BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari
berbagai suku dan budaya. Mereka hidup dengan segala perbedaan latar
belakang dan kebudayaan yang mencirikan masing-masing daerah dari mana
mereka berasal.
Kebudayaan yang sangat mementingkan antara manusia dengan
sesamanya, dalam tingkah laku manusia yang hidup dalam suatu kebudyaan
serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-ornag
senior dan atasan. Dalam suatu kebudayaan serupa akan sangat merasa
tergantung keada sesamanya, usaha untuk memelihara hubungan baik dengan
tetangganya dan sesamanya merupakan suatau hal yang dianggap sangat
penting dalam hidup (Koentjaraningrat 2009:156).
Pada dasarnya budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi, menyatu dengan masyarakat dan hadir sebagai alat untuk
berkomunikasi yang mendatangkan kepuasan dan perasaan-perasaan tertentu
terhadap nilai-nilai budaya.
Setiap etnis memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Setiap budaya memiliki kekhasan yang sering disebut budaya lokal, nilai-nilai
yang dimiliki oleh budaya lokal ini kemudian dapat menjadi bersifat local
indigenious yang dijalankan oleh masyarakat. Hal ini juga berlaku bagi
masyarakat etnis Jawa yang memiliki budaya yang khas dan menjunjung
tinggi sifat-sifat dan nilai-nilai luhur local indigenious dari kebudayaan yang
dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Antropologi?
2. Apa yang dimaksud dengan adat dan tradisi?
3. Apa yang dimaksud dengan siraman?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Antropologi
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti
manusia dan logos berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang
sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan
kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya.
Menurut Harsojo dalam bukunya berjudul “Pengantar Antropologi”
(1984), menurutnya antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian
antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta
nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan
pergaulan hidup yang lainnya.
Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Antropologi I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis,
antropologi adalah sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik
fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia.
Sedangkan secara praktis, antropologi merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
Menurut Kottak, antropologi merupakan studi terhadap semua
masyarakat, dari masyarakat yang primitif (ancient) hingga masyarakat
modern, dari masyarakat sederhana hingga masyarakat yang kompleks.
Bahkan antropologi merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang
membandingkan kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan
masyarakat lainnya.
4
yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara satu sama lain (Roelof Van Djik,
1979 : 5). Adat bisa berarti segala tingkah laku, kebiasaan dan tata cara hidup
yang khas yang didapat dari proses pembelajaran dan sosialisasi secara turun
temurun. Nilai-nilai adat sangat dihargai oleh masyarakatnya, bahkan jika ada
yang melanggarpun sanksi akan diterima oleh si pelanggar.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian adat adalah tata cara yang
telah ditetapkan dalam suatu masyarakat yang berasal dari warisan nenek
moyang yang diturunkan hingga ke anak cucunya. Dengan demikian tidak
akan terjadi pertentangan antara satu sama lain di dalam anggota masyarakat
yang menyangkut sistem adat tertentu.
Tradisi menurut etimologi adalah kata yang mengacu pada adat atau
kebiasaan yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 1208). Menurut Soekanto Soerjono
tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam bentuk
yang sama (Soekanto Soerjono : 1987 :13). Jadi tradisi merupakan kebiasaan
yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan
secara turun-temurun.
Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah
laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal
yang bersifat gaib atau keagamaan. Hal yang paling mendasar dari tradisi
adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat
punah. Tradisi yang dimiliki masyarakat bertujuan agar membuat hidup
manusia kaya akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga
akan menciptakan kehidupan yang harmonis.
C. Definisi Siraman
Budaya Jawa merupakan salah satu kebudayaan lokal yang
berpengaruh penting karena dimiliki sebagian etnis terbesar di Indonesia.
Kehidupan masyarakat Jawa sangat bersifat seremonial, mereka selalu ingin
6
melangkah pada kehidupan yang baru. Harus ada proses penyelarasan diri,
masing-masing berusaha untuk menyesuaikan dengan pasangannya.
Calon pengantin didudukan di bangku yang diberi alas tikar baru dan
daun-daunan (daun opo-opo, daun koro, daun kluwih, daun dhadap srep, daun
alang-alang), yang ditutup dengan kain batik motif Yuyu Sekandang atau
lawon. Setelah selesai menyirami pengantin dilanjutkan dengan wudhu dari
air kendi yang berasal dari tujuh sumber sumur bertuah.
Prosesi “dodol cendol” yaitu satu acara dalam satu rangkaian siraman
pengantin. “Dodol cendol” yang bermakna dari cendol yang berbentuk bulat
yang melambangkan kebulatan tekad orang tua untuk menjodohkan anak.
9
4. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan
sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat
abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat
luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Namun, yang menjadi kajian
dalam antropologi adalah bagaimana pengetahuan manusia digunakan
untuk mempertahankan hidupnya.
Menurut Koentjaraningrat, sistem pengetahuan pada awalnya
belum menjadi pokok perhatian dalam penelitian para antropolog karena
mereka berasumsi bahwa masyarakat atau kebudayaan di luar bangsa
Eropa tidak mungkin memiliki sistem pengetahuan yang lebih maju.
Namun, asumsi tersebut itu mulai bergeser secara lambat laun karena
kesadaran bahwa tidak ada suatu masyarakat pun yang bisa hidup apabila
tidak memiliki pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat
dari peralatan hidup yang digunakannya.
Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki
pengetahuan mengenai, antara lain :
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
13
17. Jajan pasar : Jajan pasar olahan dari hasil bumi antara lain pala
kependen (jenis buah dari bumi), pala kesimpar (jenis buah
merambat), pala gumantung (jenis buah bergantung).
18. Lulur pengantin : Tepung beras manca warna, mangir, pandan wangi,
daun kemuning bertujuan membersih-kan kotoran tubuh, dan
hasilnya warna kulit yang bersih bersinar.
19. Pelepasan pitik urip-uripan : Melepas ayam hidup yang diibaratkan
melepas anak (calon pengantin) untuk kehidupan yang baru.
20. Bubur merah putih : Berani dan suci/ kejujuran atau tanda
kemenangan.
21. Bunga : Hidup yang selalu berwarna dan harapan.
6. Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan
sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut
dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman
tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan
mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada
bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem
perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi
adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan
oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan
dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa
sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut
Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa
tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu
16
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai
benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan
manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda
seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti
perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni
relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni
vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi.
Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat
ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan.
Biasanya dalam upacara adat Jawa seperti siraman agar suasana
terasa lebih Jawa seperti di keraton, diiringi dengan lantunan Tembang
Macapat yaitu puisi yang pembacaannya ditembangkan. Tembang
Macapat Jawa sendiri berjumlah sebelas tembang dan merupakan
gambaran perjalanan hidup manusia. Berikut sebelas tembang macapat :
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebudayaan tidak terlepas dari keberadaan manusia di dunia. Ragam
kebudayaan yang dimiliki disetiap daerah tentu saja berbeda jenisnya.
Kebudayaan akan terus ada dan berjalan jika manusia selalu melakukannya.
Setiap kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya seperti upacara
adat Siraman yang merupakan salah satu rangkaian dari tradisi
melangsungkan pernikahan. Pelaksanaannya melibatkan banyak komponen
baik dari manusianya maupun perlengkapan yang digunakan. Seperti
kebudayaan pada umumnya, upacara adat Siraman diajarkan secara turun-
temurun. Kegiatan yang berciri khas tradisional ini mengingatkan kita agar
selalu ingat dari mana kita berasal. Jangan sampai dengan adanya modernisasi
kita sebagai manusia menjadi lupa akan ciri khas budaya yang dimiliki.
B. Saran
Sebagai manusia yang berbudaya hendaknya kita melakukan upaya
melestarikan budaya yang telah diberikan secara turun-temurun tersebut.
Sebisa mungkin mencengah terkikisnya budaya tersebut karena adanya
modernisasi. Sebagai manusia yang sudah modern seharusnya lebih giat
dalam menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada. Dimulai dari hal
terkecil seperti mengenal dan mempelajari budaya tersebut, mengakui dan
bangga menjadi bagian dari budaya tersebut, serta sadar akan ciri khas
budaya yang telah dimiliki. Semua hal berproses dari langkah kecil, apabila
kita berhasil dalam melalui langkah kecil tersebut makan langkah besar
menuju pelestarian budaya akan semakin besar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Mahligai, 2007. Prosesi Pernikahan Adat Jawa Solo. Jakarta : PT. Dwiputra
Glomedia.