NPM : 227210063
A. LATAR BELAKANG
PENGERTIAN RETAILING
Perkembangan dunia bisnis belakangan ini sangat mendukung perkembangan bagi
para retailer yang berada di pasar, terutama para retailer besar. Meningkatnya
tingkat konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat industri ini semakin
dilirik oleh para pelaku bisnis. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil
komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari
kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil” (Risch,1991:2). Berikut
ini definisi retailing menurut beberapa ahli:
1. Menurut Levy dan Weitz (2001:8) “Retailing adalah satu rangkaian
aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual
kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga”. Jadi
konsumen yang menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen akhir
yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri.
2. Menurut Berman dan Evans (2001:3) “Retailing merupakan suatu usaha
bisnis yang berusaha memasarkan barang dan jasa kepada konsumen akhir
yang menggunakannnya untuk keperluan pribadi dan rumah tangga”.
Produk yang dijual dalam usaha retailing adalah barang, jasa maupun
gabungan dari keduanya.
3. Menurut Kotler (2000:502) retailing yaitu: “Penjualan eceran meliputi
semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang atau jasa pada
konsumen akhir untuk dipergunakan yang sifatnya pribadi, bukan bisnis”.
4. Menurut Gilbert (2003:6) Retail adalah semua usaha bisnis yang secara
langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan
konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai
inti dari distribusi.
Berdasarkan definisi-definisi retailing di atas, maka penulis dapat merumuskan
beberapa hal mengenai retailing, yaitu:
1. Retailing atau usaha eceran adalah mata rantai terakhir dari saluran
distribusi.
2. Retailing mencakup berbagai macam aktivitas, namun aktivitas yang
paling pokok adalah kegiatan menjual produk secara langsung kepada
konsumen.
3. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa atau kombinasi
keduanya.
4. Pasar sasaran atau konsumen yang menjadi target adalah konsumen non
bisnis, yaitu yang mengkonsumsi produk atau kebutuhan pribadi dan
rumah tangga.
PASAR TRADISIONAL
Ritel tradisional adalah pasar yang dibangun atau dikelolah oleh pemerintah
daerah, swasta, BUMN, termasuk kerjasama dengan dengan tempat usaha berupa
toko,kios,los dan tenda yang dimiliki perorangan contohnya yang telah kami
analisis adalah indomie goreng jumbo yang di analisis di sebuah pasar tradisional
dengan harga satuan nya 5000 rupiah sedangkan harga perkotaknya 108.000
rupiah. dengan itu pemilik usaha tersebut mendapatkan untung 500 perak dari
setiap bungkus yang mereka jual atau disebut retail tradisional.
Berikut beberapa contoh bisnis retail tradisional:
1. Toko Baju dan Aksesoris:
Ini adalah toko yang menjual berbagai jenis pakaian, sepatu, tas,
dan aksesoris fashion secara fisik, seperti toko pakaian biasa yang
dapat Anda temui di pusat perbelanjaan atau di pinggiran jalan.
2. Toko Kelontong:
Toko kelontong adalah bisnis retail tradisional yang menjual
makanan, minuman, barang rumah tangga, dan kebutuhan sehari-hari
lainnya. Mereka umumnya ditemui di banyak lingkungan dan daerah
pemukiman.
3. Toko Elektronik:
Ini adalah toko fisik yang menjual perangkat elektronik seperti
televisi, kulkas, telepon seluler, dan peralatan rumah tangga lainnya.
4. Toko Buku:
Toko buku tradisional adalah tempat di mana Anda dapat membeli
dan menjelajahi buku-buku cetak, majalah, dan barang-barang terkait
lainnya.
5. Toko Perhiasan:
Bisnis retail ini berfokus pada penjualan perhiasan seperti cincin,
kalung, gelang, dan jam tangan.
6. Toko Mainan:
Toko mainan menjual berbagai jenis mainan dan barang-barang
hiburan untuk anak-anak dan orang dewasa.
7. Toko Alat Musik: Bisnis ini menjual instrumen musik, peralatan audio,
dan aksesoris musik.
9. Toko Perabotan:
Bisnis ini menjual perabotan rumah seperti meja, kursi, lemari, dan
furnitur lainnya.
4. Metode Transaksi
Pasar tradisional dan pasar modern adalah jenis pasar berdasarkan transaksi antara
penjual dan pembelinya. Transaksi di pasar tradisional dilakukan secara langsung
antara penjual dan pembeli yang biasanya terjadi proses tawar-menawar untuk
mencapai kesepakatan harga. Sedangkan di pasar modern, sistem transaksinya
dilakukan melalui kasir tanpa adanya negosiasi harga.
5. Jam Operasional
Nah, perbedaan terakhir antara pasar tradisional dan pasar modern adalah
berdasarkan jam operasionalnya. Pasar tradisional beroperasi secara fleksibel
berdasarkan kebutuhan pelanggan setempat. Biasanya dibuka mulai dari pukul
03.00 dini hari hingga malam hari. Sedangkan jam operasional pasar modern
selalu tetap dan menyesuaikan kebijakan manajemennya, biasanya mulai dari jam
09.00 hingga 21.00.
Itulah penjelasan tentang pengertian pasar modern, ciri-ciri, kelebihan, contoh,
serta perbedaannya dengan pasar tradisional. Pasar modern adalah jenis pasar
yang pengelolaannya dilakukan secara modern, terpadu, serta menyediakan
fasilitas untuk mempermudah konsumen saat berbelanja. Berbelanja di pasar
modern tentu akan memberikan pengalaman yang nyaman karena produk yang
ditawarkan telah teruji kualitasnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dibuat, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perbedaan karakteristik konsumen di retail tradisional x dan retail modern
hypermart adalah sebagai berikut: