Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pengetahuan, pemahaman, dan kebiasaan yang
mengarahkan kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat dalam komunitas
ekologis. Kehidupan lokal berguna baik sebagai pengetahuan hidup maupun sebagai
perilaku manusia dalam melestarikan lingkungan (Hamidy, 2001) yang dikutip oleh
Amri (2013). Saam (2011), yang dikutip oleh Amri (2013), juga menyebutkan bahwa
kearifan lokal itu berkembang dalam kehidupan sehari-hari melalui ajaran langsung
dari orang tua kepada anaknya maupun dari ninik mamak 35 Jurnal Spasial kepada
cucu kemenakannya. Adapun cara lain dalam penyampaian kearifan tersebut seperti
melalui petatah-petitih, pantang larang dan sastra lainnya.
Kesenian Sintren
Sintren merupakan seni budaya tradisional daerah pesisir pulau Jawa bagian utara.
Sintren juga merupakan kesenian yang dapat ditampilkan dan diajarkan dengan
memiliki makna simbolik tinggi untuk mendidik generasi muda, yaitu untuk
membentuk karakter bangsa yang memiliki peradaban tinggi dan relevan dengan
perkembangan zaman sebagai salah satu bentuk dari pencerahan masyarakat.
Meskipun sampai dengan saat ini sebagian masyarakat masih menganggap kesenian
Sintren mengandung syirik. Padahal kebalikannya, Sintren merupakan media dawah
yang mengandung nilai estetika tinggi, yang dibuat dengan teknik pertunjukkan
murni, yang membutuhkan kecerdasan intelektual serta spiritual yang tinggi (Dyah,
2012:3).
Pelestarian Budaya Sintren Melalui Pembelajaran Menulis Teks Deskripsi Pada
Siswa
Teks deskripsi menurut Kosasih (2006: 26) adalah karangan yang
menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat
sendiri objek yang digambarkan itu, sedangkan menurut Mahsun (2014: 28), teks
deskripsi adalah teks yang memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan suatu objek
atau benda secara individual berdasarkan ciri fisiknya.
Penerapan pelestarian budaya sintren bisa dilakukan oleh guru melalui
pembelajaran menulis teks deskripsi di kelas. Melalui kegiatan pembelajaran menulis
teks deskripsi, siswa bisa mencari informasi mengenai budaya sintren kemudian
menginformasikan melalui tulisan karangan teks deskripsi sesuai dengan informasi
yang didapat oleh siswa. Sehingga, secara tidak langsung siswa mencari informasi
untuk mengetahui tentang budaya sintren. Meskipun pada praktiknya siswa tidak bisa
melakukan atau melestarikan secara langsung, tetapi secara gambaran mengenai
budaya sintren siswa dapat mengetahuinya.
Kegiatan melestarikan budaya atau kearifan lokal, tidak harus dengan
mempelajari atau mempraktikkan budayanya. Tetapi cukup dengan kita mengetahui
dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di dalam budaya tersebut.
Dengan mempelajari kearifan lokal, diharapkan agar siswa dapat mengamalkan nilai-
nilai karakter yang mencerminkan perilaku positif dalam kehidupan bermasyarakat.
Kearifan lokal budaya sintren, sangat dekat dengan masyarakat di daerah
Indramayu dan Cirebon. Guru bisa menerapkan pembelajaran pelestarian budaya
sintren melalui pembelajaran teks deskripsi di kelas dengan menyuruh siswa
memahami nilai-nilai karakter dari sintren yang dituangkan dalam karangan teks
deskripsi.
Berikut ini nilai-nilai karakter yang bisa diambil dan diterapkan dari budaya
sintren.
Nilai Agama :
- Pemeran utama sintren/lais yaitu dalang/pawang berjumlah 2 orang. Hal
ini melambangkan 2 kalimat syahadat.
- Simbol kaca mata hitam melambangkan bahwa kita tidak boleh melihat
dunia hitam atau melihat hal-hal yang buruk.
- Ikatan pada sintren melambangkan bahwa keimanan manusia senantiasa
harus diperkuat.
Nilai Sosial
- Melalui budaya sintren, masyarakat bisa berkumpul bersama dan menjalin
sikap sosial antar sesama manusia pada acara tersebut.
- Ikatan pada sintren melambangkan kalau manusia itu harus kuat tali
silaturahminya antar sesama manusia.
- Kaca mata hitam melambangkan bahwa hidup kita tidak boleh iri dan
selalu melihat kekurangan-kekurangan dari orang lain.
- Gerakan terjatuh pada saat sintren dilempari uang melambangkan bahwa
hidup itu tidak boleh sombong karena pada saatnya nanti manusia yang
sombong akan terlena dan terjatuh karena kesombongan duniawinya.
Simpulan
Pendidikan merupakan modal utama dalam kehiduapan sehari-hari. Baik
pendidikan yang didapat secara formal maupun non formal, baik yang didapat
melalui pendidikan di lingkungan sekolah, maupun di luar lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter bangsa Indonesia pada saat ini masih minim dan terus berusaha
ditingkatkan oleh pemerintah melalui kurikulum 2013 yang memasukkan nilai-nilai
karakter siswa. Nilai-nilai karakter yang bisa diambil dalam kehidupan sehari-hari
yang paling dekat adalah nilai-nilai karakter yang terdapat di dalam kearifan lokal
masyarakat Indonesia. Bagi masyarakat Indramayu-Cirebon dan sekitarnya, nilai-nilai
karakter yang bisa dipelajari dan diterapkan yaitu melalui budaya tari sintren. Nilai-
nilai karakter yang terdapat di dalam kesenian sintren dapat dipelajari melalui
pembelajaran menulis teks deskripsi. Sehingga, selain siswa bisa memahami dan
mampu membuat karangan teks deskripsi, siswa juga mampu turut serta dalam
melestarikan kearifan lokal yang ada di sekitarnya. Dengan berkembangnya
teknologi dan informasi pada era 4.0, seharusnya dunia pendidikan juga bisa
berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sehingga pada proses pembelajaran
tidak akan terganggu dan justru semakin maju dengan memanfaatkan teknologi
tersebut. Dinas-dinas terkait juga harus bisa memantau pergaulan anak dalam
mengakses internet yang diperoleh secara mudah di gadget yang mereka mainkan.
Sehingga nilai-nilai positif dari perkembangan teknologi juga bisa dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik dan tidak disalahgunakan.
Daftar Pustaka
Dian Permanasari. 2017. Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Sumber Jaya Lampung Barat. Jurnal Pesona. 3(2) : 158
Tamsik Udin. 2017. Pelestarian Sintren melalui Kurikulum Muatan Lokal Sekolah di
Cirebon. Journal For Islamic Social Sciences. 2(1) : 52-55
Yulia Citra. 2012. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Khusus. 1(1) : 238