• MENGAPA?????
• Kebebasan beragama merupakan cita-cita semua orang yang menuntut
tanggungjawab tertentu.
• Oleh karena itu mereka semua wajib terlibat dalam usaha untuk
mewujudkan tercapainya kebebasan beragama.
• Suatu kondisi yang menguntungkan untuk mengembangkan hidup
keagamaan yang mereka hayati, dengan mengamalkan haknya serta
menunaikan tugas-tugas keagamaannya, dengan harapan masyarakat
secara bersama menikmati kesejahteraan.
HAL-HAL YANG MEMBAHAYAKAN
PENGHAYATAN HIDUP BERAGAMA
1. HEDONISME
2. INDIVIDUALISME
3. LAKSISME
4. PRAGMATISME
5. PERMISIVISME
6. SEKULARISME
7. ATEISME
1. HEDONISME
APA ITU HEDONISME?
1. Secara etimologis, kata “Hedonisme” berasal dari bahasa Yunani
“Hedone”. Yang artinya kenikmatan, kesenangan.
2. Ajaran Hedonisme adalah Kenikmatan (secara khusus
kenikmatan pribadi) sebagai nilai hidup tertinggi dan tujuan utama
hidup manusia.
3. Macam-macam Hedonisme (Dua Macam) :
a. Hedonisme Psikologis, yang mengajarkan bahwa manusia
dalam segala tindakannya hanya mencari nikmat dan
menghindari hal-hal yang menyakitkan;
b. Hedonisme Etis, mengajarkan bahwa untuk mencapai
kebahagiaan, manusia hendaknya mencari nikmat dan
menghindari hal-hal yang menyakitkan.
BAHAYA HEDONISME DALAM KEHIDUPAN BERGAMA
1. Timbulnya Kemerosotan Penghayatan Hidup Beragama manusia, sebab
Hedonisme mengajarkan kenikmatan (secara khusus kenikmatan pribadi)
sebagai nilai hidup tertinggi dan tujuan utama hidup manusia mencapai
kebahagiaan (yang merupakan asumsi dasar Hedonisme). Bandingkan
dengan :
2. Pandangan Teologis yang dimaksud kebahagiaan adalah “Persatuan
dengan Allah” (Bahasa Jawa = Slamet). Karena tujuan manusia pada
hakekatnya adalah bersatu dengan Allah (ini yang menjadi tujuan setiap
orang beragama secara horisontal tidak terlepas dari persatuannya
dengan manusia).
3. Permasalahannya : Bagaimana persatuan dengan Allah itu harus
dicapai? Persatuan dengan Allah tidak bisa dicapai dengan mengejar
kenikmatan (ajaran Hedonisme), Pengalaman manusia dalam usaha
mencapai persatuan dengan Allah tidak melulu berupa kenikmatan tetapi
juga harus rela berkorban, rela menderita, pengendalian diri, mati raga
(askese) bahkan rela mengorbankan nyawanya. Waspadai ajaran
Hedonisme!
2. INDIVIDUALISME
1. Secara etimologis, Ateisme berasal dari bahasa yunani, “a” yang artinya
“Tidak” dan “Theos” yang artinya “Allah”. Artinya tanpa tuhan secara
sederhana, ateisme mengajarkan bahwa tuhan atau dewa/I tidak ada.
2. Ateisme menolak realitas adikodrati yang mandiri dan realitas Adikodrati
yang diandalkan mempengaruhi realitas alam semesta ini.
3. Macam-macam ateisme : (1) ateisme naif; (2) ateisme praktis dan
teoritis; (3) ateisme materialitas da n positivitas.
4. Ateisme naif : mencoba untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
ada dengan sebab-sebab alamiah, walaupun kadang-kadang
penjelasannya masih bersifat naif, spekulatif dan tidak konsisten.
5. Ateisme praktis : masih mempunyai keyakinan akan adanya Tuhan,
tetapi dalam cara hidupnya ia menolak adanya Tuhan.
6. Ateisme teoritis : menolak adanya Tuhan karena keberadaan tuhan
dibuktikan dengan cara yang tidak memadai.
ATEISME
7. Ateisme materialistis dan positivistis (yang menjadi riil dalam
pandangan materialistis dan positivisme) menolak keberadaan realitas
yang rohani dan Transenden. Bila dikaji berdasarkan pada penalaran
akal budi, manusia menemukan bahwa banyak hal dalam kehidupannya
tidak memadai bila dijelaskan tanpa melibatkan adanya realitas yang
tunggal yang transenden (yang oleh agama-agama disebut dengan istilah
“Tuhan” yang melampaui keberadaan manusia.
8. Dalam kaitan penghayatan hidup beragama, aliran ini perlu diwaspadai
karena akan mengarahkan manuia terlepas dari Allah. Dalam kenyataan
konkrit hidup manusia ada banyak unrus misteri yang tidak bisa
dijelaskan tanpa melibatkan adanya Allah.
DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA
1. PENGERTIAN :
Kata “Dialog” berasal dari kata Yunani “Dia-logos” artinya “Logos” berarti
“berbicara, “di-a” berarti “dua”.
Devinisi “Dialog” adalah “percakapan antara dua orang atau lebih dimana
diadakan pertukaran nilai yang dimiliki masing-masing pihak”.
”Dialog” juga berarti “Pergaulan antara pribadi-pribadi yang saling
memberikan diri dan berusaha pihak lain sebagaimana adanya”.
“Dialog antar umat beragama” adalah “Percakapan antara pribadi-pribadi
yang mempraktekkan dan menghayati agama serta aliran kepercayaan ,
dimana perjumpaan tersebut tetap bertumpu pada keyakinan mereka
sendiri, tetapi terbuka bagi sesama berdasarkan asal mula dan tujuan
bersama sebagai manusia”
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “Dialog antar umat beragama”
adalah percakapan yang menimbulkan pertukaran, saling memperkaya
nilai iman”.
LANDASAN DIALOG ANTAR UMAT
BERAGAMA
1. Langkah-langkah yang harus diambil sebelum memulai “Dialog antar
umat beragama” :
Langkah Pertama : Meninggalkan masa lampau, saling mengampuni
dan memulai babak baru yang makin baik mendekati cita-cita
kesejahteraan sejati yang makin meningkat;
Langkah Kedua : Mendasarkan usaha saling mengenal dan menghargai
pada landasan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh oleh sikap
dan perilaku orang-orang atau kelompok-kelompok ekstrim yang selalu
ada pada golongan agama manapun;
Langkah Ketiga : Mewaspadai praktek-praktek sementara yang
menyiarkan agama melalui cara-cara yang melanggar sopan santun,
antara lain : tidak menghormati kebebasan hati nurani dengan memaksa
dan menipu;
Langkah Keempat : Menjauhi purbasangka dengan usaha menjernihkan
kemungkinan salah paham, salah tafsir, dll. Melalui bertanya, berdialog
dan mencari informasi yang benar.
2. Setelah Empat langkah tersebut dilalui barulah landasan berikut ini dapat
diterima, yaitu :
(1) Adanya keterbukaan terhadap pihak lain;
(2) Kerelaan berbicara dan memberikan tanggapan kepada pihak lain;
(3) Adanya saling percaya bahwa keduabelah pihak memberikan
informasi yang benar sehingga tumbuh saling pengertian;
(4) Adanya saling menghargai dan mengarah pada kerjasama yang
konkrit.