Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK COVID-19 TERHADAP INDUSTRI RETAIL

HYPERMARKET (CARREFOUR)

OLEH :
FIKRI SAIFUDDIN
1231700021

SEMINAR EKONOMI INDUSTRI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


SURABAYA
SEMESTER GENAP 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Bisnis retail adalah penjualan barang secara eceran pada berbagai tipe gerai seperti
kios, pasar, department store, butik dan lain-lain (termasuk juga penjualan dengan sistem
delivery service), yang umumnya untuk dipergunakan langsung oleh pembeli yang
bersangkutan. Bisnis retail di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yakni
retail tradisional dan retail modern. Retail modern pada dasarnya merupakan pengembangan
dari retail tradisional. Format retail ini muncul dan berkembang seiring perkembangan
perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut
kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Industri retail, terus tumbuh pesat, bukan hanya di
Indonesia, melainkan juga di Asia. Era retail modern menjelang Asean Economic
Community (AEC) 2015 diprediksi akan tumbuh lebih cepat. Hal itu didukung oleh banyak
perusahaan asing yang akan investasi di Indonesia.

Retail modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada
1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal dekade 1990-an
merupakan tonggak sejarah masuknya retail asing di Indonesia. Ini ditandai dengan
beroperasinya retail terbesar Jepang ‘Sogo’ di Indonesia. Retail modern kemudian
berkembang begitu pesat saat pemerintah, berdasarkan Kepres no. 99 th 1998, mengeluarkan
bisnis retail dari negative list bagi Penanaman Modal Asing. Sebelum Kepres 99 tahun 1998
diterbitkan, jumlah peretail asing di Indonesia sangat dibatasi. Saat ini, jenis-jenis retail
modern di Indonesia sangat banyak meliputi Pasar Modern, Pasar Swalayan, Department
Store, Boutique, Factory Outlet, Specialty Store, Trade Centre, dan Mall/Supermall/Plaza.
Format-format retail modern ini akan terus berkembang sesuai perkembangan perekonomian,
teknologi, dan gaya hidup masyarakat.

Salah satu industry retail yaitu Hypermarket. Dewasa ini peran hypermarket di
Indonesia semakin besar. Diperkirakan hal ini akan menggeser pola belanja konsumen dari
traditional market menjadi modern market. Menurut penelitian lembaga surveri independen
RSI (Research of Standford Institute), pertumbuhuan hypermarket mencapai 25% per tahun.
Sementara pasar tradisional hanya bertumbuh kurang lebih 6% per tahun. Perlahan namun
pasti, hypermarket membesar bukan hanya dengan membuka pangsa pasar baru, namun
hypermarket juga membesar dengan mengambil share pasar tradisional. Hal ini adalah gejala
untuk yang tidak ditemukan dalam era pasar modern sebelumnya. Sebelum era hypermarket,
dimana supermarket adalah representasi pasar modern di Indonesia, terdapat perbedaan
segmentasi yang jelas antara pasar modern dan pasar tradisional.

Saat ini sudah banyak dibangun hypermarket yang menyebar hampir di seluruh
wilayah kota Surabaya, seperti diantaranya Giant, Carrefour, Alfa, Makro, dan yang terbaru
hadir adalah Hypermart. Setiap perusahaan ritel tersebut memiliki keunggulannya masing-
masing yang mampu menarik minat konsumen untuk berbelanja. Hypermarket yang
memberikan layanan pilih dan ambil sendiri (self service) bagi konsumen saat ini tidak
sekedar menjadi tempat berbelanja, namun juga menjadi sarana kegiatan rekreasi bersama
keluarga (www.republika.co.id). Ketika pengunjung mendatangi hypermarket, mereka tentu
menginginkan kenyamanan dan fasilitas yang lebih mengarah ke hiburan. Kehadiran
hypermarket yang menggabungkan konsep one stop shopping & service ditawarkan, yakni
menggabungkan kenyamanan belanja, tempat bergengsi, kelengkapan barang dan harga yang
murah langsung disambut positif oleh masyarakat Surabaya.

