Anda di halaman 1dari 12

6.

Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
a. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
c. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 System imunnitas yng menurun
 Adanya hambatan pada saluran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini
secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau
pengobatan antara lain adalah :
 Laboratorium
a) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat
b) Urine kultur :
- Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
- Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
- Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
- Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
- Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
- Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan
- Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung
kemih
8. Penatalaksanaan medis
Pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan dengan :
 Perawatan dapat berupa :
a) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b) Perubahan pola hidup diantaranya :
c) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
d) Pakaian dalam dari bahan katun
e) Menghindari kopi, alkohol
 Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic :Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium untuk meredakan gejala iritasi pada
saluran kemih
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
Komplikasi penyakit infeksi saluran kemih yang diakibatkan oleh staphylococcus
aureus pada ibu hamil : Infeksi Saluran Kemih pada ibu hamil umum terjadi selama
kehamilan, hal ini terjadi karena hormon kehamilan menimbulkan perubahan pada saluran
kencing dan membuat lebih rentan untuk terkena infeksi. Jika tidak segera diatasi, infeksi
ini dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya
baik premature maupun immature. Jika ibu hamil mengalami Infeksi Saluran Kemih, hal
ini menyebabkan tubuh mengalami peradangan, yang kemudian berdampak pada
kehamilan.(Yuliati, 2017)
Proses inflamasi atau peradangan menyebabkan tubuh memproduksi zat-zat yang
bisa mempengaruhi kehamilan. Salah satunya senyawa prostaglandin, kehadiran senyawa
prostaglandin membuat rahim berkontraksi kuat. Selain itu, hal ini menimbulkan
rangsangan seperti proses persalinan seperti mulas di mulut leher rahim mulai terbuka.
Sehingga memicu kelahiran sebelum waktunya (Yusra, 2017).
10. Pencegahan
 Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
 Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
 Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
b) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
c) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
d) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
e) Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
11. Diagnosa Keperawatan

NYERI AKUT ( D.0077)


Definisi :
Pengalaman senseorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan

Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologi (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pence derakimiawi(mis.terbakar, bahankimiairitan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkatberat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif : Objektif :
1. Mengeluh nyeri - Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada
posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensinadimeningkat
- Sulittidur

Gejala dan tanda minor


Subjektif : Objektif :
Tidak tersedia 1. Tekanandarahmeningkat
2. Polanapasberubah
3. Nafsumakanberubah
4. Proses berpikirterganggu
5. Menarikdiri
6. Berfokuspadadirisendiri
7. Diaforesis

KondisiKlinis
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glakoma

Manajemen Nyeri I.08238

Definisi:
mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi
ringan hingga berat dan konstan.
Tindakan:
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, hipnosia,
kupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c) Fasilitas istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemeliharaan strategi meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan penggunaan analgesik secara tepat
e) Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.
Gangguan Eliminasi Urine ( D.0040)
Definisi :
Disfungsi eliminasi urin

Penyebab :
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan meyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek indakan medis dan diagnostik (mis: operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidak mampuan mengakses toilet(mis: Imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidak mampuan mengomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis: anomali saluran kemih kogenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif : Objektif :
1. Desakan berkememih (urgensi) - Destensi kandung kemih
2. Urin menetes (dribbling) - Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3. Sering buang air kecil - Volume residu urin meningkat
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis

Gejala dan tanda minor


Subjektif : Objektif :
Tidak tersedia Tidak tersedia

KondisiKlinis
1. Infeksi ginjal dan saluran kemih
2. Hiperglekemi
3. Trauma
4. Kangker
5. Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skelorosis multipel
11. Obat alpha adremergik
Manajemen Eliminasi Urine I.04152

Definisi
Mengedintifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urine.

Tindakan:
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontensia urine
- Identidikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontensia urine
- Monitor eliminasi urine (Mis:frekuensi, konsisten, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
- Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarakan mengukur asupan cairan dan haluran urine
- Ajarkan mengambil spesimen urine midstream’
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih
- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kalaborasi
- Kalaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Eliminasi Urine ( L.04034)
Definisi :
Pengosongan kandung kemih yang lengkap

Ekspektasi Membaik

Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Sensasi berkemih 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun

Desakan berkemih (urgensi) 1 2 3 4 5


Distensi kandung kemih 1 2 3 4 5
Berkemih tidak tuntas 1 2 3 4 5
Volume residu urine 1 2 3 4 5
Urine menetes (dribbling) 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuna 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburuk Membaik

Frekuensi BAK 1 2 3 4 5
Karakteristik urino 1 2 3 4 5
Nausea ( D.0076)
Definisi :
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah

Penyebab :
1. Gangguan biokimiawi ( uremia, ketoasidosis diabetik)
2. Gangguan pada esofagus
3. Distensi lambung
4. Iritasi lambung
5. Gangguan pankreas
6. Peregangan kapsul limfa
7. Tumor terlokalisasi (mis : neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder,
metastasis tulang dasar tengkorak)
8. Peningkatan tekanan intrabdominal (mis : keganasan intraabdominal)
9. Peningkatan tekanan intrakranial
10. Peningkatan tekanan intraorbital (mis : glaukoma)
11. Mabuk perjalanan
12. Kehamilan
13. Aroma tidak sedap
14. Rasa makan/minum yang tidak enak
15. Stimulus penglihatan yang tidak menyenangkan
16. Faktor psikologis (mis: kecemasan,ketakutan,stres)
17. Efek agen farmakologis
18. Efek toksin

Gejala dan tanda mayor


Subjektif : Objektif :
1. Mengeluh mual 1. (tidak tersedia)
2. Merasa ingin muntah
3. Tidak berminat makan

Gejala dan tanda minor


Subjektif : Objektif :
1. Merasa asam di mulut 1. Saliva meningkat
2. Sensasi panas/dingin 2. Pucat
3. Sering menelan 3. Diaforesis
4. Takikardi
5. Pupil dilatasi

KondisiKlinis
1. Maningitis
2. Labirinitis
3. Uremia
4. Ketoasidosis dabetik
5. Ulkus peptikum
6. Penyakit esofagus
7. Tumor intaabdomen
8. Penyakit maniere
9. Neuroma akustik
10. Tumor otak
11. Kanker
12. Glaukoma

Tingkat Nausea ( L.08065)


Definisi :
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah
Ekspektasi Menurun

Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Nafsu makan 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat Menurun

Keluhan mual 1 2 3 4 5
Perasaan ingin muntah 1 2 3 4 5
Perasaan asam di mulut 1 2 3 4 5
Sensasi panas 1 2 3 4 5
Sensasi dingin 1 2 3 4 5
Frekuensi menelan 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Jumlah saliva 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburuk Membaik

Pucat 1 2 3 4 5
Takikardia 1 2 3 4 5
Dilatasi pupil 1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk (2013). Nursing Interventions Calssification (NIC). Mocomedia:


Indonesia

Herdman, T. Heather (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017, EGC: Jakarta

Mansjoer, Arif (2010). Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Cet 1. Jakarta: Media Aesculapius

Moorhead, Sue, dkk. (2013). Nursimg Outcome Classification (NOC). Yogyakarta :


Mecomedia

Nurarif, Amin H, Kusuma, Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. MediaAction: Jogjakarta

Tessy, Agus, Ardaya Suwanto (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteia Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai