkan gagasan.
dalam
24
terfokus
pada
aspek
menyimak
dan
bicara. Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskah) dan mengeja
(tahajjuah), namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif
untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang.
Dengan demikian keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan
pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi
bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung pada bagaimana pula
situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya.
Diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan pentingnya fungsi
tata bahasa dalam mempelajari bahasa asing bahkan diantara mereka juga
mengatakan bahwa pelajaran tata bahasa bukanlah hal yang memiliki urgenitas tinggi
dalam pembelajaran bahasa dan bahkan tidak dibutuhkan dalam pembelajaran
berbicara. Karena tata bahasa (Qawaid) dianggapnya akan memasung kreatifitas
pembelajar untuk berbicara.
Pendapat demikian itu bukan berarti benar untuk selamanya, akan tetapi
sangat relatif kerena kebenaran pendapat tersebut kan valid jika pembelajaran yang
dimaksud adalah pemula dan baru mengenal bahasa Arab sehingga ia langsung di
ajarkan tata bahasa yang notabene memang harus proses mengahafal humus dan
kaidah-kaidah tata bahasa maka ia akan merasa kesulitan.
Akantetapi jika materi tersebut diberikan bagi mereka yang sudah agak mahir
dengan seperangkat kosa kata yang mencukupi, maka pembelajaran tata bahasa itu
sendiri akan menjadi sebuah kebutuhan guna mengoreksi dan mengarahkan
bahasanya agar baik dan benar.24
Dengan demikian, keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan
pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi
24Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab(Yogyakarta: Idea Press,
2010), h. 135.
25
26
berbagi, dengan cara membagi makanan maupun saling berbagi mainan dengan
cara mempraktekannya. Berbeda pada metode pembelajaran yang diterapkan
pada anak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya SMP dan SMA.
Saat membahas mengenai saling berbagi cukup dengan melakukan diskusi,
karena pada tahap ini mereka sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
analitis.
Semakin tinggi tingkatan berpikirnya, maka pemilihan metode pembelajaran
yang diterapkan dapat semakin kompleks. Ini berkaitan dengan pemahaman
siswa, pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya,
serta kebutuhan akan aktualisasi diri yang bersifat lebih kompleks. Kebutuhan
akan aktualisasi diri yang lebih kompleks menunjuk pada motif peserta didik
dalam tingkatan partisipasi pembelajaran yang dilakukan.
b. Latar belakang peserta didik, yaitu dapat ditelusur dari keluarga, pola didik, pola
asuh, kondisi-kondisi tertentu (ekonomi, sosial, budaya, anak berkebutuhan
khusus, dan lain sebagainya). Prakarsa belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh
individual culture yang besangkutan. Individual culture terbentuk dari pola asuh
dan pola didik seseorang dalam lingkungan keluarganya yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor perkembangan individu. Meskipun tidak signifikan, atau
pengaruhnya kecil sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran,
namun untuk kondisi-kondisi khusus, latar belakang peserta didik perlu
mendapat perhatian yang besar.
Contoh, pemilihan metode pembelajaran bagi anak-anak sekolah luar biasa harus
memberikan perlakuan khusus, sehingga metode pembelajaran yang digunakan
akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Tingkat intelektualita, yaitu pada bagian ini yang dimaksud dengan tingkat
intelektualitas, mencakup gaya belajar dan daya serap peserta didik dalam
mengolah informasi dan menyerap substansi pembelajaran yang dilakukan. Gaya
belajar yakni, melalui apa siswa mampu menangkap dan memahami
pembelajaran. Kategorinya antara lain gaya belajar audiotori, visual, atau audio
visual. Daya serap, adalah seberapa cepat dan seberapa besar kemampuan siswa
27
28
misalnya sudah tidak segar lagi (lelah) atau tiba-tiba mendapat tekanan (stress),
keadaan kelas-kelas yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau karena
penggunaan sesuatu metode.
h. Fasilitas, hal ini demi mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam
rangka mencapai suatu tujuan, fasilitas dapat dibagi dua, yaitu:
1) Fasilitas yang bersifat fisik, seperti: tempat dan perlengkapan belajar di
kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran dan perpustakaan, tempat
dan perlengkapan berbagai praktikum laboratorium atau keterampilan
kesenian, keagamaan dan olahraga.
2) Fasilitas yang bersifat nonfisik, seperti: ruang gerak, waktu, kesempatan,
biaya dan berbagai aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah.
3) Fasilitas-fasilitas tersebut harus diperhitungkan dalam menetapkan metodemetode, karena terdapat metode-metode yang dapat dilaksanakan dengan
fasilitas minim, tetapi ada pula yang menuntut fasilitas memadai.
i. Guru, ia adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar mengajar.
Guru adalah pemilik pribadi keguruan, yang unik,
artinya tidak ada guru yang memiliki kepribadian yang sama. Jadi setiap guru
memiliki pribadi keguruannya masing-masing.
j. Kebaikan dan kelemahan metode-metode, tidak ada metode yang jelek atau
metode yang baik.
Dengan kata lain, kita tidak dapat mengatakan dengan penuh kepastian bahwa
metode inilah yang paling efektif dan metode itulah yang paling buruk,
karena hal itu amat bergantung kepada banyak faktor.25
H. Penggunaan Metode Kitabah Dalam Pengajaran Al-Quran Hadits
Menulis merupakan salah satu keterampilan penting dalam pembelajaran
dengan bahasa Arab. Jika berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi aktif
dengan orang lain sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya
dan membaca merupakan alat yang digunakan orang untuk mengetahui sesuatu yang
terjadi pada masa-masa sebelumnya.
25http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/01faktor yang.mempengaruhipemilihan
metode belajar html. diakses tanggal 11 februari 2014.
29
Makamenulis merupakan
suatu
aktifitas
untuk
mengaktualisasikan
kemampuan dirinya dan spesialisasi keilmuannya kepada publik karena dari hasil
tulisannya baik berupa buku maupun sekedar naskah opini dan makalah singkat,
pembaca dapat mengetahui kwalitas keilmuan yang ia miliki dari spesialisasi
keilmuannya.
Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis :
1.
2.
3.
4.
maka perlu di ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi tiga
hal, yaitu :
1.
Dikte (Al-Imla)
A. Imla Hijaiy
Dalam pembelajaran ini, seorang siswa disuruh untuk menulis huruf-huruf
hijaiyyah yang tersusun dalam suatu kosa kata yang terdapat pada buku pelajarannya
atau tertulis di papan tulis, dan akan lebih baik jika ketika di tulis di papan tulis
dengan menggunakan kapur tulis/pena warna warni agar lebih memudahkan siswa
meniru tulisan tersebut.
B. Imla Manqul
Untuk tahap awal, pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa adalah
memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang ada di buku atau papan
tulis.Pembelajaran menulis tingkat awal ini bertujuan untuk memperbaiki
kemampuan siswa dalam menulis huruf, kata dalam bahasa arab.Pada tingkat ini tidak
30
hanya terfokus pada cara penulisan huruf tetapi diikuti juga latihan lain seperti tarkib
dan qawaid yang juga dipelajari kalam dan qiraah.
Latihan yang digunakan pada imla ini adalah:
1) Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya diambilkan darin teks
bacaan.
2) Memberikan beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk
mengurutkan sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
3) Menyalin teks pendek yang isinya berhubungan menyenangkan siswa.
4) Latihan merubah kalimat.
C. Imla Manzur
Dalam tahap ini, pelajaran menulis yang diberikan melalui tugas membaca
beberapa alinea dalam teks kemudian diperintahkan kepada siswa untuk menulis
ulang hasil bacaannya dan mengarahkan tata cara penulisannya yang baik.
Pada tingkat ini guru memberikan latihan sebagai berikut:
1) Guru meminta siswa untuk menyiapkan teks tertentu yang ditentukan oleh guru
dan siswa membacanya dirumah setelah disekolah didiskusikan dengan guru
tentang kata-kata yang sulit membacannya dan guru menjelaskan cara
penulisannya.
2) Siswa diminta untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja
kata-katanya,lalu siswa diminta untuk menuliskannya.
3) Meminta siswa menulis kalimat yang telah dipelajari dalam imla manqul tanpa
melihat kembali pada buku dan membandingkan dalam imla mandhur dengan
tulisan pada imla manqul dari sisi kebenaran tulisannya.
4) Siswa diminta untuk menyempurnakan kalimat yang pernah dipelajari atau
mengisi kalimat yang rumpang.
5) Guru member pertanyaan yang jawabannya satu kalimat dan dua kalimat.
6) Guru menuliskan kata-kata sulit pada papan tulis, lalu siswa menulis pada buku
tulis.
D. Imla Ikhtibary
Dalam tahap ke tiga ini, dibutuhkan kemampuan pendengaran yang optimal,
kemampuan menghafal serta kemampuan menulis yang ia dengar dengan baik, karena
31
dalam pembelajaran ini, seorang guru membecakan beberapa teks Arab kemudian
disuruh tulis kepada siswa tanpa harus melihat teks yang ada.
Pada imla ini guru memperhatikan hal-hal berikut:
1) Guru membaca teks dengan kecepatan sedang.
2) Mendiktekan teks dengan kecepatan yang rata.
3) Hendaknya guru membuat penggalan kalimat yang bermakna dalam
4)
5)
6)
7)
8)
2.
mendiktekannya.
Guru mengucapkan satu penggalan sekali dan siswa menulisnya dalam buku.
Guru diharapkan tidak mengulangi bacaan.
Guru memperhatikan siswa sambil mendikte.
Guru memberi waktu siswa untuk mengoreksi tulisannya.
Bagi siswa yang tidak menemui kesulitan dalam istima maka diberikan latihan
yang lebih sulit agar termotivasi untuk belajar.
Menulis Indah (Al-Khat)
Khat atau Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani. (kallos) berarti indah dan
Mengarang adalah aktivitas menuangkan ide/ gagasan ke dalam sebuah karya tulis
dengan tujuan tertentu. Proses mengarang diawali dengan mencari ide. Selanjunya
yang harus anda lakukan adalah membuat kerangka karangan, ialah suatu rencana
kerja yang berisi garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis.
Latihan pada tingkat ini adalah:
32
33
e) Menentukan susunan yang paling sesuai dan logis, dan yang tak kalah penting
adalah menggunakan bahasa yang baik, bernalar, menarik, sesuai dengan jenis
tulisan.
f) Langkahselanjutnyatentusajamulaimenulis.Beberapahal yang perlu diketahui
sebelum menyusun karangan adalah :
1) Tema
2) Topik
3) Karangan-karangan.27
I. KERANGKA KONSEPTUAL
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antar guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan
penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar.
Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas
daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya satu
kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang
mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin intraksi yang saling menunjang.
Juga sama halnya dengan metode yang sangat erat kaitannya dalam proses
belajar mengajar, karena dibutuhkan usaha oleh seorang pendidik untuk
menggunakan metode yang tepat dalam setiap belajar mengajar.
J. HIPOTESIS PENELITIAN
27http://temukanpengertian.blogspot.com/2013/09/pengertian-mengarang.html. diakses
tanggal 22 maret 2014.
34