Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis ritel merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan

penjualan dan pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen

untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.

Keberhasilan pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan

produk yang tepat, dengan harga, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena

itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau

konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam

operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu

konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi

memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis

ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi

baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.

Sehingga pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis

ritelnya.

Industri ritel semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi,

perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, ritel di

Indonesia akan menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi dengan

semakin maraknya rite lasing di Indonesia yang punya kekuatan merek dan dana

yang tak terbatas. Oleh karenanya ritel di Indonesia perlu mewaspadai atau

memahami berbagai tren yang akan terjadi pada dunia ritel di masa depan.
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Usaha Eceran atau Ritel ?

2. Jelaskan Teknik Pemasaran Bisnis Ritel ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Usaha Eceran atau Ritel

2. Untuk mengetahui Teknik Pemasaran Bisnis Ritel


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Usaha Eceran / Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa perancis , ‘retailer’ ,yang berarti memotong

atau memecah sesuatu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia , eceran berarti

secara satu-satu ; sedikit-sedikit (tentang penjualan atau pembelian barang );

ketengan. Usaha eceran/ritel adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan

atau pembelian barang, jasa ataupun keduanya secara sedikit-sedikit atau satu-satu

langsung kepada konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi , keluarga,

ataupun rumah tangga dan bukan untuk keperluan bisnis (dijual kembali).

Usaha eceran/ritel tidak hanya terbatas pada penjualan barang,seperti sabun,

minuman, ataupun deterjen, tetapi juga layanan jasa sepeti jasa potong rambut,

ataupun penyewaan mobil. Usaha eceran/ritel mpun tidak harus selalu di lakukan

di ntoko, tapi juga bias dilakukun melalui telepon atau internet, disebut juga

dengan eceran/ritel non-toko.

Secara garis besar , usaha ritel yang berfokis pada penjualam barang sehari-

hari terbagi dua, yaitu usaha ritel tradisional dan usaha ritel modern. Ciri-ciri

usaha ritel tradisional adalah sederhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang yang

dijual tidak terlalu banyak jenisnya, system pengelolaan/manajemennya masih

sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar

–menawar harga dengan pedagang, serta produk yang dijual tiodak dipajang

secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah peritel memiliki

barang yang dicari atau tidak.


Sedangkan usaha ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat yang

luas, barang yang dijual banyak jenisnya, system manajemen terkelola dengan

baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap (fixed price)

sehingga tidak ada proses tawar-menawar dan adanya system swalayan/pelayanan

mandiri, serta pemanjangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bias

melihat, memilih, bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan

untuk membeli.

B. Teknik Pemasaran Bisnis Ritel

Sebagian besar usaha ritel dilakukan melalui toko (in-store retailing),

namun perkembangan usaha ritel non-toko atau ritel yang tidak dilakukan ditoko

(non-store retailing), tubuh lebih cepat dari pada toko ritel. Ritel non-toko berarti

penjualan barang atau jasa kepada konsumen/pelanggan melalui saluran selain

toko, seperti surat, telepon, atau internet.

1. In- store retailing

Dalam in-store retailing, transaksi antara pembeli dan penjual dilakukan

disuatu tempat tertentu seperti toko atau warung. In-store retailing terbagi ke

dalam tiga kategori, yaitu:

1). Specialty merchandisers

Toko ritel jenis ini terdiri atas:

 Single-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan satu lini produk

barang dagangan, dengan cukup banyak pilihan yang disajikan. Contohnya

pada toko buku, tersedia 20 jenis buku yang membahas mengenai

kewirausahaan.
 Limited-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan barang

dagang yang lebih sempit dibandingkan dengan single-line store. Toko roti

merupakan contoh dari limited-line stores pada kategori makanan.

 Specialty shos, merupakan toko ritel yang menjual barang-barang secara

khusus dengan mengkonsentrasikan diri pada beberapa jenis barang

dagangan tertentu. Misalnya toys “ R” Us yang hanya menjual makanan

anak-anak. Specialty shops merupakan toko ritel yang lebih focus dan

berhati-hati dalam menentukan segmen pasar dan penyedia barang

dagangan dengan target pasara pasar yang sangat khusus.

2). General merchandiser

Toko ritel jenis ini terdiri atas:

 General stores, merupakan toko ritel yang menyediakan lini produk yang

lebih luas dan memiliki pilihan yang lebih luas dan memiliki pilihan yang

lebih sedikit dibandingkan dengan single-line stores. Generak stores

merupakan toko non-departemen yang menjual beragam barang kebutuhan

pokok seperti gula, tepung, dan obat-obatan. Kategori tersebut bisa bertahan

didaerah-daerah pedesaan atau kota-kota kecil dengan

konsentrasi penduduk yang terbatas dan lebih banyak membutuhkan

pelayanan secara umum ,m dari pada pelayanan khusus yang bagi mereka

kurang penting.

 Variety stores , merupakan toko ritel yang menyediakan banyak kategori

barang dagangan , namun dengan pilihan yang terbatas . misalnya pada


kategori makanan kaleng, tersedia lengkap mulai dari makanan kaleng

daging buah-buahan dan sayur kaleng.