Carrefour merupakan salah satu Hypermarket yang sudah lama masuk ke Indonesia,
Carrefour merupakan gerai Hypermarket dari Perancis, saat ini sudah memiliki banyak sekali
cabang di seluruh kota-kota di Indonesia, diantaranya di Surabaya, Carrefour sendiri di
Surabaya dapat ditemukan di beberapa tempat seperti di Ngagel, di BG Junction, di Golden
City Mall, di Rungkut dan beberapa tempat yang menawarkan Carrefour Express seperti yang
ada di Panjang Jiwo. Carrefour menawarkan harga produk yang murah dibandingkan dengan
pesaing, bahkan kebijakan perusahaan akan mengganti selisih harga 10 kali lipat apabila
terdapat penjual lain yang menjual dengan harga yang lebih murah dibandingkan di
Carrefour. Selain dari segi harga, konsumen yang datang ke Carrefour membutuhkan
kemudahan-kemudahan dalam berbelanja dan Carrefour memiliki Physical facilities tersebut,
seperti troley untuk menaruh barang belanjaan suasana nyaman (ruangan terang, sejuk,
bersih, dan luas), keleluasaan dalam memilih barang yang dibutuhkan, tata letak dan tata
ruang dalam tempat belanja yang memudahkan konsumen menemukan barang yang
dibutuhkan serta banyak tersedianya kasir yang aktif sehingga memudahkan pembayaran.

Namun semenjak munculnya virus corona atau lebih dikenal COVID-19,


menimbulkan dampak terhadap pemasukan/pendapatan dari Hypermarket Carrefour, dimana
para pengunjung yang biasanya berkunjung untuk berbelanja maupun sekedar jalan-jalan
sekarang mulai berkurang diakibatkan pandemic virus corona atau COVID-19 ini. Dalam
makalah ini akan membahas dampak COVID-19 terhadap industry retail hypermarket
(carrefour) dimana akan diketahui dampak positif dan negatifnya.

RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Apa penjelasan mengenai industry retail?


2. Apa yang dimaksud dengan hypermarket?
3. Apa penjelasan mengenai virus corona atau COVID-19?
4. Bagaimana dampak COVID-19 terhadap industry retail hypermarket (carrefour)

TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai industry retail.


2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai hypermarket.
3. Untuk mengetahui apa itu virus corona atau COVID-19.
4. Untuk mengetahui dampak COVID-19 terhadap industry retail hypermarket
(carrefour).
BAB 2
PEMBAHASAN

INDUSTRI RETAIL
Industri ritel merupakan industri yang strategis dalam kontribusinya terhadap
perekonomian Indonesia. Dalam konteks global, potensi pasar ritel Indonesia tergolong
cukup besar. Industri ritel memiliki kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan Gross
Domestic Product (GDP) setelah industri pengolahan1 . Selain itu, itu dilihat dari sisi
pengeluaran, GDP yang ditopang oleh pola konsumsi juga memiliki hubungan erat dengan
industri ritel. Hal inilah yang diyakini menjadi daya dorong pemulihan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pasca krisis tahun 1998.

Selain itu, industri ritel pun memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian
Indonesia khususnya masyarakat Indonesia. Industri ritel menempatkan diri sebagai industri
kedua tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja Indonesia setelah industri pertanian. Hal ini
mengindikasikan bahwa banyak orang menggantungkan hidupnya pada industri ritel.

industri ritel dapat dikategorikan menjadi industri yang merupakan hajat hidup orang
banyak karena sekitar 10% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dengan
berdagang. Dengan karakteristik industri ritel yang tidak membutuhkan keahlian khusus serta
pendidikan tinggi untuk menekuninya, maka banyak rakyat Indonesia terutama yang
tergolong dalam kategori UKM masuk dalam industri ritel ini. Dalam perkembangannya,
justru pedagang-pedagang kecil inilah yang mendominasi jumlah tenaga kerja dalam industri
ritel di Indonesia. Pedagang-pedagang ini menjelma menjadi pedagang pasar tradisional,
pedagang toko kelontong bahkan masuk ke industri informal yaitu Pedagang Kaki Lima
(PKL). Munculnya pedagang-pedagang ini memang tidak dapat dihindari mengingat
pertumbuhan penduduk yang pesat tiap tahunnya yang tidak diimbangi pertumbuhan
lapangan kerja.

Di sisi lain, industri pertanian yang sebelumnya menjadi primadona masyarakat


kemudian berubah dan beralih ke industri lain yang lebih menjanjikan. Dengan melihat
mayoritas pedagang di industri ritel yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, maka
perkembangan dalam industri ritel seharusnya senantiasa memperhatikan kepentingan
pedagang kecil dengan maksud agar tidak menimbulkan permasalahan sosial yang besar.
Sejak tahun 1998, peta industri ritel mengalami perubahan besar terutama setelah Pemerintah
melakukan liberalisasi. Liberalisasi ditandai dengan ditandatanganinya letter of intent dengan
IMF yang memberikan peluang investasi kepada pihak asing untuk masuk dalam industri
ritel. Sejak saat itu, peritel-peritel asing mulai berdatangan dan meramaikan industri ritel
Indonesia. Peritel asing sangat aktif untuk melakukan investasi terutama dalam skala besar
seperti hipermarket dan Department Store. Salah satu contohnya adalah Continent, Carrefour,
Hero, Walmart, Yaohan, Lotus, Mark & Spencer, Sogo, Makro, Seven Eleven, dll.

HYPERMARKET

Hipermarket adalah bentuk pasar modern yang sangat besar, dalam segi luas tempat


dan barang-barang yang diperdagangkan. Selain tempatnya yang luas, hipermarket biasanya
dan memiliki lahan parkir yang luas. Dari segi  harga, barang-barang di hipermarket sering
kali lebih murah daripada supermarket, toko, atau pasar tradisional. Ini dimungkinkan karena
hipermarket memiliki modal yang sangat besar dan membeli barang dari produsen dalam
jumlah lebih besar daripada pesaingnya, tetapi menjualnya dalam bentuk satuan.

Dalam praktiknya mulai sekitar tahun 2000-an, untuk menyeimbangkan antara pasar


tradisional dan pasar modern, beberapa produsen consumer goods telah membedakan harga
jual untuk kedua jenis pasar tersebut. Praktik ini meningkatkan daya saing di
tingkat pedagang eceran sehingga harga eceran mereka bisa lebih murah atau sama dengan di
pasar modern. Di negara maju, sebuah hipermarket biasanya terletak di pinggiran kota, agar
tidak mematikan toko-toko yang lebih kecil.

Di Indonesia, menurut peraturan pemerintah, pasar modern dapat berdiri di semua ibu


kota provinsi dan ibu kota kabupaten/kota yang perkembangan kota
dan ekonominya dianggap sangat pesat. Di kota-kota penyangga Ibu Kota Jakarta,
yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, berbagai hipermarket telah membuka gerainya.
Beberapa hipermarket di Indonesia adalah: Carrefour, Giant Hypermarket, Hypermart,
dan Makro.

CORONA VIRUS (COVID-19)

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)


adalah virus yang menyerang sistem pernapasan pada manusia. Penyakit karena infeksi virus
ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, bahkan sampai kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi,
anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
Kasus virus Corona diketahui lewat penyakit misterius yang melumpuhkan Kota
Wuhan, China. Tragedi pada akhir 2019 tersebut terus berlanjut hingga penyebaran virus
Corona mewabah ke seluruh dunia. Dikutip dari CNN, berikut beberapa hal yang wajib
diketahui seputar perkembangan Corona virus, yang biasa disebut virus Corona atau COVID-
19, hingga mewabah dan jadi pandemi.

Kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember
2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual
berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar,
dan berbagai jenis tikus.

Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan
tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang
dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia
kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga
menjadi penyakit radang paru.

Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS, yang
juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus Corona bukan kali
ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus
Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ.

