A. KEBUDAYAAN JAWA
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Alexander Allad Jr yang
mengemukakan kebudayaan merupakan hasil perpaduan kemampuan manusia
berdaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan berpikir metaforis dengan
menggunakan simbol-simbol. Jadi, kebudayaan dikembangkan manusia untuk
mekanisme pengendalian kehidupan berupa rencana-rencana dan program untuk
mengatur hidup.
Untuk itu, semangat atau etos kebudayaan seseorang akan memancarkan watak
khas dalam antropologi yang disebut: ETOS, yaitu gaya tingkah laku warga masyarakat
dan berbagai hobi, dan berbagai benda budaya lainnya.
Menurut Karkono, kebudayan Jawa adalah pancaran budi manusia jawa yang
mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan,
keselamatan lahir batin. Kebudayaan Jawa ini telah ada sejak zaman prasejarah.
Kedatangan kebudayaan Hindu di Jawa melahirkan kebudayaan Hindu-Jawa.
Kedatangan kebudayaan Islam di Jawa melahirkan kebudayaan Islam Jawa. Kedatangan
bangsa Barat untuk berdagang dan menjajah beserta kebudayaannya melahirkan
kebudayaan Barat Jawa yang bersifat materealistik.
a. manusia Jawa berkeyakinan kepada sang Maha Pencipta, segala penyebab dan
kehidupan.
b. manusia Jawa berkeyakinan bahwa manusia adalah bagian dari kodrat alam semesta
(macro cosmas). Manusia dengan alam saling mempengaruhi tetapi manusia harus
sanggup melawan kodrat alam sesuai dengan kehendak cita-cita agar hidup selamat baik
dunia maupun akhirat. Hasil dari perlawanan terhadap kodrat alam tersebut berasal dari
kemajuan dan kreativitas kebudayaan, sehingga terjalinlah keselarasan dan kebersamaan
yang di dasarkan pada saling hormat, saling tanggung rasa, saling mawas diri
c. Manusia Jawa rindu akan kondisi kondisi “tata tentrem jasa raharja” yaitu keadaan
yang damai, sejahtera, aman, sentosa berdasar pada “kautamaning ngaurip” (keutamaan
hidup) sehingga manusia Jawa berkewajiban untuk “memayu hanyuning bawono”.
Orang Jawa adalah penduduk asli pulau Jawa bagian Tengah dan Timur. Orang
Jawa juga termasuk kedalam salah satu suku yg memiliki banyak penduduk, kini orang
Jawa tidak hanya ada di Pulau Jawa. Sudah banyak orang Jawa yang bermigrasi ke
pulau-pulau lain, seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, juga luar negeri.
Berdasarkan kebudayaannya Orang Jawa dibagi menjadi 2:
1. Kebudayaan Pesisir
2. Kebudayaan Pedalaman/kejawen
1. Kaum Priyayi, dibagi lagi menjadi dua yaitu Kaum Priyayi rendah
(Pegawai,intelektual) dan Kaum Priyayi tinggi (para pejabat).
2. Wong Cilik, yaitu para petani dan orang desa yang berpendapatan
rendah.
Struktur sosial orang jawa terbagi menjadi tiga dimensi sosial, yaitu:
Manusia jawa dalam interaksinya dalam lingkup keluarga (mikro) setiap orang
harus dapat membawa diri dan bersikap sesuai prinsip “kekeluargaan”, misalnya
seorang anak harus bisa hormat pada orang tua atau mbangun miturut bapa biyung
( patuh pada orang tua ibu bapak). Orang jawa harus hormat pada leluhurnya atau bisa
disebut mendhem jero mikul dhuwur (menjaga kehormatan leluhur). Kesemuanya itu
demi terciptanya memayu hayuning saliro (mempercantik prilaku diri).
Manusia jawa dalam interaksinya dengan sesama (mezzo), maka setiap orang
harus dapat hormat/ bergaul sesuai prinsip gotong royong atau kekadangan. Seseorang
harus datat “ujer ajer” dengan sesamanya, tidak boleh “pilih kasih” . kesemuanya itu
demi terciptanya: amemayu hayuning bebrayan (mempercantik perilaku dalam
pergaulan sesama). Termasuk juga didalamnya lelembut (makhluk halus). Makhluk
halus menurut kepercayaan manusia jawa harus diberi hormat dengan “sesajen”.
Karena, makhluk halus tersebut dapat mengganggu manusia, bahkan makhluk halus
dapat dimintai pertolongan, seperti mencarikan kekayaan, mencari kesaktian, dan
sebagainya.
Manusia jawa dalam interaksinya dengan lingkungan yang lebih besar yaitu
negara atau pemerintahan (makro), maksudnya adalah setiap orang harus dapat
membawa diri dan bersikap amemayu hayuning projo/bawono.