 Departemen stores, merupakan toko yang besar dan terbagi dalam beberapa

bagian departemen dan menawarkan beragam produk. Barang-barang yang

biasa dijual di departemen store antara lain pakain dan perlengkapan

rumah tangga , atau dengan kata lain produk sandang dan perlengkapannya

dengan peñata barang berdasarkan jenis kelamin dan /atau tingkat usia

konsumen . departemen store yang modern juga menyediakan jasa layanan

tertentu seperti pembungkus kado. Contoh dari jenis ritel ini adalah

mataahari dan Ramayana department store,.

3). Mass merchandiser

Toko ritel jenis ini terdiri dari;

 Supermarket (pasar swalayan), merupakan toko ritel yang operasinya cukup

besar, berbiaya rendah, memiliki margin/ pendapatan rendah, volume

penjualan tinggi, terkelompok berdasarkan lini produk, menggunakan

system swalayan (pelanggan mencari dan memilih sendiri produk yang

diinginkan), serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen , seperti

daging , hasil produk olahan kering, makanan basah , maupun produk non-

makanan, saperti mainan ,majalah, dan sebagainya .contoh supermarket

antaralain hero dan superindo.

 Superstores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan produk yang

lebih luas yang dibeli secara rutin seperti buku , mainan, barang – barang
elektronik , produk ,perbaikan rumah tangga, hewan peliharaan dan

perlengkapan, dan layanan jasa, seperti perbankan dan dry cleaning,

 Combination stores, merupakan toko ritel mengkombinasikan antara toko

makanan dengan toko obat-obatan yang lebih besar dari pada

superstoresdengan ragam barang dagangan dan elayanan yang lebih.

 Hypermarket, merupakan toko ritel yang dijalankan dengan

mengkombinasikan model discount store, supermarket, dan warehouse stor

disuatu tempat.

 Discount stores ( toko diskon), merupakan toko ritel yang memiliki volume

penjualan yang besar, system swalayan, adanya departementalisasi, serta

menjual beragam barang dagangan dengan mark up ( penambahan ) harga

yang rendah untuk memperoleh perputaran barang yang tinggi.

 Warehouse showroom, merupakandiscount retailer yang

menyediakan sejumlah fasilitas tempat yang disediakan bagi bermacam-

macam usaha dengan memfokuskan pada volume penjualan yang tinggi

dengan harga yang renda.

 Catalog showroom, merupakan usaha ritel yang menjual banyak pilihan

produk bermerek dengan mark up/ penambahan harga yang tinggi dan

memiliki perputaran barang dagangan tinggi dengan harga diskon.

 Warehouse clubs , merupakan usaha ritel dengan volume perdagangan yang

besar ( wholesale retail) melayani usaha kecil, dengan para anggota dari

lembaga pemerintah, organisasi nirlaba, dan beberapa perusahaan besar

dengan perputaran barang dagangan bermerek yang tinggi.


2. Non-Store Retailing

Adalah pengecer yang tidak menjual produknya pada toko melainkan

dengan cara yang berbeda. Penjualan ritel non-toko terbagi kedalam tiga kategori,

antara lain penjualan langsung, penjualan tidak langsung, dan penjualan otomatis.

1). Penjualan langsung

Penjualan langsung terdiri dari hubungan langsung dengan konsumen

/pelanggan individual yang ditargetkan secara seksama untuk meraih respon

secara cepat, dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng. Penjualan

yang dimaksud disini, tidak termasuk pada penjualan kepada konsumen

bisnis(business-to-busniess). Terdapat tiga jenis penjualan langsung menurut

sopiah dan syihabuddin (2008), yaitu :

 Penjualan satu-satu (one to one selling), dimana seorang wiraniaga

mengunjungi dan mencoba menjual produk ke satu pembeli potensial.

 Penjualan satu ke banyak (one to many(party)selling), dimana seorang

wiraniaga dating kerumah seseorang yang mengundang teman dan

tetangganya ke pesta. Wiraniaga tersebut kemudian mendemonstrasikan

produk yang dibawa dan menerima pesanan .

 Penjualan bertingkat (jaringan/multi level marketing). Dalam jenis

penjualan ini, perusahaan merekut para usahawan independen yang

bertindak sebagai distributor untuk produk mereka, yang kemudian akan

merekrut dan menjual produk tersebut ke subdistributor lainan.


2). Penjualan tidak langsung

Penjualan tidak langsung pada awalnya hanya menggunakan surat dan

catalog, namun seiring perkembangannya, penjualan tidak langsung menggunakan

media lain seperti telepon (telemarketing) , televise (program home shopping),

dan internet

3). Penjualan otomatis

Penjualan otomatis biasanya dilakukan dengan menggunakan nmesin

penjual otomatis (vending machine). Mesin penjual tersebut menjual produk

secara otomatis ,dan biasanya di tempat kan di tempat tempat srategis dan ramai

seperti bank, pasar, swalayan, hotel, bioskop, kantor, halte bus. Produk yang di

tawarkan contohnya seperti minuman ringan . harga yang di tawarkan biasanya

lebih mahal jika dibandingkan dengan yang di tawarkan di toko.

Keuntungan dari penggunaan mesin jual otomatis, antara lain:

a. mudah pengoprasiannya

b. pelanggan mendapatkan kualitas produk yang sama dengan harga yang tetap

c. tidak adanya resiko kecurangan yang di lakukan oleh penjual

d. menghemat waktu dan tenaga penjual

e. tidak memerlukan iklan/promosi penjualan

f. tidak ada resiko gagal bayar bagi pembeli yang membeli secara kredit

karena pembelian di lakukan dengan uang tunai

Kelemahan dari penggunaan mesin penjual otomatis antara lain:

a. memerlukan modal awal yang tinggi


b. membutuhkan perbaikan dan perawatan mesin

c. kapasitas mesin terbatas,sehingga penjual harus memastikan barang

dagangan selalu terisi

d. uang koin yang di gunakan harus diambil secara periodic

a. Manfaat Non Store Retailing

Ada beberapa keuntungan dari non store retailing:

 Biaya pendirian lebih rendah : Biaya memulai sebuah situs web selalu lebih

rendah, lalu memulai gerai ritel offline.

 Biaya bervariasi : Sementara ritel tradisional memiliki banyak biaya tetap

seperti sewa, gaji, biaya non store retailing bervariasi dan terus berubah.

 Scaling up lebih mudah : Karena penggunaan internet untuk non store

retailing, meningkatkan bisnis non store retailing lebih mudah daripada toko

ritel.

b. Bentuk Non Store Retailing

 Telephone & Media Retailer, merupakan pengecer yang menggunakan

kontak dengan melalui telepon (telemarketing) serta media periklanan

seperti misalnya surat kabar, radio, televisi, didalam memberikan informasi

serta membujuk konsumen untuk membeli produknya.

 Mail Order, merupakan pengecer yang menawarkan produk-produknya itu

dengan melalui pos surat.


 Vending Machines, merupakan alat yang digunakan dalam menjual produk

tertentu. Contohnya seperti mesin penjual minuman yang banyak terdapat di

pasar swalayan, hotel, serta juga kantor-kantor.

 Electronic Shopping, merupakan penjualan yang dilakukan oleh pengecer

dengan menggunakan perangkat TV, Komputer, serta juga jaringan internet.

 Direct Selling, merupakan metode penjualan yang dilakukan oleh pengecer

secara langsung ke orang-orang tertentu dengan melalui transaksi yang

diawali serta diakhiri oleh tenaga penjual.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pemasaran ritel adalah pemasaran yang mengacu kepada variabel,

dimana pedagang eceran dapat mengkombinasikan menjadi jalan alternatif

sebagai suatu strategi pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel

tersebut umumnya meliputi faktor seperti: Variasi barang dagangan dan jasa yang

ditawarkan, harga, iklan, promosi dan tata ruang, desain toko, lokasi toko dan

merchanding. Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan

dalam bisnis eceran yang semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut

harus berupaya menerapkan strategi berupa program bauran penjualan eceran

yang diharapkan memunculkan minat konsumen.

Teknik Pemasaran Bisnis Ritel dibagi menjadi dua yaitu In- store retailing,

dalam in-store retailing, transaksi antara pembeli dan penjual dilakukan disuatu

tempat tertentu seperti toko atau warung dam Non-Store Retailing adalah

pengecer yang tidak menjual produknya pada toko melainkan dengan cara yang

berbeda.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini kita dapat lebih mengerti tentang Teknik

Pemasaran Bisnis Ritel. Semoga makalah ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan

mudah-mudahan dapat berguna bagi para pembacanya


DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2007. Manajemen Control System,

International Edition, 12th Edition. Singapore: McGraw-Hill

“Food Fight: Wal – Mart Vows to Guarantee Groceries, Buy Local”,

www.cnbc.com

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Philip, Kotler. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba

Empat.

Djaslim, Saladin. 2006, Manajemen Pemasaran, Edisi Keempat. Bandung: Linda

Karya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Palembang, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….......…..... i

Daftar Isi..………………………………………………………… ………...... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………..................... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………........ 2

C. Tujuan …………………………................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Usaha Eceran atau Ritel ........................................................ 3

B. Teknik Pemasaran Bisnis Ritel ............................................................. 4

1. In- store retailing............................................................................. 4

2. Non Store retailing .......................................................................... 8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………….................................. 12

B. Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13


MAKALAH

TEKNIK PEMASARAN BISNIS RITEL

Disusun Oleh :
Nama : 1. Adelia Safitri
2. Lintang Pajerini
3. Astuti Anggraini
4. Fretty
5. Salsa Isabela
6. Sinta Rahayu Agustin
7. Julia Riski
8. Jujuk Novita Sari
Kelas : XI PM 2
Guru Pembimbing : Refi Barokah, S.Pd

SMK SETIA DARMA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2019 – 2020

Anda mungkin juga menyukai