Anda di halaman 1dari 6

Subtema: Solusi dan implementasi konservasi seni dan budaya

Upaya Meningkatkan Minat Siswa Sekolah Dasar Dalam Mempelajari


Kebudayaan Lokal
Dian Prastyaningrum Sunardi
Universitas Diponegoro
dianprastya019@gmail.com
088215315562

ABSTRAK - Seiring dengan adanya globalisasi dan terjadinya pembaharuan pada


bidang teknologi tidak dipungkiri membawa dampak yang besar pada kehidupan
manusia. Akses ke segala penjuru bidang kehidupan kini tidak lagi sulit, terutama dalam
mengakses informasi terbaru baik dalam negeri maupun internasional. Perkembangan ini
tidak hanya merambah pada kehidupan orang dewasa tetapi juga mulai merambah pada
kehidupan siswa sekolah dasar. Nilai-nilai kearifan budaya lokal jika tidak dijaga dan
dipelihara, dikhawatirkan secara berangsur-angsur akan mengalami proses kepunahan
karena pengaruh globalisasi. Salah satu upaya untuk menjaganya adalah melalui
pemanfaatan budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru sebagai orang
tua kedua di sekolah memiliki kontrol penuh atas perkembangan pendidikan siswa.
Kata Kunci : siswa sekolah dasar, kebudayaan lokal

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu sarana dalam rangka untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya penyesuaian dari lingkungan peserta didik berada,
terutama dalam ruang lingkup budaya, karena bagaimanapun juga kehidupan peserta didik di dalam
lingkungannya harus bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Apabila penerapan pendidikan
tidak dapat berlandaskan oleh prinsip tersebut maka akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar
budayanya. Ketika hal tersebut terjadi yang dikhawatirkan adalah peserta didik menjadi asing dengan
budayanya sendiri.

Budaya sangat diperlukan dalam pengembangan kehidupan seorang anak, terlebih lagi budaya
dari yang paling terdekat dengan lingkungannya yaitu dimulai dari keluarga, RT, RW, dan desa. Bila peserta
didik telah mampu mengikuti kebudayaan yang ada dekat dengan dirinya maka dapat dikatakan sebagai
langkah awal untuk dapat berkembang ke ruang lingkup yang lebih luas yaitu budaya nasional dan budaya
universal yang dianut oleh umat manusia.

Namun tidak semudah berbicara, penerapan yang dilakukan terhadap peserta didik jenjang
sekolah dasar belum tentu berjalan lancar. Mereka belum bisa menampung terlalu banyak materi di dalam
pikiran mereka, selain itu kegiatan peserta didik yang lebih banyak pada pengenalan sosial belum tentu
dapat diikuti dengan baik. Belum lagi tuntutan perkembangan zaman dimana sekarang ini pengenalan
teknologi sudah dimulai sejak saat sekolah dasar bahkan ada yang pada tingkatan taman kanak-kanak.

Peserta didik yang menjadi asing dari budaya terdekatnya maka bisa jadi dia tidak mengenal baik
budaya bangsa dan tidak sadar bahwa dirinya merupakan anggota budaya bangsa. Dalam pengembangan
pendidikan yang berkarakter bangsa, kesadaran terhadap siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang
sangat penting. Kesadaran tersebut akan terbentuk dengan baik melalui sejarah yang memberikan
gambaran serta penjelasan mengenai siapa diri bangsanya di masa lalu hingga akhirnya menghasilkan diri
dan bangsanya di masa kini.
Pendidikan juga dapat dipandang sebagai proses transmisi kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan
yang ditransmisi melalui pendidikan meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat masyarakat, pandangan
mengenai hidup, dan berbagai konsep hidup lainnya yang ada dalam masyarakat. Selain itu juga berbagai
kebiasaan sosial, sikap, dan tingkah laku yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota
dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian, tampak jelas betapa besar peranan pendidikan dalam
perkembangan bahkan matinya suatu kebudayaan.

Keterkaitan Minat Peserta Didik dalam Tujuh Unsur Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan dapat diartikan sebagai hal- hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga yang berpendapat sebagai suatu perkembangan dari
majemuk budi- daya yang artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal. Koentjaraningrat berpendapat
bahwa kebudayaan mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan, nilai-
nilai norma-norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia
dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda-benda hasil karya manusia.

Dalam memahami apa saja aspek dalam pembelajaran kebudayaan lokal tidak terlepas dari unsur-
unsur kebudayaan. Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan (1974)
memaparkan unsur-unsur kebudayaan universal adalah sebagai berikut:
1. Sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan
2. Sistem religi dan kepercayaan
3. Sistem mata pencaharian hidup
4. Sistem pengetahuan
5. Sistem teknologi dan peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian

Dalam kehidupan kesehariannya manusia sudah pasti tidak terlepas dari unsur-unsur kebudayaan.
Suatu hal yang dilakukan dan digunakan tentu saja mencakup unsur kebudayaan di dalamnya. Tapi tidak
dipungkiri adanya globalisasi terkadang melengserkan unsur kebudayaan jauh dari kebudayaan lokal
dengan kata lain unsur kebudayaan tidak lagi terpaku pada kebudayaan lokal saja tetapi juga pada
kebudayaan yang lebih modern. Sebenarnya hal tersebut bukan suatu masalah jika dalam penggunaan
antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan modern seimbang. Artinya jangan sampai adanya
kebudayaan modern melunturkan kebudayaan lokal yang sudah lama muncul dan diajarkan secara turun-
temurun.

Contoh saja dalam unsur sistem teknologi dan peralatan, sudah banyak siswa sekolah dasar yang
diberi akses internet. Tidak sedikit juga dari mereka yang telah diberikan kebebasan menggunakan
smartphone. Hal ini menjadi pemicu berkurangnya minat peserta didik dalam kebudayaan lokal. Jika dulu
disaat anak-anak belum mengenal smartphone mereka sering bermain dengan teman-teman mereka,
berlarian kesana kemari, mengenal siapa saja tetangga mereka, tetapi kini hal tersebut tidak berjalan
dengan maksimal.

Anak-anak yang dulunya bermain beragam permainan tradisional seperti lompat tali, egrang,
congklak, gasing, dan sebagainya, kini mereka lebih banyak terpaku pada permainan di smartphone
mereka. Dulu yang biasanya anak laki-laki bermain sepak bola menggunakan kaki di lapangan sekarang
mereka lebih banyak menggunakan jari-jari mereka untuk bermain menggunakan smartphone. Anak
perempuan yang biasanya bermain masak-memasak di teras rumah bersama dengan teman yang lain
sekarang lebih banyak berdiam diri di kamar bermain menggunakan smartphone juga.
Namun tidak semua anak-anak seperti itu, hal tersebut kemungkinan banyak ditemukan di daerah
perkotaan yang mana mereka keterbatasan tempat untuk bermain terutama permainan yang membutuhkan
tanah lapang. Berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah perkampungan atau pemukiman desa,
mereka lebih senang bermain aktivitas fisik dari pada bermain dengan smartphone. Masih sering ditemui
anak-anak setiap sore berkumpul bersama bermain beragam permainan.

Belum lagi bagi anak-anak yang harus mengikuti orang tua mereka untuk migrasi karena
pekerjaan, mereka dituntut untuk bisa beradaptasi dengan budaya di tempat barunya. Bagi mereka yang
berpindah keluar daerah asalnya sering ditemukan fenomena migrasi bahasa. Mereka perlahan mulai
menggunakan bahasa daerah barunya dan perlahan mulai berkurang penggunaan bahasa daerah asalnya.
Apalagi bagi mereka yang tidak mendapatkan ajaran tentang bahasa ibu mereka ini dapat menyebabkan
mereka lupa dan tidak bisa menggunakan bahasa asli mereka.

Pendidikan Budaya Pada Sekolah Dasar

Pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah mengaju pada kurikulum 2013. Adapun esensi dari
kurikulum 2013 adalah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik saja, tetapi
juga membekali peserta didik dengan keterampilan serta karakter luhur sesuai kepribadian bangsa
Indonesia. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013 dirancang terpadu antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya dalam bentuk tema atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran tematik.
Implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta didik yang mengarah
kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan sekitar siswa. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan adalah dengan pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan diharapkan dapat merancang atau
mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Dalam pengintegrasian ini tentunya harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga metode yang
digunakan. Langkah yang dapat dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal
adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi keadaan dan potensi daerah


Mengidentifikasi potensi daerah dipandang sangat penting untuk mengetahui potensi atau
keberagaman seperti apa saja yang berkembang dalam daerah tersebut kemudian nantinya dapatkah
diintegrasikan dalam materi pelajaran yang dilaksanakan. Kearifan lokal dapat ditinjau dari potensi alam
daerah tersebut, kepercayaan, potensi sejarah, potensi budaya, dan lain sebagainya.

2. Menentukan fungsi dan tujuan


Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang hendak dicapai dalam
pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai batasan dan panduan. Fungsi dan tujuan ini harus dapat
mengembangkan pengetahuan, sikap serta keterampilan bagi peserta didik.

3. Menentukan kriteria dan bahan kajian


Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa,
kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung, tidak bertentangan dengan nilai luhur kearifan lokal yang
ada serta kelayakan apabila diterapkan.

4. Menyusun rencana pembelajaran


Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan lokal yang dipilih sesuai
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dikembangkan. Menelaah kompetensi inti, kompetensi
dasar, dan indikator untuk memastikan bahwa inovasi penyajian konsep sesuai dengan kompetensi yang
telah ditetapkan. Pengorganisasian materi atau kompetensi muatan keunggulan lokal ke pembelajaran dan
menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kelayakan pembelajaran.
Simpulan
Pendidikan sangatlah penting dilakukan karena dapat mengembangkan potensi seorang anak
secara optimal. Pendidikan tidak hanya berbasis pada ilmu umum saja melainkan juga harus mencakup
pengetahuan kearifan lokal. Apabila pendidikan budaya tidak diterapkan maka dapat berujung pada
keterasingan peserta didik terhadap budayanya sendiri. Langkah yang dapat dilakukan guru untuk
menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi keadaan dan
potensi daerah, 2) menentukan fungsi dan tujuan, 3) menentukan kriteria dan bahan kajian, 4) menyusun
rencana pembelajaran berbasis kearifan lokal.

Daftar Pustaka

Ghufron, A. (2017). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Nilai-Nilai Budaya Yogyakarta Di Sekolah


Dasar. Cakrawala Pendidikan, (2), 81677.
Hasan, S. H. (2010). Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa.
Kawuryan, S. P. (2011). Mendekatkan Siswa Dengan Kearifan Budaya Lokal Melalui IPS Di Sekolah
Dasar. FIP UNY.
Koentjaraningrat, R. M. (1971). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Gramedia.
Shufa, N. K. F. (2018). Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar: Sebuah Kerangka
Konseptual. INOPENDAS: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1).
Lampiran 1 Scan KTM
KTM yang discan

Anda mungkin juga menyukai