Anda di halaman 1dari 6

ESAI

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM TRADISI BUDAYA TAHLILAN

DISUSUN OLEH

MOCHAMAD NAUVAL MAULANA TAUFIQ (203141014111042)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

JURUSAN ADMINISTRASI HUKUM

2020
Pancasila telah menjadi suatu dasar negara dan aturan pokok berkehidupan berbangsa
dan bernegara. Pancasila tetap kokoh, meski banyak peristiwa-peristiwa pemberontakan yang
pernah terjadi dengan tujuan mengganti Ideologi Pancasila. Pancasila tetap kokoh
dikarenakan dari kalangan bawah hingga kalangan atas bersatu menghadapi pemberontakan
yang memiliki tujuan mengganti Ideologi Pancasila. Hal ini menandakan bahwa Pancasila
terbukti dapat mempersatukan semua kalangan. Dalam esai ini sedikit akan menjelaskan
nilai-nilai pancasila dalam tradisi budaya tahlilan.

Pancasila telah menjadi suatu ideologi yang sudah mengakar kuat sebagai suatu
kesatuan Republik Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa sanskerta yaitu panca berarti lima
dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang
memiliki fungsi dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai dasar
negara RI, tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian bangsa, pandangan
hidupa bangsa, sumber dari segala sumber hukum positif dan sumber ilmu pengetahuan di
Indonesia (Aziz, dalam Sutono, 2015) Pancasila merupakan rumusan dan pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara (Wikipedia, 2018). Pancasila memiliki lima prinsip yang
mendasarinya, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) kemanusiaan yang adil dan beradab,
(3) persatuan Indonesia, (4) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan (5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip-
prinsip dari Pancasila tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi karena
pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat (Sutono,
2015). Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang memiliki
bhineka tunggal ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh
mematikan kenekaragaman (Kaelan, 2013).

Tahlilan adalah ritual selamatan yang dilakukan sebagaian dari umat islam untuk
mendoakan orang yang telah meninggal biasa dilakukan seperti urutan berikut:

1. Geblag atau selamatan setelah penguburan

Biasanya disebut ngesur tanah merupakan upacara yang diselenggarakan pada saat
hari meninggalnya seseorang. Upacara ini diselenggarkan pada sore hari setelah
jenazah dikuburkan. Istilah sur tanah berarti menggeser tanah (membuat lubang untuk
penguburan mayat) maknanya memindahkan alam fana ke alam baka dan wadah
semula yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah.

2. Nelung dina atau selamatan setelah 3 hari kematian

Pelaksanaan selamatan biasanya dilakukan malah hari menjelang hari dan pasaran ke-
3. Selamatan ini dimaksudkan sebagai upaya ahli waris untuk penghormatan kepada
roh orang yang meninggal. Orang jawa berkeyakinan bahwa roh orang yang
meninggal masih berada di dalam rumah, namun sudah tidak ada di tempat tidur lagi.
Roh sudah mulai berkeliaran untuk mencari jalan agar dengan mudah meninggalkan
rumah dan anggota keluarganya.

3. Mitung dina atau selamatan setelah 7 hari kematian

Setelah 7 hari roh mulai keluar dari rumah itulah sebabnya secara simbolis ahli waris
membukakan genting atau jendela agar sebelum selamatan dimulai roh orang yang
meninggal dapat keluar dengan lancar dari rumah. Roh yang sudah keluar dari rumah
akan berhenti sejenak dipekarangan atau dihalaman sekitar.

4. Matang puluh dina atau selamatan setelah 40 hari kematian

Dimaksudkan sebagai upaya untuk mempermudah perjalanan roh menuju alam kubur.
Roh mulai mencari jalan yang lurus dan bersih yaitu jalan mana yang ketika
pemberangkatan jenazah sudah di sapu. Jika jalannya sudah bersih maka tidak akan
ada aral melintang untuk menuju alam kubur.

5. Nyatus dina atau selamatan setelah 100 hari kematian

Dimaksudkan untuk menyempurnakan semua hal yang bersifat badan wadhag. Di


alam kubur ini, roh masih sering kembali ke dalam keluarga sampai upacara
selamatan tahun pertama dan kedua.

6. Mendhak sepisan atau selamatan setelah satu tahun pertama

Merupakan upacara yang diselenggarkan ketika orang meninggal pada setahun


pertama.

7. Mendhak pindo atau selamatan setelah dua tahun kematian

Dimaksudkan untuk menyempurnakan semua kulit, darah, dan semacamnya. Pada


saat ini jenazah sudah hancur luluh tinggal tulang saja.
8. Nyewu atau selamatan setelah seribu hari kematian

Nyewu boleh dikatakan sebagai puncak dari selamatan tahlil kematian. Pada saat ini
orang jawa meyakini bahwa roh manusia yang telah meninggal sudah tidak akan
kembali ke tengah-tengah keluarganya lagi. Roh tersebut betul-betul telah akan
meninggalkan keluarganya untuk menghadap Tuhan. Itulah sebabnya selamatan atau
tahlil pada saat ini dilakukan lebih besar dibanding sebelumnya. Pun orang yang
diundang juga jauh lebih banyak jika sebelumnya tidak memakai makanan sesudah
tahlil biasanya tahlil nyewu memakai makan bersama setelah makan bersama lalu
dilaksanakan kenduri.

Kata “tahlil” secara harfiah berarti dzikir. Di Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga
istilah “tahlilan” di konotasikan memperingati dan mendoakan orang yang sudah meninggal.
Beberapa keluarga merasa lebih senang jika mendoakan orang tua mereka yang meninggal
dilakukan berjamaah, maka diundanglah orang-orang sekitarnya. Kegiatan ini bukan kegiatan
yang diwajibkan, orang boleh melakukannya atau tidak. Tahlilan adalah pilihan bebas bagi
semua orang dan keluarga berkaitan dengan keinginan mendoakan orang tua mereka ataukan
tidak. Tahlilan juga bukanlah kegiatan yang harus dilakukan secara berkumpul-kumpul di
rumah duka, tahlilan itu mendoakan mayit dan itu bisa dilakukan sendiri-sendiri ataupun
berjamaah di suatu tempat yang sama atau dimanapun.

Masyarakat jawa memandang bahwa dasar orang melaksanakan tahlilan berasal dari
budaya islam, tetapi sebagaian masyarakat berpandangan bahwa upacara tahlilan berasal dari
budaya islam dan budaya lokal (Jawa atau Madura). Secara garis besar tradisi tahlilan adalah
bentuk mendoakan roh orang yang telah meninggal dengan harapan tetap terjadi hubungan
yang harmonis antara warga masyarakat yang masih hidup dan roh-roh orang yang telah
meninggal.

Banyak nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam tradisi tahlilan yang sesuai
dengan sila-sila yang tercantum dalam pancasila. Seperti saat mengucapkan laillahaillallah,
yang artinya tiada tuhan selain allah menunjukkan bahwa kita yakin dengan sila pertama
yaitu ketuhanan yang maha esa.

Sila ke-2 kemanusiaan yang adil dan beradab diisyaratkan dengan mengundang
tetangga sekitar untuk bersama-sama berdoa dan berkumpul dalam tahlilan tanpa membeda-
bedakan orang miskin maupun kaya.
Sila ke-3 persatuan Indonesia ditunjukkan ketika seluruh jamaah membaca doa dan
makan bersama dalam tahlilan.

Sila ke-4 kemusyawaratan yang dimpimpin oleh hikmah kebijaksaanaan dalam


permusyawaratan perwakilan diisyaratkan memilih imam tahlilan dipilih melalui
musyawarah, ini merupakan bentuk pengamalan sila ke-4.

Sila ke-5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ditunjukkan dalam bentuk
pemberian berkat tahlilan atau disebut juga kenduri. Semua memperoleh berkat yang sama,
meskipun secara strata sosial ada yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2018. Pancasila di https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila (di akses 29 September)

Sutono, A. 2015. Meneguhkan Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional. Civis Vol V,


No. 1

Wikipedia, 2021. Tahlilan di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahlilan (di akses 29


September)

Huda, Bahrul. 2014. Selametan Kematian di Jawa di


http://bahrulhyuda23.blogspot.com/2014/12/selametan-kematian-di-jawa-tahlilan.html?m=1
(di akses 29 September)

Mahifal, Andi. 2017. KH Marzuki Mustamar : Ada Nilai-nilai Pancasila dalam Tradisi
Tahlilan di https://jatimtimes.com/baca/156991/20170815/202046/kh-marzuki-mustamar-
ada-nilai-nilai-pancasila-dalam-tradisi-tahlilan (di akses 29 September)

Anda mungkin juga menyukai