Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK 5

ASKEP BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

NAMA KELOMPOK :

1. AGUNG PRABOWO
2. AIDINA NURAIDA
3. ANGGUN ANISA PRETTY
4. DERISMAN BALANTE
5. KHUZNUL MARIA
6. WINDITA ANGGRAENI
A. PENGERTIAN
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem
penyalur urine, tetapi batu umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin
terbentuk tanpa menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal
ini terutama terjadi pada batu besar yang tersangkut di pelvis ginjal. Maka
klinis batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urine atau obstruksi
aliran urine atau menimbulkan trauma yang menyebabkan ulserasi dan
perdarahan,pada kedua kasus ini terjadi peningkatan prediposisi infeksi
bakteri.
Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu didalam saluran kemih. Penelitian epidemiologic
memberikan kesan seakan akan penyakit batu saluran kemih mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai
dengan perkembangan kehidupan.
Batu saluran kemih dapat terjadi pada pelvis ginjal, ureter, kandung
kemih, prostat, dan uretra yang menimbulkan atau memperlihatkan gejala
yang agak berbeda. Serta juga dapat mengakibatkan kelainan patologik yang
menunjukan gejala dan tanda akut, kronik, atau sama sekali tidak ada keluhan
dan symptom. [Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa) (Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 249 ]

B. Etiologi
Pada kebanyakan penderita batu saluran kemih tidak ditemukan penyebab
jelas (idiopatik), akan tetapi pada beberapa faktor-faktor yang berperan pada
pembentukan batu saluran kemih, dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
a) Faktor endogen ; seperti faktor genetic familial pada hipersistinuria,
hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
b) Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi,
dan kejenuhan mineral dalam air minum.
[Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
(Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 249 -250]

C. Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat
sistomatik ataupun assimtomatik. Ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu:
1) Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia
organic sebagai inti. Substansi organic ini terutama terdiri dari
mukopolisakarit dan mucoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi
dan agregasi susbtansi pembentuk batu.
2) Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti :
sistem, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3) Teori persipitasi-kristalisasi
Perubahan pH akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine.
Pada urine yang bersifat asam akan mengendap sistem, santin, asam dan
garam urat. Sedangkan pada urine yang bersifat alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.
Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut
mempengaruhi kalkuligenesis, antaralain :
 Infeksi
 Obstruksi dan statis urine
 Jenis kelamin
 Ras
 Keturunan
 Air minum
 Pekerjaan
 Makanan
 Dan sushu
Selain oleh kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologi dapat
disebabkan oleh infeksi, pembentukan batu saluran kemih, dan tumor.
Keadaan tersebut sering menyebabkan bendungan karena hambatan
pengeluaran kemih. Infeksi,trauma, dan tumor dapat menyebabkan
penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan stasis yang
memudahkan infeksi. Linkungan statis dan infeksi memungkinkan
terbentuknya batu yang juga menyebabkan bendungan dan memudahkan
infeksi karena bersifat sebagai benda asing. Infeksi biasanya meluas, misalnya
sistitis menyebabkan penyulit berupa vesikulitis, epididymitis, bahkan sampai
orkitis.
Statis urine, urolitiasis dan infeksi saluran kemih merupakan peristiwa
yang saling mempengaruhi. Secara berantai saling memicu, saling
memberatkan dan saling mempersulit penyembuhan.
[Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
(Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 250-251 ]

D. Tanda dan gejala/manifestasi klinis


1) Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung
kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti
dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
2) Pada anak, menyembabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya
waktu BAK sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak Panjang
3) Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi (kencing)
juga akan terdapat nyeri yang menetap suprapubic.
4) Hematuria
5) Pernah mengeluarkan batu kecil Ketika kencing.
6) Batu Nampak pada pemeriksaan pencitraan.
[Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
(Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 252-253 ]

E. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis batu saluran kemih dapat ditegakkan dengan beberapa cara,
antara lain :
a) Laboratorium : pada pemeriksaan urine didapatkan hematuria, dan bila
terjadi obstruksi yang lama akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
b) Pielografi intravena : dapat melihat besarnya batu, letaknya dan adanya
tanda-tanda obstruksi, terutama untuk batu yang tidak tembus sinar.
c) Sistokopi : dapat membantu pada keadaan-keadaan yang meragukan
didalam buli-buli.
d) Ultra sonografi : dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di
buli-buli dan adanya tanda-tanda obstruksi urine.
e) Pielografi retrograts : dilakukan terutama pada jenis batu yang radiolusen.
[Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
(Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 253-254 ]

F. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1. Nyeri akut b.d percedera fisiologis
2. Gangguan eliminasi urine b.d nurunan kemampuan menyadari tanda-tanda
gangguan kandung kemih

[Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri, Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
(Yogyakarta : Nuha Medika, 2017) , hlm. 255 ]

G. Penatalaksanaan
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran
kemih adalah menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan
rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
 Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
 Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri,
obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya
gangguan fungsi ginjal.
 Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
 Mencari latar belakang terjadinya batu.
 Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi

Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah


diantaranya sebagai berikut :
 Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa
sistostomy yang ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui
insisi supra pubis.
 Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang
berada di uretra.
No SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
Penyebab : Setelah dilakukan Tindakan Observasi : Observasi :
1. Agen pencedera fisiologi keperawatan selama …x 24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Membantu dalam menentukan interve
(mis,inflamasi, iskemia, jam.diharapakan nyeri akut durasi, frekuensi, kualitas,
neoplasma) dapat teratasi dengan kriteria intensitas nyeri.
Gejala dan tanda mayor hasil : Terapeutik : Terapeutik :
Subjektif : 1. Keluhan nyeri menurun 1. Berikan tehnik non farmokologis 1. Untuk mengurangi ketergantungan p
1. Mengeluh nyeri 2. Tidak tampak meringis untuk mengurangi rasa nyeri obat
Objektif : 3. Tidak gelisah (mis, TENS, hypnosis,akupresure,
1. Tampak nyeri terapi music, biofeedback, terapi
2. Bersikap protektif (mis, pijat, aroma terapi, tehnik
waspada, posisi imajinasi terbimbing, kompres
menghindari nyeri) hangat/dingin, terapi bermain).
3. Gelisah 2. kontrol lingkungan yang 2. Untuk menunjang rasa nyaman pasie
4. Frekuensi nadi meningkat memperberat rasa nyeri (mis. nyeri tidak semakin parah
5. Sulit tidur Suhu ruangan, pencahayaan,
Gejala dan tanda minor kebisingan)
Subjektif (tidak tersedia) Edukasi : Edukasi :
Objektif : 1. jelaskan penyebab, periode, dan
1. Tekanan darah meningkat pemicu nyeri 1. Jika pasien mengetahui penyebab
2. Pola napas berubah pemicu nyeri,maka itu akan memban
3. Nafsu makan berubah 2. jelaskan strategi meredakan nyeri mengatasi nyerinya sendiri
4. Proses berfikir terganggu 2. Agar pasien bisa memilih strategi
5. Menarik diri rasa nyeri yang ia rasakan sesuai k
6. Berfokus pada diri sendiri 3. ajarkan tehnik non farmakologis keinginannya.
7. Diaphoresis untuk mengurangi rasa nyeri 3. Agar pasien mengetahui tehnik non
Kondisi klinis terkait (tanpa obat-obatan) untuk mengurang
1. Kondisi pembedahan jika terapi farmokologis kuran
2. Cedera traumatis mengurangi rasa nyerinya,dan
3. Infeksi Kolaborasi : ketergantungan pasien terhadap obat.
4. Syndrom coroner akut 1. kolaborasi pemberian analgesic, Kolaborasi :
5. Glaukoma jika perlu. 1. Untuk memastikan terapi analgesik
efektif,dengan melakukan kolaborasi.

2. Gangguan eliminasi urine Eliminasi urine (L.04034) Manajemen eliminasi urine


(D.0040) Setelah dilakukan Tindakan (I.04152)
Penyebab : keperawatan selama …x 24 Observasi : Observasi :
1.Penurunan kapasitas jam.diharapakan gangguan 1. Identifikasi tanda gejala retensi
kandung kemih eliminasi urine dapat teratasi 1. Untuk mengetahui tanda gejala
Gejala dan tanda mayor dengan kriteria hasil : atau inkontinensia urine inkontensia urine
Subjektif : 1.Desakan berkemih (3) 2. Identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui faktor yang
1. Desakan berkemih (urgensi) 2.Urine menetes (dribbling) menyebabkan retensi atau retensi atau inkontinesia urine
2. Urine menetes (dribbling) (4) inkontinensia urine
3. Sering buang air kecil 3.Nocturia (3) 3. Monitor eliminasi urine 3. Untuk mengontrol eliminasi urine
4. Nocturia 4.Mengompol (4) Terapeutik : Terapeutik :
5. Mengompol 5.Enuresis (3) 1. Catat waktu-waktu dan haluaran 1. Untuk mengetahui waktu-waktu
6. Enuresis Ket : berkemih berkemih
Objektif : 1 : sedang 2. Batasi asupan cairan, jika perlu 2. Untuk mengefektifkan asupan cairan
1. Distensi kandung kemih 2 : cukup meningkat 3. Ambil sampel urine tengah (mid 3. Untuk menegtahui hasil sampel urin
2. Berkemih tidak tuntas 3 : sedang stream) atau kultur stream ) atau kultur
(hesitanci) 4 : cukup menurun Edukasi : Edukasi :
3. Volume residu urine 5 ; menurun 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
meningkat saluran kemih kemih
Gejala dan tanda minor 2. Ajarkan mengukur asupan cairan 2. Untuk mengetahui asupan cairan dan
Subjektif : (tidak tersedia) dan haluaran urine
Objektif : (tidak tersedia) 3. Ajarkan mengambil spesimen 3. Untuk mengetahui spesimen urine m
Kondisi klinis terkait : urine mid stream
1. Infeksi ginjal dan saluran 4. Ajarkan mengenali tanda
kemih berkemih dan waktu yang tepat
2. Hiperglikemia untuk berkemih 4. Untuk mengetahui tanda berkemih d
5. Ajarkan terapi modalitas
3. Trauma penguatan otot-otot tepat untuk berkemih
4. Kanker panggul/berkemihan
5. Cedera/tumor/infeksi 6. Anjurkan minum yang cukup,jika 5. Untuk menerapkan terapi modalitas
medulla spinalis tidak ada kontraindikasi otot panggul/berkemihan
6. Neuropati diabetikum 7. Anjurkan mengurangi
7. Neuropati alkoholik 6. Untuk mengefektifkan minum yan
8. Stroke Kolaborasi : tidak ada kontraindikasi
9. Parkinson 1. Pemberian obat suposutoria 7. Untuk mengefektifkan mengur
10. Skeloris multiple obat uretra, jika perlu menjelang tidur
alpa adrenergic
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017.KMB 1 keperawatan Medical
Bedah (keperawatan Dewasa). Yogyakarta:Nuha Medika.
Putri & Wijaya. S.A. 2013. KMB I Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan dewasa).
Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI.2017.Standar diagnosis keperawatan indonesia (SDKI).Jakarta
PPNI.2017.Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI).Jakarta
PPNI.201U.Standar intervensi keperawatan idnonesia (SIKI).Jakarta

Anda mungkin juga menyukai