Virus Corona juga menyebabkan pengaruh yang luar biasa di sosiologi pembangunan
khususnya di bidang kesehatan. Bidang kesehatan di Indonesia sendiri masih banyak yang
mengalami kesusahan terutama di bagian alat-alat medis, kekurangan tenaga medis dalam
penanganan COVID-19 dan rumah sakit di Indonesia masih belum sepenuhnya siap dalam
penanganan virus COVID-19 ini.

DAMPAK NEGATIF COVID-19 TERHADAP INDUSTRI RETAIL HYPEMARKET


(CARREFOUR)

Menurut Asosiasi Pengusaha Ritail Indonesia (Aprindo), menyebut dampak kelesuan


pendapatan akibat wabah virus Korona (COVID-19) sudah sangat terasa di berbagai lini
bisnis, salah satunya di lini bisnis pusat perbelanjaan dan ritel.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengaku
adanya penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan capai di atas 50%. "Jadi yang
namanya social distancing itu berdampak kepada masyarakat mereka hanya membeli sesuai
kebutuhan saja seperti kebutuhan pangan".

Roy juga mengaku pada akhirnya anggota Aprindo ada yang terdampak dan ada yang
tidak. Menurutnya, anggota Aprindo seperti Hypermarket, Supermarket, dan Minimarket
tetap membuka gerai nya seperti biasa dan ada peningkatan di akhir-akhir minggu. Sementara
untuk toko ritel atau anggota Aprindo dengan barang-barang non pangan seperti kebutuhan
sekunder dan tersier terjadi penurunan yang signifikan.

"Penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan di atas 50% penurunan itu wajar
itu juga bagian dari prosedur tetap covid 19 hanya ini yang selalu kami sampaikan dalam
berbagai kesempatan omset juga turun yah jadi harus ada stimulus fiskal untuk ritel kemarin
kan hanya sampai sektor hulu sektor hilirnya belum". 

Roy menjelaskan, penurunan pendapatan juga turun secara signifikan sampai 50%.
Sama halnya untuk penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan sangat signifikan
capai di atas 50% sementara penurunan terhadap supermarket, minimarket,
dan hypermarket  hanya mencapai 15%.

"Karena ritel juga ada yang tidak di dalam mall , walaupun ritel beberapa sudah ada
yang alami berbagai peningkatan lewat pemesanan delivery untuk beberapa wilayah lewat
aplikasi itu terjadi peningkatan karena masyarakat kan mengurangi kunjungan. Kalau dalam
mall penurunannya signifikan kalau supermarket, hypermarket, dan minimarket sedikit hanya
mencapai 10%-15%,". 

Menurut Roy, efek corona terhadap bisnis ritel pada akhirnya sangat berdampak
negatif karena pemerintah melihat perkembangan dari waktu ke waktu pasti sangat
berdampak juga terhadap ritel.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa COVID-19 sangat berbahaya
bagi manusia atau masyarakat Indonesia, namun tidak hanya bagi masyarakat saja melainkan
seluruh aktivitas industri retail seperti hypermarket (carrefour) maupun industri-industri yang
lainnnya juga mengalami dampak akibat dari adanya COVID-19 ini. Dampak salah satunya
adalah penurunan jumlah pengunjung di pusat perbelanjaan capai di atas 50% atau bisa
dikatakan setengah persen dari pengunjung sebelum-sebelumnya dan penurunan pendapatan
juga turun secara signifikan sebesar 50%. Efek adanya COVID-19 ini terhadap bisnis retail
pada akhirnya sangat berdampak negatif karena pemerintah melihat perkembangan dari
waktu ke waktu pasti sangat berdampak juga terhadap ritel.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/167093-ID-analisis-industri-retail-nasional.pdf

http://repository.wima.ac.id/770/2/Bab%201.pdf

https://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_ritel.pdf

https://www.alodokter.com/virus-corona
https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-perkembangan-hingga-isu-
terkini

https://id.wikipedia.org/wiki/Hipermarket

https://nasional.kontan.co.id/news/dampak-wabah-virus-corona-aprindo-adanya-penurunan-
jumlah-pengunjung-hingga-50

Anda mungkin juga menyukai