Anda di halaman 1dari 10

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

MELALUI KEARIFAN LOKAL DI SD SWASTA ANTONIUS DAN SD ADVENT


MEDAN

OLEH

TERBINA GALINGGING (190910122)


ALDY DAMESTA SEMBIRING (190910125)
SAHAT MAHULAE (190910128)
ROHANI PANDIANGAN (190910131)
RICHO VALENTINO SEBAYANG (190910136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
MEDAN
2022
BA B 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring kemajuan zaman dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat,
mendorong manusia untuk selalu berkembang pada berbagai sector atau bidang, tidak
terkecuali sektor pendidikan. Siswa dari TK sampai dengan perguruan tinggi semakin akrab
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi utnuk menunjang proses belajar.
Siswa dengan mudah menemukan informasiinformasi melalui internet, baik informasi dalam
maupun luar negeri. Kecepatan informasi dan konten informasi yang didapatkan siswa tentu
akan berpengaruh pada kehidupan sehari- hari siswa. Salah satu contoh, tidak sedikit siswa
Sekolah Dasar yang sudah hafal dengan nama boyband atau girlband Korea yang disukainya,
bahkan bisa menyanyi dan menari menirukan gaya idolanya tersebut. Selain itu, cara
berpakaian yang cenderung terbuka, meniru gaya kebarat- baratan juga marak diikuti oleh
anak- anak dan remaja karena menganggap gaya tersebut lebih modern.
Di satu sisi, dampak adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
memunculkan sikapsikap yang kurang sesuai dalam kehidupan bermasyarakat. Misal, siswa
yang terlalu sering bermain gadget dikhawatiran akan memiliki sikap individualisme yang
tinggi, dan kurang bersosisialisasi dengan teman dan lingkungan. Siswa akan melupakan
permainan- permaianan tradisional khas bangsa Indonesia dan cenderung memilih gadget
dengan berbagai kecanggihan yang ditawarkan. Saptadi dalam Mubah (2011) tentang
problematika budaya lokal di era globalisasi mengemukakan bahwa Sekarang, dunia
mengalami Revolusi 4T (Technology, Telecomunication, Transportation, Tourism) yang
memiliki globalizing force dominan sehingga batas antarwilayah semakin kabur dan
berujung pada terciptanya global village seperti yang pernah diprediksikan McLuhan.
Dalam hal ini, pendidikan sebagai salah satu bidang kehidupan manusia, memiliki peran
penting dalam menciptakan generasi manusia yang cerdas, bijaksana, dan berkarakter. Hal ini
sejalan dengan pengertian pendidikan sesuai Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1
ayat 1, yaitu penddikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan karakter sejalan dengan pemikirian untuk menciptakan pendidikan
akhlak. Proses pendidikan merupakan pembelajaran manusia terdidik yang dilakukan secara
berkesinambungan. Muara dari serentetan proses pendidikan pada hakikatnya adalah
menyediakan sumber daya insani yang mempunyai daya saing secara internasional.
Hal itu tidak dapat dihindari lagi dalam percaturan antar bangsa di era global dewasa ini.
Untuk itulah perlu ada upaya atau strategi dan kebijakan yang perlu dilakukan sebagai
antisipasi bagi perbaikan dan pengembangan proses pendidikan. Langkah-langkah untuk
melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru sistem
pendidikan nasional pada abad ke-21 ini memang perlu dilakukan, baik itu menyangkut
pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Dunia industri sebagai pengguna
dari lulusan pendidikan kejuruan atau pendidikan profesional lainnya senantiasa melihat dan
menaruh perhatian yang amat besar pada kompetensi sumber daya manusia itu.
Masa yang akan datang, kompetensi tenaga kerja dan kompetensi soft skill menjadi
perhatian utama. Memang dengan memfokuskan man power pada sisi kompetensi tersebut
dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam hal produktivitas tenaga kerja,
komitmen, dan kepuasan serta efektivitas organisasional secara menyeluruh. Globalisasi
merupakan suatu keniscayaan dan kecenderungannya yang hampir tidak bisa dipungkiri oleh
bangsa-bangsa di dunia. Dalam kondisi keterdesakan di tengah arus perkembangan jaman,
peran bangsa sepertinya semakin pudar dalam mengkotak-kotakkan manusia ke dalam
wadah-wadah etnis dan nasionalisme tertentu (Sismono La Ode, 2006). Hampir semua
negara maju meletakkan pondasi pendidikan secara kokoh, sehingga mereka memahami
betul arti pentingnya pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa untuk membangun budaya serta
peradaban lebih baik. Kebudayaan sering dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta,
rasa, dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan dari alam
sekelilingnya. Kebudayaan akan selalu lahir mengiringi keberadaan masyarakat itu sendiri. Ia
lahir dan eksis sebagai ekspresi diri dan kehidupan sebuah komunitas manusia yang sedang
dan akan dialami berbasis konteks masyarakat dan alam sekitarnya.
Adat tradisi menjadi tumpuan penting dalam mengekspresikan diri dan kehidupan
tersebut. Hefner (1985: 38), menegaskan, bahwa istilah adat itu sendiri memiliki berbagai
macam penggunaan regional. Keanekaragaman adat merupakan simbol perbedaanperbedaan
kultural, dan kebanyakan komunitas etnik seringkali memberi pembenaran pada adat sebagai
sumber identitas khas mereka. Karena itu, ia menjadi sesuatu yang cukup kuat mengakar di
dalam sistem kepribadian masyarakat yang bersangkutan. Sebagai contoh daerah di Bali yang
memiliki tradisi unik antara lain Tabanan, dengan tradisi budaya nyentana misalnya,
mengindikasikan ciri dan watak atau karakter masyarakat Tabanan yang memandang
kesetaraan gender merupakan hak yang hakiki. Tenganan dengantradisi perang pandan,
merupakan tradisi turun temurun dimana setiap peserta memegang pandan dan menyerang
lawannya dengan menggesekkan pandan berduri pada tubuh lawannya terutama di bagian
punggung.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Secara etimologi, kearifan lokal
(local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain
untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan
setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious). Rosidi (2011:29)
mengemukakan istilah kearifan lokal merupakan hasil terjemahan dari local genius yang
diperkenalkan pertama kali oleh Quaritch Wales pada tahun 1948-1949 yang berarti
kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada
waktu kedua kebudayaan itu berhubungan. Menurut Permana (2010:20), kearifan lokal
adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-politis, historis, dan situasional yang
bersifat lokal. Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan
serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan berarti kebijaksanaan, kecendekiaan
sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Kata lokal, yang berarti tempat atau
pada suatu tempat atau pada suatu tempat tumbuh, terdapat, hidup sesuatu yang mungkin
berbeda dengan tempat lain atau terdapat di suatu tempat yang bernilai yang mungkin
berlaku setempat atau mungkin juga berlaku universal (Fahmal, 2006:30-31).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang ingin di
teliti adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang semakin akrab dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi utnuk
menunjang proses belajar.
2. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut memunculkan sikapsikap yang
kurang sesuai dalam kehidupan bermasyarakat
4. Pendidikan karakter sejalan dengan pemikirian untuk menciptakan pendidikan akhlak.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi
batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Kecepatan informasi dan konten informasi yang didapatkan siswa tentu akan berpengaruh
pada kehidupan sehari- hari siswa.
2. melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru sistem
pendidikan nasional pada abad ke-21 ini memang perlu dilakukan, baik itu menyangkut
pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi
3. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Karakter


