Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERKEMBANGAN

BISNIS RITEL DI INDONESIA

MATA KULIAH :
MNH14 - SENI BISNIS RITEL

DOSEN PENGAMPU :
Eddy Supardi, B.Sc., MBA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 [2PMN52 – 122]
- Kevin Prilian [161] - Vincent Yuanto [167]
- Vina Pramana [165] - Fitri Haryanti [179]
- Rizky Yusuf Suryadi [162]
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora - Universitas Bunda Mulia Kampus Serpong
Tahun 2021
SENI BISNIS RITEL

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3. Tujuan Makalah ........................................................................................ 5

Kevin Prilian – 12200161

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Department Store di Indonesia ........................................ 6

Vincent Yuanto – 12200167

2.2. Perkembangan Convenience Store di Indonesia ...................................... 8

Vina Pramana – 12200165

2.3. Perkembangan Supermarket di Indonesia ............................................... 10

Fitri Haryanti – 12200179

2.4. Perkembangan Bisnis Ritel Indonesia Pada 10 Tahun ke Depan ........ 13

2.4.1. DEPARTMENT STORE ............................................................ 13

2.4.2. CONVENIENCE STORE .......................................................... 14

2.4.3. SUPERMARKET ........................................................................ 15

Rizky Yusuf Suryadi – 12200179

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 16

3.2. Saran ........................................................................................................ 17

Kevin Prilian – 12200161

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 2


SENI BISNIS RITEL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha
eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun 1980-an seiring dengan mulai
dikembangkannya perekonomian Indonesia. Hal tersebut muncul sebagai akibat dari per-
tumbuhan yang terjadi pada masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan timbulnya
permintaan terhadap supermarket dan department store atau convenience store di wilayah
perkotaan. Trend inilah yang kemudian diperkirakan akan berlanjut di masa - masa yang
akan datang. Hal lainnya yang dapat mendorong perkembangan bisnis ritel di Indonesia
adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas, terutama pada
kawasan perkotaan yang cenderung lebih memilih belanja di pusat perbelanjaan modern.

Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat perkotaan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan berbelanja, namun juga sekedar jalan - jalan dan mencari hiburan.
Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan yang semakin
ketat antara sejumlah peritel, baik secara lokal maupun peritel asing yang marak ber-
munculan di Indonesia. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan
semakin banyaknya pembangunan gerai - gerai baru di berbagai tempat. Kegairahan para
pengusaha ritel untuk berlomba - lomba menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-
gerai baru tidak sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata - rata di atas
3% sejak tahun 2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka
bahwa ekonomi Indonesia bisa menguat kembali pada masa yang akan datang.

Ramainya industri ritel Indonesia ditandai dengan pembukaan gerai - gerai baru
yang dilakukan oleh pengecer asing, seperti Makro (Belanda), Carrefour (Perancis), dan

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 3


SENI BISNIS RITEL

Giant (Malaysia, yang kemudian juga digandeng oleh PT Hero Supermarket Tbk), yang
tersebar di kota - kota besar, seperti Jakarta, Makassar, Semarang, Bandung, Yogyakarta,
dan sebagainya. Tahapan pada evolusi perkembangan industri ritel adalah sebagai berikut.
1. Era sebelum tahun 1960 - an : era perkembangan ritel tradisional yang terdiri atas pe-
dagang - pedagang independen.
2. Tahun 1960 - an : Era perkenalan ritel modern dengan bentuk format departement store
ditandai dengan dibukanya gerai ritel pertama di Sarinah pada Jl. MH. Thamrin, Jakarta.
3. Tahun 1970 – 1980 - an : Era perkembangan ritel modern dengan format supermarket
dan departement store, ditandai dengan hadirnya peritel modern, seperti Matahari, Hero,
dan Ramayana.
4. Tahun 1990 - an : Era perkembangan convenience store, yang ditandai dengan maraknya
pertumbuhan minimarket seperti Indomaret. Pertumbuhan high - class departement store,
dengan masuknya Sogo, Metro, dan lainnya. Pertumbuhan format cash and carry dengan
berdirinya Makro, diikuti dengan Goro dan Alfa.
5. Tahun 2000 – 2020 - an : Era perkembangan hypermarket dan perkenalan e - retailing.
Era ini ditandai dengan hadirnya Carrefour dengan format hypermarket dan Lippo - Shop
yang memperkenalkan e - retailing di Indonesia yang berbasis pada penggunaan internet.
Selain format tersebut, terdapat pola pertumbuhan ritel dengan bentuk format waralaba.

1.2. Perumusan Masalah


 Bagaimana perkembangan era atau sejarah bisnis ritel di Indonesia terkait Department
Store, seperti Sogo, Ramayana, Matahari, dan lain - lain?
 Bagaimana perkembangan era atau sejarah bisnis ritel Indonesia terkait Convenience
Store atau Minimarket, seperti Alfamart, Indomaret, 7 - Eleven, dan lain - lain?

 Bagaimana perkembangan era atau sejarah bisnis ritel Indonesia terkait Supermarket,
seperti Hero, Superindo, Food Hall, dan lain - lain?
 Bagaimana prospek bisnis ritel Indonesia terkait Department Store, Convenience Store
atau Minimarket, dan Supermarket pada 10 tahun ke depan?
PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 4
SENI BISNIS RITEL

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu adalah
sebagai berikut.

 Mendeskripsikan perkembangan era atau sejarah bisnis ritel di Indonesia terkait


Department Store, seperti Sogo, Ramayana, Matahari, dan lain - lain.
 Mendeskripsikan perkembangan era atau sejarah bisnis ritel di Indonesia terkait
Convenience Store atau Minimarket, seperti Alfamart, Indomaret, 7 - Eleven, dan lain
- lain.
 Mendeskripsikan perkembangan era atau sejarah bisnis ritel di Indonesia terkait
Supermarket, seperti Hero, Superindo, Food Hall, dan lain - lain.
 Menganalisis prospek bisnis ritel Indonesia terkait Department Store, Convenience
Store atau Minimarket, dan Supermarket pada 10 tahun ke depan.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 5


SENI BISNIS RITEL

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Department Store di Indonesia

Pertumbuhan bisnis department store memanglah tidak sepesat bisnis ritel lainnya
seperti hypermarket dan minimarket yang bisa menjual produk makanan dan sebagainya.
Department store merupakan ritel yang menjual ragam produk komoditi fashion termasuk
pakaian, tas, sepatu, aksesoris, perabotan rumah tangga yang ditata jadi bagian - bagian
(department) dengan sistem pembelian secara swalayan. Luas department store bervariasi
dari 600 m2 sampai 40.000 m2 seperti Sarinah dan Pasar Raya, namun kebanyakan jenis
department store besarnya berkisar antara 1.000 - 4.000 m2. Industri ini berkembang saat
pertama kali di Jakarta pada tahun 1962 dengan nama Sarinah. Munculnya Sarinah meng-
ilhami toko - toko yang menjadi cikal bakal beberapa pemain besar lokal seperti Matahari
dan Ramayana. Menyusul kemudian sejumlah department store asing masuk ke Indonesia
seperti Sogo, Metro, Debenhams, dan sebagainya.

Meski mengalami pertumbuhan dalam bidang perekonomian, namun peningkatan


jumlah department store tidak sebanyak peritel hypermarket, supermarket, maupun mini-
market. Pertumbuhan department store relatif tak terlalu tinggi, sebab mereka juga harus
bersaing secara tidak langsung dengan hypermarket. Hal ini dikarenakan sebagian besar
konsumen melakukan perubahan alokasi belanjanya dari produk fashion, sepatu, aksesoris,
perlengkapan rumah tangga jadi kebutuhan sehari - hari. Menurut Aprindo, sampai per-
tengahan 2011 jumlah department store tercatat sekitar 300 gerai. Pertumbuhan ini relatif
kecil dibandingkan dengan pertumbuhan gerai - gerai ritel hypermarket atau minimarket
yang dapat bertambah hingga ratusan gerai setiap tahunnya. Sementara itu, penyebaran
lokasi department store masih didominasi di wilayah Jabodetabek, selebihnya di wilayah
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Jumlah gerai department store di pulau Jawa dapat capai 50% dari seluruh gerai
department store secara nasional. Gerai - gerai yang baru dibuka berbarengan dengan per-
tumbuhan pusat perbelanjaan di sejumlah wilayah. Pembukaan dilakukan di kota - kota
yang dianggap potensial yang cenderung mengarah ke luar pulau Jawa yang kelihatannya
sudah cukup jenuh. Namun sebaliknya, sejumlah department store terpaksa menutup gerai
karena tidak efisien. Wilayah Jawa sendiri masih menyisakan ruang untuk berkembang
(terutama di daerah) karena ekspansi dalam rangka kepemimpinan pasar tidak dapat di-
lakukan lagi di Jakarta yang tingkat persaingannya sudah terlalu tinggi. Hal ini memicu

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 6


SENI BISNIS RITEL

dorongan tumbuhnya para pemain di daerah dengan skala lokal di kota - kota menengah
seperti Yogyakarta, Semarang, Tegal, Purwokerto, Malang, dan lainnya mulai bermunculan.

