Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern sekarang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta
menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia tak terkecuali di bidang pendidikan dan
pengajaran. Pemerintah dewasa ini khususnya Kementrian Pendidikan Nasional berusaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah digariskan dalam UU. SISDIKNAS No. 20
Tahun 2003 bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Untuk mencapai
tujuan tersebut maka pemerintah telah mengusahan peningkatan mutu pendidikan mulai dari
tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Selain itu, juga dilakukan usaha-
usaha seperti penataran guru-guru bidang studi, pengadaan buku-buku paket, dan menambah
sarana dan prasarana untuk kegiatan proses belajar mengajar.
Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai pendidik dalam
pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan kata lain guru menempati titik sentral
pendidikan. Agar guru mampu menunaikan tugasnya dengan baik, maka terlebih dahulu harus
memahami hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti halnya proses
pendidikan pada umumnya. Dengan demikian peranan guru yang sangat penting adalah
mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di sekolah termasuk didalamnya penggunaan
metode mengajar yang sesuai.
Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif mengatasi masalah
rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran tertentu, guna meningkatkan mutu pengajaran.
Penerapan suatu metode pengajaran harus ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan
kecocokannya dengan karakteristik materi pelajaran serta keadaan siswa yang meliputi
kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonomi siswa
sebagai obyek. Sesuai yang dikatakan oleh Rostiyah bahwa :
“Setiap jenis metode pengajaran harus sesuai atau tepat untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Jadi untuk tujuan yang berbeda guru harus mengadakan teknik penyajian yang berbeda
sekaligus untuk mencapai tujuan pengajarannya”.2 Salah satu metode yang diterapkan dalam
melibatkan siswa secara aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah
menggunakan metode resitasi. Dalam metode resitasi diharapkan mampu memancing keaktifan
siswa dalam proses belajarn mengajar.
1
Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru
dan harus dipertanggungjawabkan.3 Dalam keberhasilan proses belajar mengajar disamping tugas
guru, maka siswa turut memegang peranan yang menentukan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Sebab bagaimapun baiknya penyajian guru terhadap materi pelajaran, akan tetapi siswa tidak
mempunyai perhatian dalam hal belajar maka apa yang diharapkan sukar tercapai. Menurut
Slameto sebagai berikut :
“Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas
itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan,
tes/ualangan harian, ulangan umum dan ujian”.4
Pembelajaran dengan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai contoh adalah pemberian tugas pada setiap akhir
pelajaran dengan harapan aktifitas belajar siswa dapat ditingkatkan, sehingga prestasi belajar siswa
dapat pula meningkat. Pada peningkatan prestasi belajar siswa bukan hanya peran guru yang
dibutuhkan tetapi siswa sendirilah yang dituntut peran aktif dalam proses belajar mengajar. Salah
satu hal yang penting dimiliki oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah
penguasaan bahan pelajaran. Siswa yang kurang menguasai bahan pelajaran akan mempunyai nilai
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang lebih mengusai bahan pelajaran. Untuk
menguasai bahan pelajaran maka dituntut adanya aktifitas dari siswa yang bukan hanya sekedar
mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi
bahan pelajaran.
Perlu disadari bahwa yang diharapkan oleh guru terhadap siswanya adalah bahan pelajaran
yang diterima siswa dapat dikuasainya dengan baik. Olehnya itu, maka salah satu cara yang
ditempuh adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan
terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan
hasilnya harus dipertanggung jawabkan
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4. Bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5. Bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang maksud dengan metode pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
2. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan tujuan pembelajaran?
3. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan bahan ajar?
4. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan evaluasi?
5. Untuk mengetahui bagaimana relevansi metode PAI dengan siswa dan situasi?
3 Nana sujana ,dasar – dasar proses belajar mengajar,(bandung: CV, Sinar baru 2002) hlm, 82
4 Slameto, proses belajar mengajar dalam system kredit (sks), (Jakarta: bumi aksara 1998),hlm, 88
2
BAB II
PEMBAHASAN
5 Syaiful bahri djamarahdan aswan zain, strategi belajar mengajar, (Jakarta: PT reneka cipta,2002)hlm, 53
6 Omar Muhammad al-thaumi al-syaibani, falsafah Pendidikan islam,terj. hasan langgulung (Jakarta: bulan bintang,1979)hlm,
551-552
7 Abdurrahman ginting, esensi praktik belajar dan pembelajaran,(Jakarta: humaniora 2008)hlm, 42
3
2. Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan Islam
Langkah-langkah yang ditempuh oleh para pendidik sebelum pembuatan metode
pendidikan Islam adalah memerhatikan persiapan bahan mengajar (lesson plan) yang meliputi
pemahaman terhadap tujuan pendidikan Islam, penguasaan materi pelajaran, dan pemahaman
teori-teori pendidikan selain teori-teori pengajaran. Disamping itu, pendidik harus memahami
prinsip-prinsip mengajar serta model-modelnya dan prinsip evaluasi, sehingga pada akhinya
pendidikan Islam berlangsung dengan cepat dan tepat.
Prosedur pembuatan metode pendidikan Islam adalah dengan memperhatikan factor-faktor yang
mempengaruhinya yang meliputi:8
1. Tujuan pendidikan Islam
2. Peserta didik
3. Situasi
4. Fasilitas
5. Pribadi pendidik
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik tidaknya
bertgantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian
dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara intrinsik belum memenuhi
persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang
menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.
3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Berikut adalah prinsip-prinsip metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
a. Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Allah dan
sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah disertai dengan tauhid, mengesakan Allah,
tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid ini menjadi ruh bagi aktivitas muslim. Prinsip
ketauhidan ini yang membedakan dengan metode yang lain. Penerapan metode apa pun
diterima asal memperkuat keimanan dan pengabdian kepada Allah. Keterpaduan
(integrative, tauhîd). Ada kesatuan antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan, dzikir-fikr
(hati dan pikir), dhahir-batin (jiwa-raga), dunia-akhirat, dulu-sekarang-akan datang.
b. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan itu benar, disampaikan dengan cara
yang benar, dan dengan dasar niat yang benar.
c. Kejujuran (sidq dan amânah). Berbagai metode yang dipakai harus memegang teguh
kejujuran (akademik). Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun dilarang.
Keteladanan pendidik. Ada kesatuan antara ilmu dan amal. Pendidik yang mengajar
dituntut menjadi contoh tauladan bagi peserta didiknya. Tidak diperkenankan ada kata
“saya hanya mengajar”. Pengajar shalat, ia harus juga melaksanakan shalat. Ada dispensasi
(rukhshah) jika pendidik berhalangan secara syar’i semisal ia mengajar tentang haji
sementara ia belum memiliki biaya untuk naik haji sehingga belum mampu haji.
4
d. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan padaal-akhlâq al-karîmah,
budi utama. Metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas nilai semisal proses
pembelajaran harus memperhatikan waktu shalat (wajib).
e. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqûlihim).
f. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik (child center), bukan untuk memenuhi keinginan
pendidik apalagi untuk proyek semata.
g. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan ataupun
yang menyedihkan.9
9 Nur fitri yaniefima, strategi metode media bahan dan evaluasi pembelajaran pai
10 Ramayulis, metode pengajaran agama islam,(Jakarta: kalam mulia,2002),hlm. 96-110
5
e. Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar
peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran
sebelumnya.
f. Asas Korelasi
Dalam setiap pengajarn pendidik harus menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahn
pelajaran lainnya, sehingga membantuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan
asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap
mata pelajaran.
g. Asas Konsentrasi
Asas yang memfokuskan pada suatu pokok bahasan maslaah tertentu dari keseluruhan bahan
pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala
aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah
yang baru muncul.
h. Asas Individualisasi
Asas yang memperhatikan perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi
seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat serta lingkungan
yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat mepelajari pribadi setiap peserta
didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan
kemampuannya.
i. Asas Sosialisasi
Asas yang memperhatikan penciptaan suasana social yang dapat membangkitkan semangat kerja
sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesame peserta didik dan masyarakat sekitarnya,
dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
j. Asas Evaluasi
Asas yang memperhatika hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimilik peserta didik
sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya
diperuntukkan bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya
dalam menunaikan tugasnya.
6
k. Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibbatasi
atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini mengandung tiga aspek, yaitu
self-directednees, self-discipline, self-control.Asas ini menyarankan membuat keputusan-
keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kabijakan, dan mampu membuat
pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan diri sehingga sitem kontrol diri
berkembang.
l. Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan
lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih
bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan
lingkungan saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batasan-batasan
kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungan.
m. Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh psikologi totalitas, yaitu peserta didik berinteraksi terhadap
lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tatpi juga secara fisik, social, dan
sebagainya.
n. Asas Pusat-pusat Minat
Pelaksanaan pusat-pusat minat dalam islam dengan ruang lingkup terdiri dari bahan hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia terhadap alam semesta.
o. Asas Keteladanan
Pada fase tertentu peserta didik memiliki kecendrungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan
dan tingkah laku orang di sekitarnya. Khusus pada pendidik, asas keteladanan efektif digunakan
pada fase-fase ini.
p. Asas Pembiasaan
Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya
pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.
7
Jika tujuan daerah psikomotor maka metode yang cocok digunakan adalah seperti; metode
alat peraga, simulasi.
Jadi kesimpulan penulis disini bahwa metode yang akan digunakan harus melihat dulu
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa metode diatas masih terfokus kepada satu
tujuan, apabila tujuan yang akan dicapai meliputi ketiga aspek maka ini sesuai dengan kreatifitas
guru dalam mengkolaborasikan metode-metode tersebut.
8
kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa
berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa
fakta atau bahan hafalan.
b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah
pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi
pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis.
c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang
membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika
terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya,
Jadi metode pembelajaran PAI yang benar adalah yang sesuai dengan prinsip –
prinsip dan kriteria bahan ajar pendidikan agama Islam itu sendiri. Apabila metode
yang digunakan tidak memperhatikan bahan yang akan diajarkan maka tujuan dari
pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
9
agak lama, namun demikian dalam jangka waktu tertentu akan jelas bahwa terdapat
ketidakseragaman dalam materi yang dipelajari, dalam kecepatan belajar, sikap terhadap
belajar dan cara belajar. Begitu kita jumpai murid dalam kelas memiliki tingkat pengalaman
yang berbeda dirumah atau sekolah terdahulu (ibtidaiyah), disebabkan oleh perbedaan-
perbedaan tersebut diatas, setiap kesempatan belajar yang diberikan disekolh akan berbeda
bagi murid yang berbeda.
Kesemuannya itu sudah diketahui dengan baik, guru-guru sanggup menukil contoh-contoh
dari pengalaman mereka sendiri tentang perbedaan yang beraneka ragam dan menerima teori
dalam pendidikan mereka bahwa mereka harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu
dan menyiapkan pendidikan bagi murid yang dapat memenuhi perbedaan itu. Hal ini teoritis
sifatnya dan bagaiman dalam prakteknya?menyesuaikan metode yang akan digunakan dengan
situasi kelas maupun sekolah, maka pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik. Jadi
sangat penting diperhatikan bagi seorang guru tentang situasi tempat ia mengajar.
4. Relevansi dengan siswa
Kalau kita perhatikan bahwa system pengajaran di madrasah masih mengikuti
system klasikal dimana murid dengan berbagai ragam perbedaannya mendapat pelajaran
yang sama pada waktu yang sama, maka metode yang relevan untuk memenuhi perbedaan-
perbedaan individual (walaupun tidak seluruhnya) ialah dengan metode proyek, pemberian
tugas-tugas tambahan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
Pelaksanaan metode yang menjamin pemenuhan perbedaan individual masi
merupakan persoalan bagi guru. Hal ini disebabkan oleh karenah pengaruh ujian dan
banyak guru berkomentar bahwa suatu hal yang mustahil melayani murid secara individual
bila mereka mempersiapkan diri untuk ujian yang sama.para guru itu lupa bahwa tidak satu
jalan menuju ke roma. Ada berbagai jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Kalau murid
memang berbeda dalam berbagai macam aspek, mengapa mereka diharuskan mencapai
tujuan dengan cara yang sama? Lebih-lebih lagi sudah kebiasaan bagi murid yang akan
ujian dan tidak ujian, diberikan kesempatamn belajar yang sama-materi yang sama,
keterampilan yang sama, cara belajar dan sebagian serba sama?
Disinilah peran guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan
keadaan siswa. Apabila siswa memiliki kemampuan rata-rata yang sama maka guru bisa
menggunakan metode seperti; diskusi, tanya jawab, dan simulasi. Kemudian apabila
kemampuan siswa di suatu kelas tidak merata maka metode yang mungkin di gunakan
seperti; metode pendekatan personal seperti qawlan layyinan dan qawlan maisyura. Ini
semua kembali kepada kreativitas guru dalam melihat kemampuan, kematangan dan latar
belakang siswa
10
a. Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif
(menyeluruh). Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan
psikomotorik.
b. Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan.
c. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan
dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau.
d. Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
e. Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan
objektifitas pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis,
budaya, dan berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran.
Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi
belajar peserta didik karena mereka merasa dianaktirikan.
f. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan
teratur.12
Berkaitan dengan metode dalam pendidikan agama Islam maka ada beberapa
jenis evaluasi yang dapat diterapkan :13
a. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program
pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
b. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir
tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
c. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik
untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan
kondisi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
d. Evaluasi Diagnostik, adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan
latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang
mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat
digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesuliatan –kesuliatan
tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah.
11
Berikut adalah jenis-jenis alat evaluasi:
Alat/Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang
digunakan dalam melakukan observasi adalah pedoman observasi.14
b. Wawancara
Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu : pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas
sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua,
adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telahmenyusun pertanyaan
pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informasi-informasi yang diperlukan saja.15
c. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan
untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
responden.
d. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku
pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus
yang datang pada dirinya.16
Alat/Instrumen Evaluasi Bentuk Tes:
A. Uraian
B. Objektif
C. Lisan
12
Apapun metode yang digunakan oleh seorang guru maka hendaknya
memperhatikan beberapa item berikut seperti:
a. Pertama, berpusat kepada anak didik. Guru harus memandang anak didik
sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama,
sekalipun mereka kembar.
b. Kedua, belajar dengan melakukan. Supaya proses belajar itu
menyenangkan, guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh
pengalaman nyata.
c. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan
pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga
sebagai sarana untuk berinteraksi sosial.
d. Keempat,mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses
pembelajaran dan pendidikan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak
didik.
e. Kelima, mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan
masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru
bagaimana merangsang kreativitas dan imanjinasi anak untuk menemukan
jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik.
Apabila metode yang digunakan guru adalah metode tanya jawab dalam proses
pembelajaran maka evaluasi yang cocok untuk diterapkan adalah tes lisan. Karena
pada awalnya siswa sudah dibimbing oleh guru untuk menuturkan dan menjelaskan
materi pelajaran secara lisan. Ini akan memudahkan guru untuk menguji seberapa
jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diberikan.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Konsep metode Pendidikan Agama Islam adalah bagaimana seorang pendidik
dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam,
yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada
Allah SWT. Disamping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional
yang actual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang dideduksikan dari Al-Qur’an, dan
dapat memberi motivasi dan disiplin dalam proses pembelajaran di kelas.
Metode Pendidikan Agama Islam yang digunakan harus selalu sesuai dengan tujuan,
bahan ajar,situasi,siswa, dan evaluasi agar tercapai hasil yang efektif dan efisien dalam
proses pembelajaran. Guru yang baik adalah guru yang bisa memilah dan memilih metode
yang tepat dengan komponen-komponen dalam proses pembelajaran.
2. Saran
Makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi buku reperensi,
penulisan apalagi kata-kata yang tidak terurai dengan baik. Penulis mengharap kritikan dan
masukan dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Humaniora, 2008
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
UU . RI. No. 20 Tahun 2003, Sisdiknas, Jakarta: Cemerlang, 2003
Rostiyah, N.K.. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bina Aksara. 1998
Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV. Sinar Baru. 2002
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS), Jakarta : Bumi Aksara, 1998
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002
Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Mahfudz Shalahuddin, Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Ilmu, 1987
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya , 2011
15