Kata “karakter” mempunyai konotasi dan penggunaan yang berbeda- beda. Karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
ketrampilan (skills). Karakter menunjukkkan suatu kualitas pribadi yang bersifat unik dan
menjadikan sikap atau perilaku itu, seseorang dapat berbeda satu dengan yang lain. Karakter,
sikap, dan perilaku dalam prakteknya dapat muncul secara bersamasama.
Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah
tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Pembentukan dan
pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada
kesinambungan dan keharmonisan.
Berdasarkan identifikasi proses yang ada untuk kemudian dianalisis oleh peneliti,
kelebihan dari proses
Pendidikan Karakter adalah :
a. karakter dan moral yang akan dibangun pada anak di masing-masing anggota
gugus sekolah tidak bertentangan dengan undang-undang dan tujuan pendidikan
nasional. Selain itu,
b. karakter dan moral yang akan dibangun oleh guru di masing-masing sekolah juga
dapat dibantu bersama dengan anggota guru pada gugus yang sama.
Sedangkan kelemahan utama dari proses pendidikan karakter yang ada adalah:
a. guru-guru menterjemahkan dengan caranya sendiri dalam mengaplikasikan model
karakter dan moral yang akan diberikannya, dan penilaian serta analisis yang
subyektif yang ada masih tinggi. Dengan tingginya subyektifitas guru dalam
menterjemahkan pendidikan karakter dan moral tersebut tidak dibarengi dengan
evaluasi oleh guru-guru lain secara obyektif melalui monitoring dan evaluasi atau
feedback dari berbagai meeting atau diskusi yang sudah diselenggarakan oleh
gugus sekolah.
b. muatan lokal yang diintegrasikan pada pembelajaran murid di sekolah, tidak
berasal dari analisis dan identifikasi secara komprehensif, namun cukup
diterjemahkan oleh guru dari pandangan umumnya dan analisis subyektif dari
guru saat akan melaksanakan proses pembelajaran.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan akibatnya. Proses membangun karakter pada
anak juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik,
menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-
beda.
Pendidikan kepribadian memiliki sifat dan makna yang sama dengan pendidikan akhlak
dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk kepribadian anak menjadi pribadi yang
baik, warga negara, warga negara yang baik. Oleh karena itu, pengembangan kepribadian dalam
pendidikan di Indonesia merupakan pengajaran nilai-nilai nyata yang bersumber dari budaya
bangsa Indonesia dalam rangka penguatan kepribadian generasi muda
pendidikan adalah suatu hal yang benarbenar ditanamkan selain menempa fisik, mental
dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya, sehingga
diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Tuhan Semesta Alam
sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai Bhaktanya di muka bumi ini yang sekaligus
menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara. Pendidikan dapat
melahirkan manusiamanusia unggul.

2.2 KEARIFAN LOKAL


Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud dalam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat local dalam
menjawab berbagai permasalahan dalam kehidupan mereka proses integrasi kearifan lokal pada
kegiatan pembelajaran yang ada, strategi tersebut memiliki keunggulan yaitu:
a. kearifan lokal yang diidentifikasi dari muatan lokal secara spesifik oleh guru,
berdasarkan hasil analisis dan identifikasi bersama dari team sekolah memiliki
kemurnian tersendiri dari daerah lembaga, sehingga ciri khas dari masing-masing
muatan lokal satu sekolah dengan sekolah yang lain dalam satu gugus memiliki
ciri khas tersendiri.
b. analisis dan identifikasi kearifan lokal yang berasal dari muatan lokal mampu
diterjemahkan dan dilaksanakan dengan baik oleh guru dalam proses
pembelajaran.

Sedangkan untuk kelemahan strategi integrasi kearifan lokal pada proses pembelajaran adalah
a. guru-guru yang belum mampu memilah kearifan lokal dan budaya lokal, sehingga
kearifan lokal yang ada belum bernuansa karakter dan moral dari sekitar. Guru-
guru masih memandang kearifan lokal adalah muatan lokal dan sikap sehari-hari,
sehingga kepribadian yang membentuk karakter dan moral yang khas dari
masing-masing daerah belum nampak dengan baik.
b. subyektifitas dari guru-guru sekolah masih sangat terlihat dari pilihan karakter
dan kearifan lokal yang dianalisis oleh guru-guru. Guru-guru belum menggali dan
menganalisis kearifan lokal dari sumber atau referensi yang komprehensif.

Adapun nilai- nilai karakter dikaitkan dengan kearifan lokal,nilai- nilai luhur terkait
kearifan lokal yaitu :
1. cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,
2. tanggung jawab, disiplin, dan mandiri,
3. jujur,
4. hormat dan santun,
5. kasih sayang dan peduli,
6. percaya diri kreatif, pantang menyerah,
7. 7)keadilan dan kepemimpinan,
8. baik dan rendah hati,
9. toleransi dan cinta damai

2.3 Penguatan Pendidikan Karakter melalui Kearifan Lokal


Guru memiliki peran penting dakam mengembangkan pendidikan karakter karena guru
merupakan agen pembaharu dan memiliki peran sentral dan pembelajaran. Guru harus
berkomitmen untuk mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai- nilai karakter serta
mampu mendefiniskan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah
sehari- hari.

Guru yang professional dan berkarakter adalah guru yang mampu menjalankan tugasnya
secara baik dan menginternalisasikan nilai- niliai positif kepada siswanya. Berdasarkan hakikat
dari Kurikulum 2013 bahwa unsur yang paling banyak diberikan pada siswa Sekolah Dasar
adalah pada aspek afektif, karena pendidikan dasar merupakan fondasi bagi siswa untuk belajar
secara utuh dalam rangka menyiapkan diri menuuju kehidupan bermasyarakat, baik lokal,
nasional maupun global. Untuk itu guru perlu memiliki komitmen dan konsekuensi dalam
mempersipakan siswa menghadapi berbagai tantangan kehidupan global
Ada beberapa hal penting yang dapat menjadi implikasi materi kearifan lokal terhahadap
pembelajaran di Sekolah Dasar dalam kaitannya dengan pendidikan karakter.
1. Pertama, dari segi sosial, penyulingan daun cengkeh membutuhkan banyak petani
dalam proses pengumpulan bahan baku utama penyulingan. Karakter baik yang
ditonjolkan dari kegiatan ini adalah kerja sama, guyub rukun, saling tolong
menolong. Selain itu, hubungan jual beli yang dilakukan anatar petani dengan
pembeli akan memunculkan karakter saling menghargai.
2. Kedua, dari segi ekonomi, kegiatan penyulingan ini mampu membuka lapangan
pekerjaan bagi warga sekitar. Usaha ini tidak memerlukan keahlian khusus hanya
membutuhkan ketelatenan, kerja keras dan ulet. Karakter-karakter ini perlu untuk
dijelaskan ke siswa, dengan ditunjukkan gambar proses penyulingan minyak
cengkeh yang dialukan oleh pekerja.
BAB 3
METODE PENELTIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis bagaimana penguatan pendidikan karakter bagi siswa sekolah dasar melalui
kearifan lokal di Sd Swasta Antonius Medan. Dimana metode kualitatif merupakan metode yang
fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam
penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif. Penelitian
kualitatif yang memperhatikan humanisme atau individu manusia dan perilaku manusia
merupakan jawaban atas kesadaran bahwa semua akibat dari perbuatan manusia terpengaruh
pada aspek-aspek internal individu. Aspek internal tersebut seperti kepercayaan, pandangan
politik, dan latar belakang sosial dari individu yang bersangkutan.

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode Studi Kasus (Case
Studies).Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu
organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk
memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan
data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data
penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus
bisa dipakai untuk meneliti sekolah di tengah-tengah kota di mana para siswanya mencapai
prestasi akademik luar biasa.

Metode ini dipilih karena peneliti ingin melihat langsung berbagai kenyataan dilapangan
yang dilakukan subjek penelitian tanpa menambah atau merubah peristiwa yang terjadi
dilapangan atau berusaha memahami perilaku subjek penelitian dari segi kerangka berpikir
maupun bertindak dari subjek penelitian itu sendiri .Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi,wawancara. angket dan kuisioner

Anda mungkin juga menyukai