Anda di halaman 1dari 10

Menyusun fenomena permasalahan penelitian

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam


Pengambilan Keputusan Pembelian Produk di Alfamart Maros

Era pasar bebas di kawasan Asia telah dimulai dengan AFTA 2003, hal ini
membawa dunia ritel Indonesia pada realitas Global Retailing yang mau
tidak mau harus diterima. Era ini ditandai dengan masuk dan semakin
berkembangnya peritel global. Kelompok industri ritel saat ini banyak
dipegang oleh peritel asing, seperti Carrefour milik Prancis, Sogo milik
Jepang, Makro sekarang menjadi Lotte Mart milik Belanda, dan juga
Tesco dan Bigzy milik Inggris, kehadiran peritel asing di Indonesia juga
turut menyemarakkan persaingan industri Indonesia. Indonesia menjadi
sasaran empuk para peritel dunia dengan pasar sebesar 230 juta jiwa.
Pasar yang besar ini menjadikan Indonesia sebagai pasar para peritel
global yang paling atraktif di kawasan Asia.

Lembaga survei AC Nielsen menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan


ritel secara umum di Indonesia sebesar 15% di tahun 2009. Sementara
secara lebih spesifik dinyatakan bahwa jumlah pasar modern seperti
hypermarket, supermarket dan minimarket di Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 34,4% di tahun 2009, dengan hypermarket sebagai
yang tertinggi omsetnya sebesar 41,7% atau Rp.23,10 trilyun dari
keseluruhan omset penjualan pasar modern. Selain itu, hingga tahun
2005, market share Indomaret mencapai 35% secara nasional, sedangkan
Alfamart sekitar 12,3%.

Dunia bisnis dalam era globalisasi seperti yang tengah terjadi sekarang ini
berada dalam situasi yang serba tidak menentu dan sulit sekali untuk
diprediksi dalam menghadapi tantangan. Secara internal, organisasi
menghadapi masalah produktivitas, mutu, biaya, waktu, pelayanan,
keselamatan, lingkungan dan perilaku pekerja yang semakin hari semakin
berat. Sementara secara eksternal, organisasi mendapat tekanan bertubi-
tubi dari berbagai penjuru antara lain dari pelanggan, pemasok,
kompetitor, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan berbagai
macam perubahan yang tidak terduga.

Pada awalnya, ritel adalah bisnis lokal.Toko dimiliki dan dijalani oleh orang-orang
yang tinggal dalam masyarakat dan memiliki pelanggan yang berasal dari
lingkungan terbatas tersebut. Namun seiring dengan kemajuan zaman, ritel mulai
berkembang dan menunjukkan eksistensinya di dalam lingkungan masyarakat
luas. Menurut Utami (2010) kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang
berarti memotong atau memecah sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang
dijalankan, maka ritel menunjukan upaya untuk memecah barang atau produk
yang dihasilkan dan didistribusikan oleh perusahaan manufaktur dalam jumlah
yang banyak, (masal) untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam jumlah
sedikit sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman ritel jadi sangat lekat dengan
makna “ritel” dari jumlah barang dengan kuantitas besar seperti dozen atau pack
menjadi barang dengan kuantitas satuan.Kebutuhan keberadaan ritel sejalan
dengan kebutuhan konsumen yang menginginkan barang maupun jasa
sebanyak yang mereka butuhkan pada saat, tempat dan waktu tertentu tanpa
harus menyimpan sendiri barang maupun jasa tersebut.

Saat ini jenis ritel modern yang sedang di Indonesia adalah minimarket.Kita
dapat dengan mudah menemukan minimarket disekitar kita, biasanya minimarket
didirikan di tempat-tempat strategis, misalnya tempat yang ramai dilalui
masyarakat terutama di pinggiran jalan raya. Dijelaskan dalam Naully dan Irawati
(2007) minimarket adalah sebuah toko modern yang menawarkan konsep
recreational shopping atau wisata berbelanja yang dekat dari rumah. Minimarket
pun dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, seperti mesin anjungan tunai bank
swasta maupun BUMN, penarikan uang tunai dan pembayaran bisa dengan
menggunakan kartu debit, bahkan beberapa minimarket dilengkapi dengan
fasilitas permainan anak-anak, serta beberapa promosi atau penawaran
bonus/keuntungan lainnya yang ditawarkan. Faktor penarik pelanggan untuk
berbelanja di ritel modern seperti minimarket adalah ketersedian barang dan
harga yang terjangkau. Peritel minimarket harus mampu menerapkan strategi
dalam menentukan keberagaman barang dagangan yang akan ditawarkan pada
pelanggan. Harga yang terjangkau dan murah merupakan harpan para
pelanggan untuk berbelanja di minimarket. Menurut Hati SW dan Parlewenti
(2017) kelengkapan kategori dan merek barang yang dijual, pengelolaan
pajangan barang yang dijual, dan ketersediaan barang yang cukup, mampu
memberikan rasa puas terhadap pelanggan sehingga pelanggan akan datang
untuk belanja lagi. Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Kemendag, Srie Agustina pasar modern ada 23.000 dan dari jumlah itu
sebanyak 14.000 lebih di antaranya adalah kelompok usaha minimarket,
sedangkan sisanya merupakan supermarket (www.bisnis
keuangan.kompas.com).

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia


menjadikannya salah satu target tempat pemasaran produk yang
potensial. Banyaknya permintaan barang maupun jasa dari konsumen
menjadikannya daya tarik tersendiri. Semua pelaku bisnis baik dalam
maupun luar negeri berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang
diinginkan konsumen dan memasarkannya di wilayah Indonesia. Kegiatan
tersebut dilakukan semata-mata untuk mencari keuntungan perusahaan
dan memenuhi kebutuhan konsumen baik berupa barang maupun jasa.
Namun hal tersebut tidaklah mudah di zaman sekarang ini.

Perkembangan teknologi dan globalisasi yang cepat, menyebabkan


perubahan besar pada pasar. Seiring dengan perubahan yang terjadi di
dunia pemasaran, maka para pelaku bisnis pun harus terus berubah dan
berinovasi karena persaingan antar perusahaan yang sejenis maupun
yang tidak sejenis dalam upaya menguasai pasar akan semakin
meningkat. Konsumen pun akan semakin menuntut perusahaan untuk
memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya agar kebutuhan pasar
yang semakin variatif dapat terpenuhi.

Perilaku konsumen yang didasari atas perkembangan pasar saat


sekarang ini membuat konsumen ingin terus dimanja. Hal ini mendorong
terciptanya pasar-pasar dengan model tertentu sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Salah satunya adalah pasar modern yang pada zaman
sekarang ini banyak sekali bermunculan dan menjadi idola konsumen
ditengah-tengah kesibukannya sehari-hari. Sebagai contoh : Alfamart,
Alfamidi, Indomaret, Carefour, Transmart, Berastagi Supermarket dan
pasar modern lainnya. Konsumen yang dahulunya berbelanja ke pasar
tradisional untuk memenuhi kebutuhannya harus rela dengan suasana
pasar yang berbau dan panas, namun kini konsumen bisa berbelanja di
pasar modern dengan suasana yang jauh lebih aman, nyaman dan dapat
memilih sendiri produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.

Pertumbuhan industri ritel nasional mendorong peritel lokal untuk


mengembangkan industri ritel di daerah mereka. Minimarket Berpartisipasi
meramaikan industri ritel di Indonesia. Saat ini, industri ritel untuk
membangun sebuah pusat perbelanjaan di dekat perumahan. Bagi
masyarakat Indonesia, hal ini menjadi fenomena. Jika di suatu tempat
telah Berdiri minimarket, kemudian menggoda memiliki potensi untuk
tumbuh ke bisnis lain . Salah satu perusahaan retail yang ada di Indonesia
adalah Alfamart yang merupakan salah satu perusahaan terbesar yang
bergerak di bidang perdagangan dan distribusi yang memasuki sektor ritel
minimarket di Indonesia. Saat ini Alfamart merupakan salah satu yang
terdepan dalam usaha ritel, dengan melayani lebih dari 3 juta pelanggan
setiap harinya di hampir 10.300 gerai yang tersebar di Indonesia. .

Kondisi pasar yang semakin variatif ini membuat konsumen selektif dalam
melakukan pembelian dan semakin kritis dalam perilaku pembeliannya.
Salah satu pasar yang banyak digemari saat ini dikota Medan adalah
Alfamart. Pasar modern Alfamart ini menjual hampir seluruh kebutuhan
konsumen, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Selain harganya
yang bersaing, kualitas produknya juga baik. Dan yang paling menonjol
adalah posisi Alfamart yang berada hampir di setiap tempat. Sangat
mudah untuk menemukan Alfamart. Kemana saja kita pergi ke penjuru
kota Medan akan mudah untuk menemukan Alfamart disepanjang jalan.

Karena itulah Alfamart menjadi salah satu pasar modern yang sangat
digemari oleh konsumen. Semakin ketatnya persaingan pasar yang ada,
terutama persaingan yang berasal dari pasar modern sejenis, membuat
perusahaan semakin dituntut agar bergerak lebih cepat dalam hal menarik
konsumen. Sehingga perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran
perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha pemasaran sebuah
produk yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam konsep
pemasaran, salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah
dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar
sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif
dan efisien dibandingkan para pesaing (Kotler, 2009).

Standar pelayanan yang diberikan minimarket Alfamart digunakan untuk


tetap dapat mempertahankan pelanggan dan bersaing dengan usaha ritel
lainnya. Pihak ritel juga harus memiliki strategi agar konsumen berasumsi
bahwa harga yang ditawarkan telah sesuai dengan layanan yang
diberikan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang
diperoleh konsumen ketika dan setelah berbelanja, nantinya akan
menentukan tingkat loyalitas pelanggan.

Alfamart memberikan promosi mengunakan media cetak atau media


elektronik sebagai sarana untuk promosinya. Promosi tersebut bisa dilihat
dari adanya banner, dan papan petunjuk yang memberikan informasi
berupa promosi, ketersediaan pamflet dan catalog yang berisikan
informasi mengenai produk-produk yang sedang dalam promosi. Selain
itu promosi pemberian harga pada Alfamart yakni memberikan tawaran
promosi harga atau potongan harga pada setiap konsumen yang
bergabung dalam member card. Seperti kartu member AKU (Alfamartku)
yang disediakan. Harga sangat berperan penting dalam persaingan suatu
perusahaan, khususnya pada perusahaan-perusahaan yang memasarkan
produk sejenisnya. Perusahaan ritel akan sukses bila mengutamakan
kepuasan pelanggan, jika konsumen merasa puas dengan produk yang
ditawarkan perusahaan maka konsumen dengan sendirinya akan
melakukan pembelian ulang kepada perusahaan atau produk yang kita
tawarkan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus memilih


produk dan jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan yang
tersedia, kondisi yang dihadapi, dan pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari yang kemudian membuat pengambilan keputusan satu individu
akan berbeda dengan individu lainnya, Schirrman dan Kanuk dalam Etta
dan Sopiah (2013) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu
tindakan dari dua pilihan alternatif atau lebih.Menurut Setiadi dalam Etta
dan Sopiah (2013) mengatakan bahwa inti dari pengambilan keputusan
konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih.
Disimpulkan bahwa semua perilaku sengaja dilandaskan pada keinginan
yang dihasilkan ketika konsumen secara sadar memilih salah satu di
antara tindakan alternatif yang ada.

Untuk memberikan kepuasan terhadap pelanggan, perusahaan harus dapat


menjual barang atau jasa dengan kualitas yang terbaik juga harga yang layak
sesuai dengan apa yang didapatkan oleh konsumen. Kepuasan bisa diartikan
sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai Tjiptono
dan Chandra (2005). Menurut Lovelock dan Wirtz (2011) kepuasan adalah suatu
sikap yang diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan.Sedangkan
menurut Tse dan Wilton (1988) dalam Tjiptono (2012) kepuasan pelanggan
merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan antara
harapan awal sebelum pembelian (atau standar kinerja lainnya) dan kinerja
aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengkonsumsi
produk bersangkutan
Keputusan pembelian adalah sebuah tindakan yang dilakukan konsumen
untuk melakukan pembelian suatu produk. Keputusan tersebut mungkin
dapat berupa memilih atau tidak memilih salah satu alternatif yang
tersedia. Proses keputusan pembelian dimulai apabila konsumen
menyadari suatu permasalahan atau kebutuhan terhadap suatu produk
yang diinginkan. Proses pembelian menggambarkan alasan mengapa
seseorang lebih menyukai, memilih, dan membeli suatu produk tertentu.
Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh terhadap para
pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana
sebenarnya konsumen membuat keputusan pembelian. Para pemasar
harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis
keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian.

Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada


dasarnya sama, yang membedakan proses pengambilan keputusan
tersebut adalah ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidup
masing-masing konsumen. Menurut Peter dan Olson (2010) berpendapat
bahwa keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih
perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Menurut Schiffman
dan Kanuk (2010) keputusan pembelian adalah seleksi dari dua atau lebih
pilihan alternatif. Tindakan pengambilan keputusan tersebut meliputi
keputusan tentang jenis dan manfaat produk, keputusan tentang bentuk
produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang jumlah produk,
keputusan tentang penjualnya dan keputusan tentang waktu pembelian
serta cara pembayarannya.

Dari keterangan para ahli diatas, ada banyak faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian, salah satunya adalah harga dan kualitas pelayanan
yang diberikan pihak perusahaan kepada konsumen. Harga merupakan
jumlah uang yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh produk atau jasa (Kotler
dan Amstrong, 2008). Sedangkan kualitas pelayanan. Kotler (2009)
mengemukakan bahwa kualitas layanan adalah tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Eva dan Ruslin (2016) menyatakan bahwa
secara parsial kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap
keputusan pelanggan, selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kanisius
(2015) menyatakan bahwa harga dan kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.

Keputusan pembelian adalah sebuah tindakan yang dilakukan konsumen


untuk melakukan pembelian suatu produk. Keputusan tersebut mungkin
dapat berupa memilih atau tidak memilih salah satu alternatif yang
tersedia. Proses keputusan pembelian dimulai apabila konsumen
menyadari suatu permasalahan atau kebutuhan terhadap suatu produk
yang diinginkan. Proses pembelian menggambarkan alasan mengapa
seseorang lebih menyukai, memilih, dan membeli suatu produk tertentu.
Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh terhadap para
pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana
sebenarnya konsumen membuat keputusan pembelian. Para pemasar
harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis
keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses.

Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada


dasarnya sama, yang membedakan proses pengambilan keputusan
tersebut adalah ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidup
masing-masing konsumen. Proses pembelian menggambarkan alasan
mengapa seseorang lebih menyukai, memilih, dan membeli suatu produk
tertentu. Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh terhadap
para pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana
sebenarnya konsumen membuat keputusan pembelian. Para pemasar
harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis
keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses.

Proses pengambilan keputusan konsumen melibatkan konsumen untuk


mengidentifikasi kebutuhan mereka, mengumpulkan informasi, mengevaluasi
alternatif dan kemudian membuat keputusan pembelian mereka. Perilaku
konsumen dapat ditentukan oleh faktor ekonomi dan psikologis dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti nilai-nilai sosial dan budaya.

Perilaku pengambilan keputusan konsumen merupakan prosedur yang


kompleks dan melibatkan segala sesuatu mulai dari pengenalan masalah
hingga aktivitas pasca pembelian. Setiap konsumen memiliki kebutuhan
yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari mereka dan ini adalah
kebutuhan yang membuat daripada membuat keputusan yang berbeda.

Keputusan bisa menjadi kompleks, membandingkan, mengevaluasi,


memilih serta membeli dari berbagai produk tergantung pada pendapat
konsumen atas produk tertentu. Hal ini memberikan pemahaman dan
menyadari masalah dasar dari proses pengambilan keputusan konsumen
bagi pemasar untuk membuat produk dan layanan mereka berbeda dari
yang lain di pasar.

Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi di antara merek di berbagai


pilihan yang ada dan juga dapat membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai dan dirasa sesuai dengan kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai