Anda di halaman 1dari 4

KONEKSI ANTAR MATERI – TOPIK 2

Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

1. Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada
fase Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi
Kontekstual serta pahami materi kunci Mata Kuliah Perspektif Sosio Kultural
dalam Pendidikan Indonesia.
2. Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki
Hadjar Dewantara yang Anda pelajari dalam modul ini.
3. Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda
peroleh dalam modul ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan
Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara memiliki relevansi dengan konteks pendidikan Indonesia


saat ini dan konteks pendidikan saat saya bersekolah ialah gagasan tentang Merdeka
Belajar. Gagasan tersebut menekankan pada kebebasan dalam menerapkan sistem
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, baik bagi guru maupun siswa. Makna
kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hadjar Dewantara yaitu membentuk manusia
melalui pengembangan bakat dan minatnya. Seperti saat ini, Kurikulum Merdeka yang
memerdekakan peserta didik melalui pembelajaran berdiferensiasi dan berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan peserta
didik dengan asesmen yang tepat.
Di sisi lain, pembentukan karakter peserta didik perlu melibatkan Tri Pusat
Pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) secara sinergis dan integral. Selain itu,
pengembangan karakter peserta didik juga perlu memperhatikan perkembangan budaya
bangsa sebagai sebuah keberlanjutan (kontinuitas), menuju ke arah kesatuan kebudayaan
dunia (konvergensi), dan tetap memiliki sifat kepribadian di dalam lingkungan
kemanusiaan sedunia (konsentris). Dalam pendidikan, seorang guru ialah pemimpin yang
harus memiliki tiga sifat sesuai dengan Trilogi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara,
yaitu: Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan, memberi teladan yang baik), Ing Madya
Mangun Karso (di tengah, menciptakan ide dan prakarsa), dan Tut Wuri Handayani (di
belakang, memberikan dorongan dan arahan). Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan
bahwa pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya kekuatan kodrat anak melalui sistem among. Kodrat tersebut vadalah kodrat
alam yang berkaitan dengan sifat dan bentuk. Sedangkan, kodrat zaman berkaitan denga
nisi dan irama.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya
menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Bila
melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak
untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka
konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik
yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia, jadi harus disaring dan diselaraskan
diselaraskan dulu. Indonesia memiliki kekuatan konteks konteks sosio-kultural (nilai-
nilai luhur budaya). Sosiokultural merupakan gagasan-gagasan, kebiasaan, keterampilan,
seni dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu.
Beberapa nilai-nilai luhur budaya Magetan yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara antara lain:
Kearifan Lokal, pemikiran KHD dapat mengkontekstualkan nilai-nilai kearifan lokal ini
dalam pembelajaran untuk memperkuat karakter peserta didik.
Kebersamaan dan Kekeluargaan, meliputi kehidupan beragama yang kuat, kebersamaan
dalam gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur. Pemikiran KHD juga
menghargai nilai-nilai luhur budaya sebagai landasan dalam pembentukan karakter
peserta didik.
Keberagaman Budaya, pemikiran KHD mendorong penghargaan terhadap keberagaman
budaya sebagai sumber pembelajaran yang berharga bagi peserta didik
Contoh konkret aktualisasi nilai-nilai luhur di atas dengan budaya daerah kabupaten
Magetan yaitu:
Kegiatan Bersih Desa, sebagian orang menyebutnya dengan sebutan syukuran, sedekah
bumi, selametan atau nyadran. Tradisi ini dilakukan oleh Masyarakat Magetan untuk
memohon keselamatan, Keserdehanaan dan kesejahteraan yang digelar setelah masa
panen sebagai perwujudan rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini
menunjukkan bahwa masyarakat Magetan memiliki nilai-nilai kebersamaan dan
kekeluargaan dan kodrat alam sesuai desa masing-masing.
Tradisi tahunan yang menarik lainnya di Kota Magetan adalah Ledhug Suro. Tradisi ini
merupakan perayaan dalam menyambut tahun baru Islam (Hijriyah), yang dimulai pada 1
Muharam atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Ledhug adalah sebuah singkatan dari
Lesung Suro dan Bedug Muharam. Ledhug merupakan kesenian musik tradisional khas
kota Magetan. Tradisi Andum Berkah Bolu Rahayu mempunyai tumpeng raksasa yang
terbuat dari kue bolu. Tradisi ini menunjukkan bahwa Masyarakat Magetan memiliki
nilai-nilai kesederhanaan, keserhanaan dan kodrat alam yaiyu makanan dari Magetan.
Kegiatan Pawai Budaya, kegiatan ini menggambarkan keberagaman kebudayaan kerajaan
dan keraton yang ada di Indonesia tempo dulu. Filosofi dan konsep dasar dari pawai ini
adalah keunikan budaya dan sebagai titik temu berbagai kebudayaan yang beragam.
Meski beragam, pawai budaya ini tetap menghasilkan harmonisasi. Kegiatan ini
mencerminkan kebersamaanaan dan kekeluargaan serta memaknai Bhineka Tunggal Ika.
Disisi lain, kegiatan pawai budaya juga menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu:
Memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho). Pada kegiatan pawai, barisan depan
berisi berbagai budaya yang menggambarkan kepribadian bangsa Indonesia yang ramah
dan unik sehingga memberikan contoh yang baik.
Membangun semangat (ing madyo mangun karso). Pada barisan kedua, terdapat
marching band yang membawakan lagu-lagu nasional yang mempunyai lirik yang
membangkitkan semangat peserta didik.
Memberikan dorongan (tut wuri handayani). Pada barisan terakhir, bapak ibu guru
senantiasa memberikan dorongan kepada peserta didik agar tidak putus asa untuk sampai
di garis finish.
Tradisi Gunungan Klepon, Tradisi ini dilaksanakan di desa Panekan Magetan. Gunungan
klepon merupakan bentuk filosofi dari kerja keras yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan kesejahteraan hidup. Untuk mencapai cita-cita harus kerja keras dan ulet yang
ditimbulkan dengan uletnya klepon. Hasil kerja yang ulet itu pasti manis seperti isi
klepon. Tradisi ini mencerminkan bahwa Masyarakat Magetan memiliki keuletan, kerja
keras serta kebersamaan.
Selain sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya), Ki Hajar Dwantara berpendapat bahwa
budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga
dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga
menciptakan Karya (psikomotor). Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh pendidik
seperti menerapkan pembelajaran yang merdeka, memanusiakan manusia dan berorintasi
pada peserta didik, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan karakteristik
dan kemampuan peserta didik dan terintegrasi dengan budaya, serta membangun dan
memananamkan hubungan demokratis humanis di kelas.
Dari berbagai paparan di atas saya merefleksikan diri yaitu kegiatan belajar yang saya
lakukan sebelum mempelajari ini adalah masih belum menerapkan sepenuhnya
pembelajaran menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kegiatan pembelajaran masih
berpusat pada guru dan masih expository serta belum sesuai dengan kodrat anak.
Akhirnya menyadari bahwa setiap anak itu istimewa dengan kompetensi-kompetensi
yang mereka miliki. Saya akhirnya mengerti bahwa tugas kita bukan hanya mengajar,
mentransfer ilmu tapi juga mendidik mereka sesuai kompetensi yang mereka miliki.
Membiarkan mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya. Mempersiapkan mereka menjadi
generasi yang tangguh dan mampu menghadapi tuntutan di masa depan. Semenjak anak
itu lahir, mereka bukan hanya kertas putih tanpa goresan. Sejatinya mereka lahir dengan
goresan-goresan yang masing-masing anak berbeda. Dengan pendidikan inilah, sebagai
pendidik tugas kitalah yang membuat goresan-goresan baik yang dulunya samar itu
menjadi tebal, dan mengaburkan goresan-goresan mereka yang kurang baik menjadi tidak
mendominasi dalam kehidupan mereka nantinya. Kita harus selalu mendedikasikan diri
kepada anak, sesuai istilah Ki Hajar Dewantara yaitu "menghamba kepada anak" yang
artinya lebih menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu,
menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun
habit anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan
pengetahuan, suka dan senang membaca. Menciptakan sekolah adalah taman yang
menyenangkan. Karena sesuai kodrat anak adalah bermain, maka setiap pembelajaran
dilakukan dengan permainan sehingga anak merasa nyaman. Menjadi teladan yang patut
dicontoh, memberikan semangat dan motivasi dalam setiap Langkah mereka dan
mendorong mereka menjadi generasi terbaik. Hal yang dapat segera terapkan agar lebih
baik adalah
Merancang/membuat pembelajaran yang berdiferensiasi, berbudaya dan bmerdeka
sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa.
Menerapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan abad 21 yaitu meliputi
keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah
(critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan
berkolaborasi (collaboration).
Tidak memaksakan anak untuk hanya menghafal materi, tapi menuntun anak untuk
menemukan sendiri pengetahuannya dengan menerapkan pembelajaran discovery
learning sehingga anak menjadi lebih paham karena berdasarkan pengalamannya sendiri.
Memberikan teladan yang baik, senantiasa memberikan semangat dan motivasi serta
mendorong mereka untuk meraih cita-citanya.

Anda mungkin juga menyukai