Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filosofi Pendidikan Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 3


Fandika Okta Listiani (7000213324)
Fina Yunita Sari (7000213418)
Dean Camar Novira (7000214336)
Ella Oktaviana (7000215282)
Inezty Salsabilla Adi (7000213668)
Heida Sofati Yudistira (7000214025)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PROESI GURU PRAJABATAN GELOMBANG 1
2024
T2-4. Ruang Kolaborasi - Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan
dengan pemikiran KHD?
Kekuatan
Jawaban:
Dalam pemikiran dari KHD pendidik diibaratkan sebagai seorang petani atau tukang
kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau
pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir
jagung yang ditanam. Bila ia ditempatkan di tempat yang cocok, maka biji jagung tersebut
dapat tumbuh dengan subur, namun jika ia ditempatkan pada tempat yang tidak cocok
maka biji jagung tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik. Dalam proses “menuntun”,
anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’
dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga
mempengaruhi kemerdekaan anak lain.
Peranan sosio-kultural menurut beliau sangatlah penting dan harus ditingkatkan bagi
peserta didik. Kekuatan ini dapat mendorong seorang anak untuk tumbuh menjadi
masyarakat yang berpendidikan, memiliki akhlak yang baik, dan interaksi sosial yang baik.
Di daerah saya masih menggunakan aturan tata karma serta adat istiadat sebagai suatu
pengajaran dan pembelajaran, apalagi Jawa sangat memperhatikan budi pekerti yang luhur
di setiap tingkah lakunya. Maka pemikiran KHD mengenai sosio-kultural terhadap
perwujudan nilai-nilai di daerah saya sudah sesuai karena sosio-kultural di daerah saya
yang termasuk daerah Jawa atau kejawen ini sudah membaur dengan masyarakat termasuk
anak-anak yang mencontoh kegiatan tersebut sebagai pengajaran tambahan yang ia
dapatkan selain pengajaran di lingkungan sekolah.
Jadi, betulkah bahwa kekuatan sosio kultural memiliki peran yang sangat penting
dalam pendidikan menurut pandangan KHD? Jawabannya adalah iya. KHD mengajarkan
kita bahwa pendidikan yang berarti harus merangkul kekayaan budaya, nilai-nilai lokal,
dan konteks sosial dalam membentuk karakter dan laku anak-anak. Dengan memahami hal
ini, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi manusia yang lebih utuh dan siap
berkontribusi dalam masyarakat yang beragam.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda?
Jawaban :
Implementasi pembelajaran pada konteks budaya local masyarakat bisa kita cermati
pada masyarakat daerah Tulungagung yang dikenal dengan budaya sedekah yaitu
“Selametan/Genduri” pada setiap momen-momen yang akan dilakukan oleh masyarakat.
Kerangka pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran KHD yang dapat
diimplementasikan pada konteks budaya local daerah Tulungagung antara lain:
a. Konsep
Kekuatan kodrat yang dimiliki peserta didik agar mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan maka pendekatan dengan penggunaan bahasa daerah Jawa-Tulungagung
sebagai bahasa komunikasi, menjadi bagian untuk dieksplorasi dalam pendekatan
pendidikan. Konsep
b. Pendekatan pembelajaran bagi peserta didik melalui pengenalan dan pengalaman
Budaya dan tradisi Kabupaten Tulungagung yang direpresentasikan oleh masyarakat
sekitar saat akan melakukan momen tertentu seperti, ternak sapi melahirkan,
melahirkan anak, orang meninngal, tasyakuran membeli barang, dan saat genduri
untuk keselamatan. Tasyakuran ini dikenal dengan nama “Metri, Genduri”. Tradisi ini
dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mensyukuri nikmat yang diberikan dan
berbagi makanan kepada tetangga sekitar. Budaya ini menunjukkan nilai karakter
sosial dan nilai keagaaman.
c. Kesenian Reog Kendang di Kabupaten Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat
sejak tahun 1978 yang menggambarkan tentang arak-arakan prajurit pasukan
Kedhirilaya tatkala mengiring pengantin Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud untuk
menyaksikan hasil pekerjaan Jathasura mengenai persyaratan yang diberikannya.
Kesenian tersebut dikenal oleh masyarakat Tulungagung dalam bentuk sebagai tari
hiburan yang sederhana yang dibawakan oleh 6 orang penari yang menari sekaligus
memainkan kendhang dhodhog. Tripusat pendidikan adalah tiga pusat yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan yaitu dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat. Konsep ini dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah yang relevan, seperti gotong royong dan kebersamaan satu sama
lain.Penananam bilai-nilai moral pada seorang pelajar dapat dilakukan melalui sebuah
kesenian, khususnya kesenian Reog Kendang ini, yang mengajarkan anak untuk dapat
melaukuakn perilaku-perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dan berlatih
untuk bekerjasama, bertanggungjawab, disiplin dan saling menghargai ketika
berproses dalam menciptakan pertunjukan kesenian tersebut.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
Jawaban :
Pertama yang harus diingat, bahwa pendidikan itu “tuntunan” dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, sehingga anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya mereka sendiri. Selain
itu sikap atau moral yang baik dengan menjunjung tinggi adab dan adat istiadat merupakan
satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas.

Anda mungkin juga menyukai