Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhamad Said Padli

Nim : 2300103911100140

Sebelum mempelajari topik ini saya percaya setiap peserta didik memiliki
kemampuan yang berbeda-beda sebagai individu yang unik, namun pembelajaran dikelas
lebih berorienstasi kepada kemampuan kognitif saja misalnya anak dikatakan pintar apabila
dia bisa mengerjakan soal matematika dan lain-lain. Guru hanya melihat dari satu aspek saja
tanpa mempertimbangan kemampuan siswa di bidang yang lainnya. Setelah mempelajari
topik ini membuka pikiran saya lebih luas tentang cara pandang terhap peserta didik dengan
mengacu pada dasar-dasar pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan dan pengajaran.
Diantaranya yaitu:
1. Pendidikan yang Menuntun
Tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu Pendidikan dapat menuntun
tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki
lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’
dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan
dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan
dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru
mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan
anggota masyarakat.

2. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman


Dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat
alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”
Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa
segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup
kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan
dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman.
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut
anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat
zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan
Abad 21 (keterampilan 4C) sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal
sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda
dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa
pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial
budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan
atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya
Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.
KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan
tuntutan alam dan zamannya sendiri. untuk mewujudkan hal tersebut diterapkan
pembelajaran yang berdifrensiasi yaitu guru ditintut untuk mendidik sesuai dengan kodrat
alam dan zaman, guru harus dapat menguasi pembelajaran inovatif berbasis teknologi sesuai
perkembangan zaman. Artinya, cara belajar dan interaksi peserta didik Abad ke-21, tentu
sangat berbeda dengan para peserta didik pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam
Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan
alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai
dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis
mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

3. Budi Pekerti
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara
gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi
pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif)
sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling
baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga
merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih
kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah
ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan
institusi pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan,
pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial
antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar
antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh
sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat
penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa
dan karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik
tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran
sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah
keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.
Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya
(kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

4. Sistem Among
Sebagai suatu metode pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran ing
ngarso sung tulodo (didepan memberi taladan) yaitu bagaimana guru memahami secara utuh
tentang apa yang didapatkan murid untuk menjadi tauladan dalam bertingkah laku. Ing
madya mangun karso yaitu guru di harapkan mampu membangkitkan semangat bersuakarsa
dan mampu berkreasi dengan murid dengan membuat dialog dengan murid berperan sebagai
narasumber dan penuntun. Tut wuri handayani yaitu dibelakang memberikan dorongan yaitu
guru tidak sekedar memberi motivasi tetapi juga saran dan rekomendasi dari hasil
pengamatan agar murid dapat mengeksplorasi daya cipta, rasa dan karyanya. Sistem among
didadarkan pada 2 hal yaitu kodrat alam sebagai syarat mencapai kemampuan pendidikan
sesuai dengan potensi murid dan kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan, menggerakkan
kekuatan lahir bathin murid hingga dapat mencapai selamat dan bahagia. Guru tidak hanya
memandang system among sebagai materi saja tetapi sebagai cara berpikir among. Guru yang
memiliki karakter memiliki kemampuan sosial emosional, memiliki tutur kata yang mudah
diapahami murid. Misalnya dalam proses pembelajaran guru dapat bertanya mengenai
kesulitan belajar siswa, keluh kesahnya baik melalui gambar dll sehingga murid merasa
diperhatikan dengan membangkitkan kasih sayangnya. Siswa dapat melibatkan guru nya
sebagai berprilaku pada orang lain. Guru dapat melibatkan murid untuk menetukan tujuan
belajarnya dengan menyatakan kesukaannya dengan begitu murid akan merasa dihargai.
Mengacu pada pemikiran ki hajar dewantara diatas salah satu wadah dalam
pembentukan karakter melalui kebudayaan.kebudayaaan dapat membentuk budi pekerti
peserta didik hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan menumbuhkan budaya tata krama
(budaya sasak) melalui tata bicara dan prilaku seperti tidak boleh menunjuk dengan tangan
kiri dan apabila lewat didepan orang tua harus betabek, namun tantangan yang dihadapi yaitu
seiring dengan perkembnagan zaman pesrrta didik banyak yang meniru budaya luar sehingga
kebudayaan-kebudayaan yang sudah ada sejak dulu mengalami pergeseran mulai dilupakan
oleh masayarakat. Sehingga solusinya yaitu perlunya penannman nilai-nilai budaya pada
anak sejak dini, melalui penerapan kurikulum merdeka di sekolah dasar diharapkan anak-
anak dapat mengimplementasi nilai-nilai budaya dalam masyarakat sebagai perwujudan dari
profil pelajar Pancasila.
Adapun salah satu pemikiran KHD secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya yang dapat diterapkan di kelas dan di sekolah adalah
Salah satu pemikiran KHD yaitu “Pendidikan adalah benih-benih kebudayaan yang
mengantarkan peserta didik pada budi pekerti yang luhur dan bijaksana’’. Artinya bahwa
kebudayaan dapat membentuk Pendidikan karakter peserta didik. Pemikiran KHD tersebut
dapat diimplementasikan melalui mata pelajaran muatan lokal. Karena pada dasarnya tujuan
mata pelajaran muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan
dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan
pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Adapun ruang lingkup yang dapat
diterapkan dari mata pelajaran muatan lokal ini melalui lingkup materi adat istiadat yang
dapat diterapkan melalui budaya tata krama atau budaya sopan santun (dalam budaya suku
sasak). Pendidikan karakter yang dapat terbentuk dari budaya tata krama adalah tata bicara
dan berprilaku. Tata bicara seperti menggunakan bahasa halus ketika sedang berbicara
dengan orang tua. Berprilaku seperti prilaku betabek, tidak menunjuk dengan kanan kiri, dan
tidak boleh memalingkan wajah saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Sehingga dari
pengimplementasian budaya tata krama tersebut akan membentuk karakter pada peserta
didik dan dapat melestarikan kebudayaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai