Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATERNITAS

SALPINGITIS

DOSEN PEMBIMBING:

NS. KHELI FITRIA ANURIL, S.Kep.,M.Kep.Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :

NAMA: Try Arma Ayu

KELAS: DIV TINGKAT II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


SALPINGITIS

A. Definisi
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi. Tuba fallopi
perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum
terjadinya infertitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan
segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secra
permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat
bertemu dengan seperma. Tanpa penanganan yang cepat infeksi bisa terjadi
secara permanen merusak tuba fallopi sehingga sel telur yang dikeluarkan
pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma

B. Manifestasi Klinis
Ada pun tanda gejala gejala dari salpingitis adalah :
 Nyeri pada kedua sisi perut
 Demam
 Mual muntah
 Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti
orang normal atau berbau.
 Nyeri selama ovulasi.
 Sering kencing
 Lower back pain.
 Disminorhoe

C. Etiologi
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri
yang biasaya menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dan
steptococus. Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular
seksual seperti gonorrhea, Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum.
Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bias timbul
radang adneksa sebagai akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan
IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh
seperti appendiks.

D. Patofisiologi
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertitas pada
wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini
akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan
sperma tidak bias membuahi sel telur. . Radang tuba falopii dan radang
ovarium biasanya biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama
salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi
ini juga bias dating dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah dari jaringan-
jaringan di sekitarnya.

E. Klasifikasi
Ada dua jenis dari salpingitis :
 Salpingitis akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan
bengkak, dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba
sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel pada
bagian intestinal yang terdekat. Kadang-kadang tuba fallopi penuh
dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan
infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).
 Salpingitis Kronis : Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi
ringan, dalam waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda
dan gejala.
F. Faktor Resiko
1. Usia
Angka usia spesifik lebih tinggi pada remaja wanita anatar usia 15 sampai
19 tahun.
2. Jumlah pasangan seksual
Wanita dengan banyak pasangan 4,6 kali cenderung lebih banyak terkena
PID.
3. Pasien PID sebelumnya
Pasien dengan PID 2,5 kali cenderung lebih banyak memiliki riwayat PID
sebelumnya dari pasien tanpa PID.
4. Remaja
Melakukan hubungan seksual pada usia muda
5. Gonore pria
Pria yang tidak diobati merupakan sumber infeksi berulang dan infeksi
baru.
6. Faktor sosio ekonomi yang rendah

G. Komplikasi
penanganan yang serius, salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi
meliputi :
 Kehamilan ektopik.
 Infeksi yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi, seperti ovarium
atau uterus.
 Infertilitas.
 Menginfeksi orang yang diajak berhubungan seksual.

H. Penata Laksanaan
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic
(sesering mungkin sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan
mikroorganisnya yang menginfeksi. Pasangan yang diajak hubungan seksual
harus dievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat, untuk mencegah
komplikasi sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual selama masih
menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
 Antibiotik : untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat
keberhasilan 85%dari kasus.
 Perawatan di rumah sakit : memberikan obat antibiotic melalui
Intravena(infuse).
 Pembedahan : dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic
menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama istri         :
Nama Suami :
Umur Istri :
Umur Suami     :
Agama              :
Pendidikan       :
Suku/bangsa     :
Pekerjaan           :
Kawin                :
Umur kawin          :
Lama kawin          :
Alamat                  :

2. Keluhan Utama : Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak


teratur, kram karena menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada
perut bagian bawah, lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan
berkurang.

3. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.Menderita penyakit


kelamin, keputihan, menggunakan alat kontrasepsi spiral.

4. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.Pernah


menderita penyakit kelamin, abortus, pernah kuret, aktivitas seksual pada
masa remaja, berganti-ganti pasangan seksual, pernah mengunakan AKDR.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


6. Riwayat menstruasi: Perdarahan menstruasi yang tidak teratur, Disminore,
Fluor albus.

7. Riwayat obstetric dan KB: Pernah abortus, kuretase, keguguran,Pernah atau


sedang menggunakan AKDR

8. Riwayat menstruasi :Kaji menarche, siklus haid, jumlah darah yang keluar,
dismenorea,dan HPHT.                             

9. Riwayat Ginekologi: Kaji keluhan yang pernah dirasakan berkaitan dengan


organ reproduksi, berapa lama keluhan ibu rasakan, ada tidaknya upaya yang
dilakukan untuk mengatasi keluhan itu. Seperti menanyakan apakah ibu
pernah mengalami keputihan yang berbau dan gatal, operasi yang dialami.

10. Riwayat kesehatan: Kaji penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, suami,
dan keluarga baik dari ibu maupun suami seperti : penyakit jantung,
hipertensi, DM, TBC, asma dll. Kaji apakah ibu pernah kontak dengan
penderita HIV/AIDS, TBC, hepatitis.

11. Keadaan Psikososian Budaya :

12. Pola Kebiasaan Sehari-Hari :

13. Pola Nutrisi :

14. Pola Eliminasi :

15. Pola Istirahat dan Tidur :

16. Pola Aktifitas :

17. Ketergantungan :

2. Data Objektif
Secara umum

Keadaan umum        :

Kesadaran                :

Postur tubuh             :

Cara berjalan            :

BB selama hamil      :

BB selama nifas       :

TB                            :

LILA                        :

TANDA-TANDA VITAL

Tekanan Darah :

Nadi :

Pernafasan :

Suhu :

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum : suhu biasanya meningkat, sering sampai 120 0 F atau 1030 F.
tekanan darah biasanya normal. Walaupun denyut nadi seringkali cepat. Pada saat
itu, pasien berjalan kedalam ruang gawat darurat dengan postur tubuh
membungkuk.
2. Pemeriksaan Abdomen : nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah. Nyeri lepas,
ragiditas otot, defance muscular, bising usus menurun dan distensi merupakan
tanda peradangan peritoneura. Nyeri tekan pada hepar dapat diamati pada 30%
pasien.
3. Pemeriksaan Pelvis : sering sulit dan tidak memuaskan karena pasien merasa tidak
nyaman dan rigiditas abdomen. Pada pemeriksaan dengan speculum, sekret
purulen akan terlihat keluar dari ostium oretri. Serviks sangat nyeri bila
digerakkan. Uterus ukurannya normal, nyeri (terutama bila digerakkan) dan sering
terfiksir pada posisinya. Adneksa bilateral sangat nyeri. Masa definitis jarang
terpalpasi kecuali telah terbentuk piosalping atau abses tubaovarium
4. Suhu tinggi disertai takikardia
5. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas
abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis
salpingitis akan sulit ditegakkan bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan
terjadi reburn tenderness”,
6. nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
7. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
8. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.
9. Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral dan bilateral)
10. Daerah adneksa teraba kaku
11. Teraba massa dengan fluktuasi

Pemeriksaan Penunjang

Tes Laboraturium

1. Hitung darah lengkap dan apusan darah : hitung leukosit cenderung meningkat dan
dapat sampai 20.000 dengan penignkatan leukosit polimorfonuklear dan
peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar hemoglobin dan hemokrit
biasanya dalam batas – batas normal. Peningkatan kadarnya berkaitan dengan
dehidrasis.
2. Urinalisis biasanya normal
3. Data diagnosis tambahan yang dapat dilakukan

2. Diagnosa
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Hipertermia b.d proses penyakit (inflamasi)
3. Ansietas b.d

3.Intervensi
Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Tindakan Rasional
keperawatan
SLKI SIKI
1.Nyeri Akut b.d agen Setelah diberikan SIKI: Manajemen
pencedera fisiologis
Intervensi nyeri
Data Mayor
keperawatan selama keperawatan :
Subjektif:
… x … jam,  Identifikasi  Mengetahui lebih
1.Mengeluh nyeri
diharapkan pasien lokasi, detail tentang
Objektif:
mampu karakteristik nyeri
1.Tampak meringis
menunjukkan : durasi, frekuensi,
2.Bersikap protektif
SLKI: Tingkat nyeri kualitas,
3.Gelisah
4.Frekuensi nadi intensitas nyeri  Skala nyeri diukur
Dipertahankan pada  Identifikasi skala untuk mengetahui
meningkat
skala: nyeri tingkat nyeri yang
5.Sulit tidur
dirasakan klien
Ditingkatkan  Respon nonverbal
Data Minor
pada skala: dapat
Subjektif:
1= Meningkat  Identifikasi menunjukkan
1.Tidak tersedia
2= Cukup meningkat respon nyeri sebatas mana nyeri
Objektif:
3= Sedang nonverbal yang dirasakan
1.Tekanan darah
4= Cukup menurun klien
meningkat
5= Menurun  Faktor yang
2.Pola nafas berubah
Dengan kriteria memperberat nyeri
3.Nafsu makan berubah
hasil : harus
4.Proses berfikir
 Keluhan nyeri  Identifikasi faktor diminimalisir
terganggu
1/2/3/4/5 yang begitupun
5.Menarik diri
 Meringis 1/2/3/4/5 memperberat dan sebaliknya
6.Berfokus pada diri
sendiri  Sikap protektif memperingan  Terapi
7.Diaforesis 1/2/3/4/5 nyeri komplementer
 Gelisah 1/2/3/4/5 yang berhasil tetap
 Kesulitan tidur dilanjutkan
1/2/3/4/5 sedangkan yang
 Menarik diri  Monitor tidak berhasil bisa
1/2/3/4/5 keberhasilan diganti dnegan
 Diaphoresis terapi terapi lainnya
1/2/3/4/5 komplementer  Teknik
 Anoreksia 1/2/3/4/5 yang sudah nonfarmakologis
diberikan dapat mengurangi
nyeri tanpa
memberikan efek
samping kimia
 Lingkungan yang
 Berikan teknik memperberat rasa
nonfarmakologis nyeri harus
untuk diminimalisir
mengurangi rasa  Istirahat tidur
nyeri harus difasilitasi
dengan sebaik
mungkin agar
 Kontrol pasien tercukupi
lingkungan yang kebutuhan
memperberat rasa istirahat tidurnya
nyeri  Menjelaskan
strategi meredakan
 Fasilitasi istirahat nyeri pada pasien
tidur dapat membantu
 Jelaskan pasien mengurangi
penyebab, rasa nyeri ketika
periode, dan sedang tidak ada
pemicu nyeri petugas medis
 Pemberian
analgetik dengan
 Jelaskan strateti Kolaborasi dengan
meredakan nyeri dokter dapat
mengurangi rasa
nyeri

 Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu

Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Tindakan Rasional


keperawatan
SLKI SIKI
2. Hipertermia b.d Setelah diberikan SIKI: Manajemen
proses penyakit
Intervensi hipotermia
(inflamasi)
keperawatan selama Aktivitas
Data Mayor … x … jam, keperawatan :
Subjektif: diharapkan pasien  Monitor suhu  Memantau suhu
1.Tidak tersedia mampu tubuh tubuh tetap normal
Objektif: menunjukkan :  Identifikasi  Mengetahui
1.Kulit teraba dingin penyebab penyebab suhu
2.Menggigil SLKI: hipotermia tubuh pasien
3.Suhu tubuh dibawah Termoregulasi  Monitor tanda rendah
nilai normal dan gejala akibat  Mengetahui tanda
Dipertahankan pada hipotermia dan gejala karena
Data Minor skala: hipotermia yang
Subjektif: dialami
1.Tidak tersedia Ditingkatkan  Sediakan  Lingkungan yang
Objektif: pada skala: lingkungan yang hangat membantu
1.Akrosianosis 1= Menurun hangat menaikkan suhu
2.Bradikardi 2= Cukup menurun tubuh
3.Dasar kuku sianotik 3= Sedang  Ganti pakaian  Pakaian yang
4.Hipoglikemia 4= Cukup meningkat dan/atau linen basah membuat
5.Hipoksia 5= Meningkat yang basah suhu tubuh
6.Pengisian kapiler >3 semakin turun
detik Dengan kriteria
 Lakukan  Melakukan
7.Konsumsi oksigen hasil :
penghangatan penghangatan
meningkat  Menggigil 1/2/3/4/5
pasif untuk
8.Ventilasi menurun  Kejang 1/2/3/4/5
meningkatkan
9.Piloereksi  Akrosianosis
suhu tubuh pasien
10.Takikardia 1/2/3/4/5
 Lakukan  Menghangatkan
11.Vasokonstriksi  Konsumsi oksigen
penghangatan suhu tubuh dengan
perifer 1/2/3/4/5
aktif eksternal penghangatan
12.Kutis memorata  Piloereksi 1/2/3/4/5
aktif eksternal
 Vasokonstriksi
 Lakukan  Menghangatkan
perifer 1/2/3/4/5
 Kutis memorata penghangatan suhu tubuh dengan
1/2/3/4/5 aktif internal penghangatan
 Pucat 1/2/3/4/5 aktif internal
 Takikardi 1/2/3/4/5  Anjurkan  Menghangatkan
 Takipnea 1/2/3/4/5 makan/minum suhu tubuh pasien
 Bradikardi hangat bagi ibu melalui pemberian
1/2/3/4/5 nutrisi dari ibu
 Dasar kuku
sianolik 1/2/3/4/5
 Hipoksia 1/2/3/4/5

Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Tindakan Rasional


keperawatan
SLKI SIKI
3.Ansietas b.d Setelah diberikan SIKI: Reduksi
kebutuhan tidak Intervensi ansietas
terpenuhi keperawatan selama Aktivitas
Data Mayor … x … jam, keperawatan :
Subjektif: diharapkan pasien  Identifikasi saat  Tingkat ansietas
1.Merasa bingung mampu tingkat ansietas mempengaruhi
2.Merasa khawatir menunjukkan : berubah proses persalinan
dengan akibat dari SLKI: Tingkat pasien
kondisi yang dihadapi ansietas  Identifikasi  Mengetahui
3.Sulit berkonsentrasi Dipertahankan kemampuan pengambilan
Objektif: pada mengambil keputusan yang
1.Tampak gelisah skala: keputusan dilakukan pasien
2.Tampak tegang Ditingkatkan
3.Sulit tidur pada skala:  Monitor tanda-  Mengetahui
1= Meningkat tanda ansietas ansietas
Data Minor 2= Cukup meningkat  Ciptakan suasana  Menviptakan
Subjektif: 3= Sedang terapeutik untuk suasana saling
1.Mengeluh pusing 4= Cukup menurun menumbuhkan percaya agar klien
2.Anoreksia 5= Menurun kepercayaan merasa yakin
3.Palpitasi Dengan kriteria  Pahami situasi  Mengetahui
4.Merasa tidak hasil : yang membuat penyebab pasien
berdaya  Verbalisasi ansietas ansietas
Objektif: kebingungan  Gunakan  Pendekatan yang
1.Frekuensi nafas 1/2/3/4/5 pendekatan yang tenang membuat
meningkat  Verbalisasi tenang dan pasien merasa
2.Frekuensi nadi khawatir akibat meyakinkan nyaman
meningkat kondisi yang  Kaji tingkat  Mengidentifikasi
3.Tekanan darah dihadapi 1/2/3/4/5 kecemasan pasien tingkat cemas,
meningkat  Perilaku gelisah cemas yang
4.Diaforesis 1/2/3/4/5 berlebihan dapat
5.Tremor  Perilaku tegang meningkatkan
6.Muka tampak 1/2/3/4/5 persepsi nyeri dan
pucat  Keluhan pusing dapat mempunyai
7.Suara bergetar 1/2/3/4/5 dampak negatif
8.Sering berkemih  Anoreksia 1/2/3/4/5 pada proses
 Frekuensi persalinan.
pernafasan  Beri dukungan  Pasien dapat
1/2/3/4/5 moril dan mengalami
 Frekuensi nadi informasikan peningkatan
1/2/3/4/5 bahwa akan cemas atau
 Tekanan darah selalu bersama kehilangan kontrol
1/2/3/4/5 ibu selama proses bila dibiasakan
 Tremor 1/2/3/4/5 persalinan tanpa perhatian
 Pucat 1/2/3/4/5  Beri informasi  Informasi yang
yang jelas dan jelas dan
bijaksana tentang sederhana
fisiologi kalaI memudahkan ibu
dalam memahami
dan mengerti
proses perslinan
sehingga
kecemasannya
berkurang

 Evaluasi pola  Peningkatan


kontraksi dan kekuatan kontraksi
kemajuan uterus dapat
persalinan meningkatkan
kecemasan
 Jelaskan hasil  Meningkatkan
pemeriksaan pemahanan dan
kepada pasien pemecahan
masalah sehingga
kecemasan teratasi
 Mengerti dan
 Beri tahu pasien
memahami
tentang prosedur
tentang proses
persalinan
persalinan
sehingga dapat
mengurangi
kecemasan
 Anjurkan  Keluarga sangat
keluarga dibutuhkan untuk
menemani pasien menenangkan dan
sementara waktu mengurangi
bila kecemasan
memungkinkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


ECG
2. MamasHealth.com.. http://www.mamashealth.com/women/salpingitis.asp .
3. Sindharti, GM.2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Reproduksi.
Malang
4. Bagian Obstetri dan Ginekologi, 1981. Ginekologi. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
5. F Gary Cunningham, dkk.2005. Obstetri Williams edisi 21. ECG:Jakarta
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. http://www.best-home-remedies.com/popular/salpingitis.htm

Anda mungkin juga menyukai