Anda di halaman 1dari 11

Memahami Tri Hita Karana:

Sejarah dan Konsep Spesifik


W.A. Sindhu Gitananda
Sejarah Singkat
• Istilah Tri Hita Karana muncul 11 Nov 1966 di
sebuah Konferensi Daerah I Badan Perjuangan
Umat Hindu Bali di Kampus Dwijendra
• Namun secara mendalam telah diterapkan sejak
abad ke-11, Mpu Kuturan, zaman Raja Udayana
Warmadewa (923-1001 M)
• Bertujuan menata kehidupan masyarakat
pedesaan, membantu raja mengatur masy. Bali,
• Sanghyang Jagatkarana, Bhuwana, dan Manusia,
• Mengatur dan membagi Desa Adat menjadi 3
bagian (baga): palemahan, pawongan,
parhyangan,
• Tergantung luas kawasan yang diatur.
Konsep Dasar
• Tri = tiga
• Hita = Kebahagiaan, kesejahteraan
• Karana = Penyebab
• Hubungan harmonis menjadi tumpuan, bukan konflik
atau ketidakharmonisan,
• Aspek komunal dikedepankan, manusia sama dengan
alam, manusia lainnya, dan ketuhanan moderat.
Berbagi peran, berbagi kehidupan, sama2 hidup;
• Pada Payu, Payu Tileh (sustainable).
• Karena merupakan penyebab, sisanya adalah akibat,
termasuk pariwisata adalah akibatnya yang manis
Prinsip Dasar
• Parhyangan: Teologis, Pawongan: Sosio-
antropologis, Palemahan: Ekologis
• Tujuannya adalah kesejahteraan bersama yang
berkelanjutan, bukan kekayaan berlimpah.
• Kesejahteraan dan kebahagiaan berubah seiring
zaman,
• Adaptasi: pengendalian diri dan moralitas
(keseimbangan)
• Kapan disebut sejahtera? Supply dan demand
seimbang.
• Jagathita: Kesejahteraan dunia!
• Moksha: Kebahagiaan Akhirat!
Tri Hita Karana dan Nilai Moralitas
• Harmoni dan seimbang
• Kesejahteraan dalam pengertian sebagai bagian
masy. = Masyarakat sejahtera, kebersamaan,
kesamaan.
• Siapa yang bermoral? Manusia yg mampu
mengendalikan dirinya.
• Parhyangan: moralitas manusia kepada Pencipta
= keyakinan/sraddha (penentu dasar moralitas);
keyakinan menentukan kemenjadian.
• Manusia bukan makhluk penyendiri, tapi kecil
membutuhkan dukungan manusia lain dan yg
lebih besar; Tuhan dan Alam.
Manusia sebagai makhluk
eksistensial
• Manusia mampu memahami
eksistensinya; sadar, ingat.
• Memahami kedisanaannya; terlempar ke
dunia (alam dan Tuhan).
• Manusia tidak hanya biologis dan
sosiologis, tetapi juga ekologis dan
teologis.
• Tubuh manusia dibentuk oleh alam (biotik
dan abiotik).
THK sesuai konsep Dharma dan
Karma
• Dharma: kebajikan, kebaikan, kebenaran,
kewajiban.
• Desa, kala, patra: tempat, waktu, aturan
(teks)
• Pratyaksa, anumana, agama: pengalaman,
logika, teks atau ahli yg dirujuk.
• Swatah (pribadi), sastratah (menurut sastra),
gurutah (menurut guru).
• Karma yg berdasarkan dharma: swadharma,
prilaku yg suci.
Palemahan dan Kosmosentrisme
• Kosmosentris: berpusat kepada alam, manusia
tunduk kepada hukum alam (rta).
• Manusia bagian dari alam, dituntut terus bergerak,
aktivitas, kerja; seperti jantung terus berdetak,
paru-paru terus bernafas, begitu juga alam terus
berkembang dan tumbuh.
• Prinsip hukum alam tercermin dalam diri, mata-
melihat, kuping-mendengar, dlsb.
• Cara merawat adalah dengan mengendalikan.
• Mengendalikan dengan mengabdi, merawat
kealamiahan, termasuk kealamiahan diri.
Pawongan: Prinsip Dasar
Kemanusiaan
• Pawongan dengan cara kebajikan dan
mengasihi sesama, paling tidak dimulai
dari yg terdekat; saling bantu pada masa
pandemi.
• Emosi: empati dan simpati,
• Pengendalian emosi: emotional quotient.
• Dengan baik kepada sesama justru
membebaskan keterikatan antar-sesama;
merdeka dengan kebajikan.
Parhyangan: Prinsip Ketuhanan
• Menaklukkan diri sendiri di hadapat Tuhan
YME.
• Spiritualitas: keselamatan semua,
membebaskan diri dari kelahiran, menjadi
orang suci, mendapatkan kebahagiaan.
• Sadar dengan prinsip ini, manusia harus
berkorban (yadnya).
• Parhyangan sebagai prinsip tertinggi
menjadi manusia.
Terima Kasih
Semoga selalu damai!

Anda mungkin juga menyukai