Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS : PENYAKIT GONORE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas

Dosen Pengampu : Yunita Wulandari S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Anggit Bagasworo (ST192003)

2. Anggita Cahyaningrum (ST192004)

3. Jaya Perdana Husada (ST192016)

4. Monika Afrilasari (ST192020)

PROGRAM ALIH KREDIT PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

2019/2020
A. PENGERTIAN
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual
(IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram
negatif, Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), yang menginfeksi membran mukosa
dari urethra, endocervix, rectum, dan pharynx. Infeksi ini bisa tidak menimbulkan
gejala (Djuanda S, 2010).

B. ETIOLOGI
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae. Famili
Neisseriaceae meliputi spesies Neisseria dan Moxarella catarralis seperti
Acinetobacter dan Kingella serta spesies Moxarella lainnya. Neisseria adalah cocci
gram negatif yang biasanya berpasangan (Adhi,2012).

C. KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS


Menurut Natadidjaja (2011) manifestasi klinis gonorea antra lain :
1. Pria
a) Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi.
b) Gejala berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti
nyeri ketika berkemih.
c) Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan
keluar lendir mukoid dari uretra
d) Retensi urin akibat inflamasi prostat
e) Keluarnya nanah dari penis.
2. Pada Wanita :
a) Gejala aawal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b) Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu
atau bulan Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun,
beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan
untuk berkemih
c) Nyeri ketika berkemih
d) Keluarnya caran dar vagina
e) Demam
f) Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan
rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika
berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang elakukan
hubungan seks melalui anus, dapat menderita gonorhea directumnya.
Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari
recrumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar
serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
.
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri Neisseria gonorrheae merupakan bakteri diplokokus gram negatif yang
bersifat intraseluler yang mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner pada hostnya.
Virulensi dan patogenitas bakteri ini tergantung pada banyak hal, misalnya protein
opacity-associated yang dapat meningkatkan perlekatan antara gonokokus (bentuk
koloni pada kultur media) dan juga meningkatkan perlekatannya dengan fagosit.
Awalnya gonokokus melekat pada sel mukosa hostnya kemudian melakukan penetrasi
seluruhnya diantara sel dalam ruang sub epitel. Karakteristik respon host oleh invasi
gonokokus adalah dengan adanya neutrofil, diikuti dengan pengelupasan epitel,
pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen. Apabila tidak diobati,
infiltrasi makrofag dan limfosit akan digantikan oleh neutrofil. Beberapa strain
menyebabkan infeksi asimptomatik (Price, 2013).

Gonokokus yang menyerang membran selaput lendir dari saluran


genitourinaria, mata, rektum, dan tenggorokan menghasilkan eksudat akut yang
mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis.
Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, eksudat berwarna kuning dan kental,
disertai rasa nyeri saat membuang air kecil. Infeksi uretra pada pria dapat menjadi
infeksi yang asimptomatik. Sedangkan pada wanita, infeksi primer terjadi di
indoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, serta meningkatkan sekresi cairan
mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine, dan menyebabkan
salpingitis, fibrosis dan obliterasi Bakterimia pada infeksi gonorrhea mengarah pada
infeksi kulit (terutama pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang
terdapat pada tangan, lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang
biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endokarditis yang
disebabkan oleh gonokokus kadang dapat menginfeksi lapisan meningeal otak yang
dapat menyebabkan meningitis dan dapat menginfeksi mata khususnya konjungtiva
mata (Lachlan, 2014).

E. PATH WAY
F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Menurut Sarwono (2010). Pada pengobatan gonorea yang perlu
diperhatikan adalah efektivitas. Harga dan sesedikit mungkin efek taksiknya,
pemilihan resimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat
infeksi, resistensi galur N. Gonorhoeae terhadap animicrobial dan
kemungkinan infeksi chlamydia trachomatic yang terjadi bersamaan. Secara
epidemiologi pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.
Macam macam obat yang dapat dipakai antara lain :
Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500 mg dan ofloksasin
400 mg. Berbagi resimen yang dapat diberikan adalah :
a) Siprofloksasin 500 mg per oral atau
b) ofloksasin 400 mg per oral, atau
c) seftriakson 250 mg injeksi intramuskuler atau
d) spektinomisin 2 mg injeksi intramuskuler

2. Non-farmakologi
Memberikan pendidikan kapada klien dengan menjelaskan tentang :
a) Bahaya penyakit menular seksual.
b) Pentingnya mematahui pengobatan yang diberikan.
c) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks .
d) Hindrai hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindari.
e) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

G. DIAGNOSA

1) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis di tandai dengan infeksi

2) Hipertermia b.d proses penyakit di tandai dengan suhu tubuh diatas normal
3) Gangguan eliminasi urin b.d iritasi saluran kemih di tandai dengan volume
residu urin meningkat
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri akut b.d Agen
Setelah dilakukan asuhan
pencedera fisiologis di
keperawatan 2 x 24 jamkeluhan nyeri Tindakan
tandai dengan infeksi
akut menurun dengan kriteria hasil : Observasi
( D.0077 ) 1. Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2. Meringis frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Sikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
4. Gelisah 3. Identivikasi respon nyeri non verbal
5. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
6. Menarik diri memperingan nyeri
7. Berfokus pada diri sendiri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
8. Diaforesis nyeri
9. Perasaan depresi (tertekan) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
10. Perasaan takut mengalami nyeri
cedera berulang 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
11. Anoreksia hidup
12. Perineum terasa tertekan 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
13. Uterus teraba membulat sudah diberikan
14. Ketegangan otot 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
15. Pupil dilatasi
16. Muntah Terapeutik
17. Mual 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
Keterangan: mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
1 = Meningkat akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
2 = Cukup Meningkat aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
3 = Sedang kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
4 = Cukup Menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5 = Menurun (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, dan
18. Frekwensi nadi kebisingan)
19. Pola napas 3. Fasilitasi istirahat tidur
20. Tekanan darah 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
21. Proses berpikir pemilihan strategi meredakan nyeri
22. Fokus
23. Fungsi berkemih Edukasi
24. Perilaku 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
25. Nafsu makan 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
26. Pola tidur 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Keterangan: 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
1 = Memburuk 5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
2 = Cukup Memburuk mengurangi rasa nyeri
3 = Sedang Kolaborasi
4 = Cukup Membaik 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5 = Membaik

2 Termoregulasi L.14134 Manajemen Hipertermia I.15506


Hipertermia b.d proses
Setelah dilakukan asuhan Tindakan
penyakit di tandai dengan
keperawatan 2 x 24 jam keluhan Observasi
suhu tubuh diatas normal
hipertermia membaik dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
( D.0130 )
hasil : 2. Monitor haluaran urine
1. Suhu tubuh 3. Identifikasi penyebab hipertemia
2. Suhu kulit 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Kadar glukosa darah Terapeutik
4. Pengisian kapiler 1. Berikan cairan oral
5. Vemtilasi 2. Hindari pemberian antipiretik
6. Tejanan darah 3. Berikan oksigen, jika perlu
Keterangan: 4. Sediakan lingkungan yang dingin
1 = Memburuk 5. Lakukan pendinginan eksternal
2 = Cukup Memburuk Edukasi
3 = Sedang 1. Anjurkan tirah baring
4 = Cukup Membaik Kolaborasi
5 = Membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3 Eliminasi Urine ( L.04034 ) Manajemen eliminasi urine ( I.04152 )
Gangguan eliminasi urin
Setelah dilakukan asuhan Tindakan
b.d iritasi saluran kemih
keperawatan 2 x 24 jam eliminasi Observasi
di tandai dengan volume
urine membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi urine
residu urin meningkat
1. Frekuensi BAK 2. Monitor eliminasi urine
( D. 0040 )
2. Karakteristik urine 3. Identifikasi penyebab retensi urine
Keterangan: Terapeutik
1 = Memburuk 1. Cata waktu – waktu dan haluaran urine
2 = Cukup Memburuk 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3 = Sedang 3. Ambil sample urine tengah atau kultur
4 = Cukup Membaik Edukasi
5 = Membaik 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
3. Sensasi berkemih meningkat kemih
2. Ajarkan mengambil specimen urine tengah
3. Ajarkan mengukur asupan dan haluaran urine
4. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika
perlu
I. KESIMPULAN

Gonorhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria


gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan,
dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke
bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa menjalar
ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi.
Penderitaseringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau
bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan
seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher
rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri
pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik
terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore.Jika pada pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium.
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu
(biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah,
biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena
(melalui pembuluh darah atau infus).
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010.p.10-11.

Djuanda, Adhi. (2012). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

Lachlan, MC. 2014. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran:
Yogyakarta.

Natadidjaja, hendarto. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta. Prof.

Price. A Sylvia, (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 6. Jakarta:EGC.

Sarwono Prawirohardjo, (2010). Ilmu Kebidanan, Jakarta. YBPS

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai