Era pasar bebas di kawasan Asia telah dimulai dengan AFTA 2003, hal ini
membawa dunia ritel Indonesia pada realitas Global Retailing yang mau
tidak mau harus diterima. Era ini ditandai dengan masuk dan semakin
berkembangnya peritel global. Kelompok industri ritel saat ini banyak
dipegang oleh peritel asing, seperti Carrefour milik Prancis, Sogo milik
Jepang, Makro sekarang menjadi Lotte Mart milik Belanda, dan juga
Tesco dan Bigzy milik Inggris, kehadiran peritel asing di Indonesia juga
turut menyemarakkan persaingan industri Indonesia. Indonesia menjadi
sasaran empuk para peritel dunia dengan pasar sebesar 230 juta jiwa.
Pasar yang besar ini menjadikan Indonesia sebagai pasar para peritel
global yang paling atraktif di kawasan Asia.
Dunia bisnis dalam era globalisasi seperti yang tengah terjadi sekarang ini
berada dalam situasi yang serba tidak menentu dan sulit sekali untuk
diprediksi dalam menghadapi tantangan. Secara internal, organisasi
menghadapi masalah produktivitas, mutu, biaya, waktu, pelayanan,
keselamatan, lingkungan dan perilaku pekerja yang semakin hari semakin
berat. Sementara secara eksternal, organisasi mendapat tekanan bertubi-
tubi dari berbagai penjuru antara lain dari pelanggan, pemasok,
kompetitor, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan berbagai
macam perubahan yang tidak terduga.
Pada awalnya, ritel adalah bisnis lokal.Toko dimiliki dan dijalani oleh orang-orang
yang tinggal dalam masyarakat dan memiliki pelanggan yang berasal dari
lingkungan terbatas tersebut. Namun seiring dengan kemajuan zaman, ritel mulai
berkembang dan menunjukkan eksistensinya di dalam lingkungan masyarakat
luas. Menurut Utami (2010) kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang
berarti memotong atau memecah sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang
dijalankan, maka ritel menunjukan upaya untuk memecah barang atau produk
yang dihasilkan dan didistribusikan oleh perusahaan manufaktur dalam jumlah
yang banyak, (masal) untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam jumlah
sedikit sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman ritel jadi sangat lekat dengan
makna “ritel” dari jumlah barang dengan kuantitas besar seperti dozen atau pack
menjadi barang dengan kuantitas satuan.Kebutuhan keberadaan ritel sejalan
dengan kebutuhan konsumen yang menginginkan barang maupun jasa
sebanyak yang mereka butuhkan pada saat, tempat dan waktu tertentu tanpa
harus menyimpan sendiri barang maupun jasa tersebut.
Saat ini jenis ritel modern yang sedang di Indonesia adalah minimarket.Kita
dapat dengan mudah menemukan minimarket disekitar kita, biasanya minimarket
didirikan di tempat-tempat strategis, misalnya tempat yang ramai dilalui
masyarakat terutama di pinggiran jalan raya. Dijelaskan dalam Naully dan Irawati
(2007) minimarket adalah sebuah toko modern yang menawarkan konsep
recreational shopping atau wisata berbelanja yang dekat dari rumah. Minimarket
pun dilengkapi dengan sejumlah fasilitas, seperti mesin anjungan tunai bank
swasta maupun BUMN, penarikan uang tunai dan pembayaran bisa dengan
menggunakan kartu debit, bahkan beberapa minimarket dilengkapi dengan
fasilitas permainan anak-anak, serta beberapa promosi atau penawaran
bonus/keuntungan lainnya yang ditawarkan. Faktor penarik pelanggan untuk
berbelanja di ritel modern seperti minimarket adalah ketersedian barang dan
harga yang terjangkau. Peritel minimarket harus mampu menerapkan strategi
dalam menentukan keberagaman barang dagangan yang akan ditawarkan pada
pelanggan. Harga yang terjangkau dan murah merupakan harpan para
pelanggan untuk berbelanja di minimarket. Menurut Hati SW dan Parlewenti
(2017) kelengkapan kategori dan merek barang yang dijual, pengelolaan
pajangan barang yang dijual, dan ketersediaan barang yang cukup, mampu
memberikan rasa puas terhadap pelanggan sehingga pelanggan akan datang
untuk belanja lagi. Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Kemendag, Srie Agustina pasar modern ada 23.000 dan dari jumlah itu
sebanyak 14.000 lebih di antaranya adalah kelompok usaha minimarket,
sedangkan sisanya merupakan supermarket (www.bisnis
keuangan.kompas.com).
Kondisi pasar yang semakin variatif ini membuat konsumen selektif dalam
melakukan pembelian dan semakin kritis dalam perilaku pembeliannya.
Salah satu pasar yang banyak digemari saat ini dikota Medan adalah
Alfamart. Pasar modern Alfamart ini menjual hampir seluruh kebutuhan
konsumen, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Selain harganya
yang bersaing, kualitas produknya juga baik. Dan yang paling menonjol
adalah posisi Alfamart yang berada hampir di setiap tempat. Sangat
mudah untuk menemukan Alfamart. Kemana saja kita pergi ke penjuru
kota Medan akan mudah untuk menemukan Alfamart disepanjang jalan.
Karena itulah Alfamart menjadi salah satu pasar modern yang sangat
digemari oleh konsumen. Semakin ketatnya persaingan pasar yang ada,
terutama persaingan yang berasal dari pasar modern sejenis, membuat
perusahaan semakin dituntut agar bergerak lebih cepat dalam hal menarik
konsumen. Sehingga perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran
perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembeliannya dalam usaha pemasaran sebuah
produk yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam konsep
pemasaran, salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah
dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar
sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif
dan efisien dibandingkan para pesaing (Kotler, 2009).
Dari keterangan para ahli diatas, ada banyak faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian, salah satunya adalah harga dan kualitas pelayanan
yang diberikan pihak perusahaan kepada konsumen. Harga merupakan
jumlah uang yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh produk atau jasa (Kotler
dan Amstrong, 2008). Sedangkan kualitas pelayanan. Kotler (2009)
mengemukakan bahwa kualitas layanan adalah tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Eva dan Ruslin (2016) menyatakan bahwa
secara parsial kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap
keputusan pelanggan, selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kanisius
(2015) menyatakan bahwa harga dan kualitas pelayanan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.