Sejumlah gerai menggaet kelompok menengah di kota - kota tersebut dan memulai
sedikit mengambil pangsa toko dan pasar tradisional. Selain faktor kejenuhan pada kota
besar, hal ini juga terkait dengan perubahan pola kehidupan masyarakat kota menengah
yang menginginkan konsep belanja yang lebih modern. Salah satu pemain industri ini,
misalnya PT. Mitra Adi Perkasa Tbk menutup gerai Sogo di Plaza Indonesia pada 2007,
berkaitan dengan pembukaan gerai Seibu di lokasi yang berdekatan, yaitu pada Grand
Indonesia supaya tidak terjadi persaingan di antara satu grup. Sementara PT. Rimo Catur
Lestari Tbk langsung menutup 2 gerainya di Makassar dan Bogor karena sangat merugi.
Contoh perkembangan Department Store adalah sebagai berikut.

PT. Matahari Department Store Tbk


Didirikan pada tahun 1958 dengan gerai pertama di Pasar Baru, Jakarta dan di-
besarkan oleh Hari Darmawan. Kemudian semakin berkembang besar dan dikelola oleh
PT Matahari Putra Prima Tbk (PT MPP). Namun dalam perjalanannya, PT MPP lebih
fokus pada bisnis ritel hypermarket dan supermarket melalui Hypermart dan Foodmart.
Pada 2010, PT. MPP menjual divisi department store kepada CVC Capital Partners dari
Luxemburg, sehingga namanya berubah menjadi PT. Pacific Utama Tbk dan kemudian
berubah lagi jadi PT. Matahari Department Store Tbk. (PT. MDS). CVC Capital Partners
memiliki pengalaman mengelola bisnis ritel di Debenhams, department store dari Inggris.
Kemudian CVC Capital dan PT. MPP mendirikan perusahaan patungan bernama Meadow
Asia Co Ltd (MAC) dengan kepemilikan saham masing - masing 80% dan 20%.

Tahun 2010, MAC dan PT. MPP Tbk menandatangani perjanjian jual - beli, dimana
MAC akan membeli 90,76% saham PT MDS Tbk milik PT. MPP Tbk senilai US$ 770
juta atau sekitar Rp 7 triliun. Pada 2011, PT MDS diakuisisi oleh PT. Meadow Indonesia
(PT. MI). Pemegang saham mayoritas PT. MI adalah Meadow Asia Co Ltd (MAC) me-
lalui anak usahanya, Asia Color Co Ltd. MAC mengakuisi 98,23% saham milik PT. MDS.
Akuisisi tersebut untuk bisa mendukung pertumbuhan Matahari Department Store sebagai
industri ritel. Matahari menargetkan untuk menambah 10 - 12 gerai per tahun, sehingga
akan bertambah 150 gerai baru hingga 10 - 15 tahun mendatang. Saat ini Matahari sudah
memiliki 99 gerai di berbagai kota besar di Indonesia.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 7


SENI BISNIS RITEL

2.2. Perkembangan Convenience Store di Indonesia

Convenience store adalah perkembangan dari toko kelontong yang menawarkan


kenyamanan dan jasa seperti supermarket dalam skala yang lebih kecil. Masuknya ritel
modern dengan format convenient store di Indonesia terjadi pada awal tahun 1990 - an
dengan berkembangnya pertumbuhan minimarket. Pada tahun 1990 - an dengan maraknya
perkembangan convenience store yang ditandai dengan pertumbuhan minimarket. Setelah
dikeluarkan kebijakan ekonomi, banyak sekali investor modal dari luar negeri yang turut
menanamkan modal untuk memajukan dan mendukung perkembangan convenience store
di Indonesia.

 Tahun 1990 - an

Tahun 1990 - an: Era perkembangan convenience store yang ditandai dengan maraknya

pertumbuhan minimarket seperti Indomaret. Pertumbuhan high - class department store dengan

masuknya Sogo, Metro, dan lainnya. Pertumbuhan format cash and carry dengan berdirinya

Makro, diikuti Goro dan Alfa.

 Tahun 2004

Menurut data yang dikeluarkan oleh Media Data - APRINDO dalam rentang waktu 2004-

2008, format minimarket memiliki rata - rata pertumbuhan turnover paling tinggi, yaitu sebesar

38% per tahun. Semakin berkembangnya industri ritel di Indonesia, mendorong tumbuhnya gerai-

gerai modern. Saat ini, gerai - gerai modern menjadi fenomena yang menjamur di kota - kota

besar di Indonesia. Salah satu gerai modern yang berkembang sangat pesat adalah minimarket.

Pertumbuhan minimarket cukuplah pesat karena berdasarkan data yang dikumpulkan oleh AC

Nielsen pada tahun 2004, jumlah minimarket di Indonesia adalah 5.604 dan pada tahun 2010

jumlahnya melonjak menjadi 16.922.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 8


SENI BISNIS RITEL

 Tahun 2007 - 2011

Hal ini juga ditandai dengan membaiknya pengeluaran masyarakat dari sisi konsumsi.

Dalam periode 2007 - 2011, jumlah seluruh ritel di Indonesia mengalami pertumbuhan 17,57%.

Pada tahun 2010, rencana ekspansi beberapa perusahaan ritel modern terlihat cukup pesat. Sekitar

78% jumlah gerai ritel modern saat ini berlokasi di pulau Jawa, seiring dengan konsentrasi

pasar ritel. Pulau Jawa masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yaitu 60% pada

perusahaan ritel. Namun demikian, beberapa peritel sudah melakukan peningkatan ekspansi ke

beberapa kota besar di luar pulau Jawa, khususnya ke daerah yang kaya sumber daya alam

seperti pertambangan dan perkebunan. Pada tahun 2010, pertumbuhan jumlah gerai ritel modern

di Sumatra mencapai 55%, lebih tinggi dibandingkan dengan pulau Jawa.

Diketahui pula bahwa gerai ritel hypermart mengalami pertumbuhan lebih dari 50%,

yakni dari hanya 99 gerai menjadi 154 dan berlanjut. Sepanjang tahun 2011, gerai convenience

store tumbuh sampai 30%. Dalam perkembangan dan pertumbuhan convenience store, pem-

bangunan brand sangatlah penting untuk meningkatkan brand equity. Dalam perkembangannya,

ritel convenience store telah menghadapi persaingan yang cukup sulit dari berbagai faktor, baik

faktor ekonomi, demografi, dan faktor sosial budaya. Hal ini memunculkan RETAILING MIX

yang terdiri atas merchandise assortment, pricing, location, atmosphere, advertising & promotion,

dan personal selling. Hal ini membantu proses pemasaran yang lebih inovatif.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 9


SENI BISNIS RITEL

2.3. Perkembangan Supermarket di Indonesia

Supermarket telah hadir di berbagai kota utama di Indonesia selama tiga dekade
terakhir. Akan tetapi, pada awal pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada tahun 1998,
pengelola supermarket asing mulai merambah masuk pasar dalam negeri, yang menimbul-
kan persaingan sengit dengan pengelola supermarket lokal. Supermarket Indonesia semua-
nya dimiliki swasta dan izinnya dikeluarkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
(Deperindag). Pemda umumnya tidak berwewenang untuk menolak izin yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat, meskipun beberapa pemda mensyaratkan agar supermarket meng-
ajukan izin lokal. Sebagai contoh, Pemda Depok mensyaratkan agar supermarket memiliki
Izin Usaha Pasar Modern (IUPM), yang dikeluarkan oleh Deperindag dan Izin Prinsip
Pembangunan Pasar Modern (IP3M), yang dikeluarkan oleh Dinas Perdagangan dan Per-
industrian Kota Depok.

Selain izin yang dikeluarkan secara terpusat, supermarket biasanya memang harus
mendapatkan izin lokal lainnya yang diperlukan untuk setiap usaha pribadi, seperti Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Gangguan (HO). Di Indonesia, supermarket lokal
telah ada sejak 1970 - an, meskipun masih terkonsentrasi di kota - kota besar. Supermarket
bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir 1990 - an semenjak ada kebijakan
investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya per-
saingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota - kota lebih kecil dalam rangka
untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga. Akibatnya, bila supermarket
Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah - atas pada era 1980 - an dan awal
1990 - an (CPIS 1994), penjamuran supermarket hingga ke kota - kota kecil dan adanya
praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas
menengah - bawah untuk mengakses supermarket.

Supermarket pertama di Indonesia dibuka pada 1970, dan jumlahnya meningkat


dengan pesat antara 1977 dan 1992 dengan rata - rata pertumbuhan 85% setiap tahunnya.
Hypermarket muncul pertama kali pada 1998, dengan pembukaan pusat belanja Carrefour
dan Continent (yang kemudian diambil alih oleh Carrefour) di Jakarta. Dari 1998 hingga
2003, hypermarket bertumbuh rata - rata 27% per tahun, dari 8 menjadi 49 toko. Kendati
tak mudah memastikan jumlah supermarket dan hypermarket di seluruh Indonesia. Sejak
2003, sekitar 200 supermarket dan hipermarket merupakan milik dari 10 pemilik bisnis
ritel terbesar (PricewaterhouseCoopers 2004). Pertumbuhan supermarket dalam hal pangsa
pasar juga mengesankan. Laporan World Bank (2007) menunjukkan bahwa pada 1999,
pasar modern meliputi 11% dari total pangsa pasar bahan pangan. Menjelang pada 2004,
jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat menjadi 30%.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 10


SENI BISNIS RITEL

Terkait dengan tingkat penjualan, studi tersebut menemukan bahwa jumlah pen-
jualan di supermarket bertumbuh rata - rata 15%. Kantor pusat supermarket mengungkap
bahwa penyediaan barang dilakukan oleh bagian divisi pembelian (merchandising) yang
didasarkan atas perjanjian kontrak atau non - kontrak. Dalam kontrak tersebut, harga dan
jumlah barang dicantumkan sesuai 13 Lembaga Penelitian SMERU, pada November 2007
perjanjian untuk dikirimkan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Barang - barang di
dalam kontrak ini umumnya berupa sayuran dan daging, yang harus memenuhi standar
pengemasan dan harus lolos dari standar yang ditetapkan Badan Pengawasan Obat-obatan
dan Makanan (BPOM) Pemerintah Pusat. Barang - barang dibawah kontrak umumnya di-
sediakan berdasarkan konsinyasi.

Sebaliknya, perjanjian tanpa kontrak bisa dilakukan melalui negosiasi berdasarkan


kasus per kasus dan berlaku untuk semua produk. Supermarket juga lazim mengenakan
biaya memajang barang dan menentukan lamanya periode pembayaran. Supermarket pun
menerapkan strategi harga campuran dan strategi nonharga untuk menarik pelanggan dan
untuk bersaing dengan para peritel lainnya. Contoh - contoh strategi nonharga yang di-
pakai oleh supermarket adalah jam operasional yang lebih panjang, khususnya pada akhir
pekan toko dibuka hingga larut malam; pembundelan dan pengikatan, untuk bisa menjual
barang - barang berbundel dengan lebih rendah dibanding jika dijual eceran atau terpisah;
transport umum gratis dan parkir gratis bagi pelanggan; dan strategi yang penting adalah
gencarnya kampanye melalui iklan.

Supermarket berada beberapa tingkat di atas pasar tradisional pada hampir semua
aspek kompetisi, meskipun supermarket tak menganggap pasar tradisional sebagai pesaing
utamanya. Dalam skala ekonominya, supermarket bisa menjual lebih banyak produk yang
lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga setiap
barang tersedia dan dengan mudah diakses oleh publik. Ketiga, supermarket menyediakan
lingkungan berbelanja yang lebih nyaman, aman dan bersih dengan jam buka yang lebih
panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran, seperti kartu kredit dan kartu debit
dan menyediakan layanan kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat,
produk yang dijual di supermarket seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu
dan tidak akan dijual apabila telah kedaluwarsa. Contoh perkembangan Supermarket di
Indonesia adalah sebagai berikut.

PT Lion Super Indo


Super Indo berkembang di Indonesia sejak tahun 1997. Super Indo mempunyai
private brand "365" yang diluncurkan pada tahun 2006. Super Indo telah memiliki 186
gerai yang tersebar di 40 kota di Pulau Jawa dan bagian selatan Sumatera. Didukung

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 11


SENI BISNIS RITEL

lebih dari 8.500 karyawan terlatih, Super Indo menyediakan beragam produk kebutuhan
sehari - hari dengan kualitas yang bisa diandalkan, lengkap, harga hemat, dan lokasi toko
yang mudah dijangkau. PT Lion Super Indo tumbuh dan berkembang bersama masyarakat
Indonesia sejak Agustus 1997, permulaan membuka sepuluh gerai dan kurang dari 1000
karyawan termasuk di gerai Kota Bandung yang pada saat itu berlokasi di Dago dengan
nama Gelael (saat ini menjadi Super Indo Dago).

Walaupun lahir saat tengah krisis ekonomi, PT Lion Super Indo mencoba untuk
bertahan dan berkembang, hingga saat ini telah memiliki 150 gerai yang tersebar di 18
kota besar di Indonesia dan didukung lebih dari 8000 karyawan terlatih yang di setiap
gerai umumnya menyediakan beragam macam produk kebutuhan sehari - hari. Untuk me-
mudahkan konsumen mendapatkan kebutuhan, di Jawa Barat, PT Lion Super Indo sudah
tersebar di beberapa kota, seperti Bandung, Cimahi, Cikampek, Cirebon, Sukabumi, dan
Tegal. Di Bandung sendiri, PT Lion Super Indo telah memiliki 10 gerai yang berlokasi
di Antapani, Dago, Jatinangor Town Square (Jatos), Kopo, Metropolitan Square (Metro),
Piset Square, Rajawali, Ramdan, Ujung Berung dan Ujung Berung Town Square.

Pada Desember tahun ini, PT Lion Super Indo akan mendirikan satu gerai lagi
di Bandung, tepatnya di Click Square, Jalan Naripan. 4 Produk yang berada di naungan
PT Lion Super Indo mempunyai kesegaran dan kualitas produk selalu bisa dijaga melalui
pilihan sumber yang tepat dan penanganan sesuai dengan standar prosedur operasional
selalu dipantau. Pada tahun 2006, PT Lion Super Indo meluncurkan produknya sendiri
(private brand) dengan nama produk 365 dan sekarang ini telah memiliki lebih dari 140
jenis produk, seperti beras, gula, teh, kapas, dan kebutuhan yang lainnya. Hal ini men-
jadikan Super Indo sebagai pilihan tempat berbelanja yang selalu "Lebih Segar", "Lebih
Hemat" dan "Lebih Dekat".

Dalam menyediakan produk - produk segar dari sumber yang baik, Super Indo me-
miliki standar prosedur operasional di semua lini kerja yang terjaga. Sebagai pendukung
produk - produk lokal, Super Indo mempunyai komitmen untuk memajukan perekonomian
lokal dengan bermitra bersama petani lokal, dan memberdayakan UMKM yang menjadi
pemasok bagi gerai - gerai Super Indo. dan telah mempunyai lebih dari 140 jenis produk.
Dengan terus tumbuh dan memperluas jaringan, Super Indo selalu membuka kesempatan
kerja bagi masyarakat lokal. Super Indo yakin bahwa pelayanannya bukan hanya mem-
berikan pelayanan yang terbaik dan produk - produk yang berkualitas, namun juga mem-
bangun perubahan positif untuk komunitas masyarakat dan jadi rekan yang lebih baik.
Dengan jumlah gerai yang banyak, Super Indo memastikan kebutuhan komposisi dan
kualitas karyawan tercukupi agar memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 12


SENI BISNIS RITEL

2.4. Perkembangan Bisnis Ritel Indonesia Pada 10 Tahun ke Depan

2.4.1. DEPARTMENT STORE

Dalam jangka waktu yang panjang selama 10 tahun ke depan pasti banyak men-
ciptakan perubahan strategi marketing yang bisa berpengaruh di dalam kelancaran proses
perkembangan suatu bisnis. Dengan begitu, dalam menjalankan bisnis yang bergerak di
bidang Department Store, kita harus mempunyai banyak rencana yang dapat menopang
kelancaran bisnis yang kita jalankan dengan cara memanfaatkan beberapa strategi yang
terencana secara baik dan tepat sasaran, yaitu dengan melakukan hal - hal sebagai berikut.
1. Mengindentifikasi masalah dalam bisnis.
2. Melibatkan semua pihak.
3. Menggunakan integrasi digital.
4. Membangun komunitas.
5. Berani mengambil resiko.
6. Membagi bidang pekerjaan dengan benar.
7. Memanfaatkan teknologi yang tersedia.

Sistem yang Digunakan


Para pemilik bisnis juga harus mempertimbangkan dua hal penting, yaitu dengan
menentukan Private Label dan Perceived Price untuk keberlanjutan bisnis yang dijalankan
agar tetap bisa bersaing dengan perusahaan lain. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Private Label biasa dikenal dengan store brand merupakan sebuah merek yang dimiliki
dan dikembangkan oleh peritel. Private Label diperkirakan akan terus bertumbuh agar
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, strategi pengembangan produk yang dilakukan
dengan menggunakan metode private label yang dapat bermanfaat untuk memberikan
alternatif pada konsumen untuk bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif. Private
label juga dapat membantu peritel untuk mengendalikan jalur konsumen dengan me-
nawarkan lini produk yang ekslusif.
2. Perceived Price atau harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan
manfaat dari mempunyai atau menggunakan produk barang atau jasa yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar - menawar. Persepsi harga menjadi
sebuah penilaian konsumen tentang perbandingan besar pengorbanan dengan apa yang
akan didapat dari produk dan jasa. Apabila pihak penyedia memberikan harga yang
tak setara dengan apa yang akan konsumen dapatkan, sehingga para konsumen akan
menjadi berpikir ulang untuk membeli dan mencari jalan alternatif dengan mencari
produsen lain yang bisa menjual produk yang mereka cari dengan harga yang lebih
murah. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan mengakibatkan penurunan daya jual.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 13


SENI BISNIS RITEL

3. Store Image merupakan kepribadian toko yang melekat di benak konsumen terhadap
sebuah ritel. Seperti produk, sebuah toko juga mempunyai kepribadian. Kepribadian
sebuah toko menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap
toko tertentu. Bagi konsumen, kepribadian mewakili suatu gambaran dan merancang
apa yang diinginkan, dilihat, dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu.

2.4.2. CONVENIENCE STORE

Rencana atau strategi pemasaran yang akan diterapkan selama 10 tahun ke depan
untuk tetap mempertahankan sistem bisnis tersebut dengan mengandalkan beberapa cara
dan teknik manajemen dalam menjalankan bisnis toko kelontong atau Convenience Store.
Marketing Hutan Rimba adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan perusahaan yang
telah tersedia dan tugas perusahaan ini akan memasarkan produk distributor ke berbagai
tempat lokal, bahkan dunia. Hal - hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Menerapkan Contractual Marketing Systems, yaitu dengan melakukan kontrak kerja
sama dengan pemenuhan syarat, seperti ketersediaan produk yang akan dijual minimal
80% dari kapasitas yang harus diproduksi dan harus mengirimkan produk tersebut ke
cabang market yang ada di dunia.
2. Administered Marketing System, yaitu produk yang akan dijual harus mengikuti per-
syaratan atau standar, yang dilakukan seperti bentuk dan detail kemasan yang harus me-
miliki kesan yang menarik dan juga tidak mempunyai ukuran yang terlalu besar, sehingga
dapat menghemat ruang untuk mengisi produk lain, dan harga yang harus menyesuaikan
dengan mengikuti standar harga pasar.

Dan juga perlu melakukan beberapa analisis yang dapat dilakukan seperti sebagai berikut.
1. Analyzing Consumer Needs, yaitu dengan mengamati keinginan konsumen dalam me-
ngonsumsi suatu produk. Contohnya, seperti produk rumput laut yang biasanya dijual di
tempat yang berada dekat dengan pesisir pantai dan jauh dari perkotaan, sehingga kita
bisa memasarkan produk tersebut di dalam market yang tersebar di pusat kota, sehingga
bisa memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk tersebut tanpa harus pergi jauh.
2. Setting Channel Objective, yaitu kita bisa melakukan survei terhadap konsumen yang
memberikan respon baik terhadap produk yang kita perjual - belikan, sehingga kita dapat
melakukan kerja sama dengan beberapa brand untuk membantu memasarkan brand.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 14


SENI BISNIS RITEL

2.4.3. SUPERMARKET

Dalam pemasaran jangka panjang, pihak pengelola menganalisis pengaruh sikap


konsumen mengenai strategi pemasaran terhadap penentuan pola perilaku pembeliannya.
Berdasarkan survei yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin positif daya beli
atau sikap konsumen mengenai strategi pemasaran pedagang eceran pasar swalayan akan
mengakibatkan terjadinya keterkaitan konsumen pada tempat perbelanjaan pasar swalayan
akan semakin menguat.

Diperlukan adanya perbaikan yang berkaitan dengan strategi pemasaran yang me-
nyangkut kualitas keragaman barang, kecakapan personel penjualan, dan sistem pelayanan
agar bisa diberikan adanya kemudahan dalam penukaran barang, serta kemudahan meng-
gunakan kartu kredit untuk pembayaran dikarenakan pada masa yang akan datang, para
pengguna uang digital akan semakin meningkat, sehingga para perusahaan penyedia jasa
harus memperbaiki sistem pembayaran untuk mempermudah konsumen untuk melakukan
pembayaran. Hal - hal yang mendukung keberhasilan pemasaran harus didukung dengan
melakukan tindakan taktis, yaitu dengan melakukan hal - hal sebagai berikut.
1. Segmenting, adalah sebuah cara untuk menetapkan, memilah konsumen suatu pasar
ke dalam segmen - segmen dengan karakteristik tertentu.
2. Targeting, adalah cara bagaimana harus memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar.
3. Positioning, adalah cara bagaimana menempatkan diri dalam pikiran dan secara sudut
pandang konsumen, sehingga konsumen dapat membedakan toko minimarket yang kita
miliki dibanding para pesaing.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 15


SENI BISNIS RITEL

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang


menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang mencapai 237.641.326
jiwa menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial untuk produk - produk ritel. Adanya
jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah membuat kebutuhan barang dan jasa
semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Semakin berkembangnya industri ritel di
Indonesia dapat mendorong tumbuhnya gerai - gerai modern. Saat ini, gerai - gerai modern
menjadi fenomena yang menjamur pada kota - kota besar di Indonesia. Salah satu gerai
modern yang berkembang sangat pesat adalah minimarket. Pertumbuhan minimarket cukup
pesat berdasarkan dari data yang dikumpulkan oleh AC Nielsen pada tahun 2004, jumlah
minimarket di Indonesia adalah 5.604 dan tahun 2010, jumlahnya melonjak jadi 16.922.

Rencana ekspansi beberapa perusahaan ritel modern terlihat cukup pesat. Sekitar
78% jumlah gerai ritel modern sekarang ini berlokasi pada pulau Jawa, seiring dengan
konsentrasi pasar ritel. Pulau Jawa masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar, yaitu
60% kepada perusahaan peritel. Namun demikian, beberapa peritel sudah melakukan pe-
ningkatan ekspansi ke beberapa kota besar yang ada di luar pulau Jawa, khususnya ke
daerah yang kaya sumber daya alam seperti pertambangan dan perkebunan. Pada tahun
2010, pertumbuhan jumlah gerai ritel modern pada Sumatra mencapai 55%, lebih tinggi
dibandingkan dengan pulau Jawa sebesar 35%. Semakin besarnya potensi pasar ritel di
Indonesia, maka semakin banyak pemain asing yang tertarik masuk ke dalam bisnis ini
yang justru menjadikan persaingan antara pebisnis lokal dan asing semakin ketat.
PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 16
SENI BISNIS RITEL

Produk - produk merek toko saat ini banyak dijual di gerai - gerai modern. Salah
satu konsep yang diangkat oleh toko ritel modern saat ini adalah konsep kenyamanan,
keamanan, kebersihan lokasi, kualitas produk yang baik, serta kelengkapan dan variasi
produk untuk bersaing dalam bisnis ritel di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan adanya
perubahan dalam perilaku konsumen terhadap toko - toko yang menjual produk sehari-
hari. Konsumen yang pada awalnya hanya mementingkan barang kebutuhan sehari - hari
yang tersedia dalam bisnis ritel, telah berubah dengan lebih mementingkan kenyamanan,
kebersihan, keamanan, dan kelengkapan barang yang tersedia dalam berbelanja, sehingga
banyak masyarakat yang tertarik untuk berbelanja ke toko ritel modern.

3.2. Saran

Dalam persaingan ketat di dunia bisnis ritel, seringkali terdapat banyak di antara
pemain - pemain ritel yang banyak berjatuhan karena kalah dalam persaingan, dan muncul
peritel - peritel baru yang mampu lebih unggul dalam waktu yang sangat lama dan sudah
teruji. Cara yang dapat dipelajari dari para peritel yang telah mampu mempertahankan
segala Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage) adalah
dengan memahami ciri - ciri dari para peritel yang memiliki keunggulan dalam bersaing.
Ciri - ciri dari para peritel yang memiliki keunggulan dalam bersaing di antaranya adalah:
 Konsumen Loyal
Para peritel yang telah sukses pasti banyak dikerumuni oleh para konsumen - konsumen
yang fanatik untuk tetap terus berbelanja kepadanya, walaupun sebenarnya masih terdapat
para kompetitor yang berada di dekat sekitarnya, ataupun juga para kompetitor yang me-
nyediakan fasilitas lebih baik. Konsumen tetap loyal terbentuk bukan dalam waktu yang
sebentar, tetapi membutuhkan waktu dimana konsumen tersebut dapat terpenuhi tingkat
kepuasan yang tinggi dan akhirnya akan terbentuk sebuah Brand Image ritel di dalam
benaknya masing - masing, sehingga tingkat loyalitas tersebut bertahan dan sulit pudar.
 Layanan Konsumen yang Baik
Untuk menciptakan loyalitas konsumen, dibutuhkan semacam strategi khusus dan peritel
yang lebih unggul adalah mereka yang selalu peduli dengan program peningkatan layanan
kepada konsumen secara konsisten. Layanan konsumen termasuk di dalamnya mengenai
prosedur layanan dan karyawan yang dibangun agar memberikan layanan yang sempurna.
Peritel harus menciptakan kemudahan - kemudahan berbelanja dan karyawan yang selalu
siap membantu. Berikutnya dibutuhkan konsep layanan yang lebih luas, yaitu Customer
Relationship Management (CRM) yang bisa menjamin kepastian penanganan dari keluhan
Konsumen dan memastikan program layanan - layanan khusus menggaet konsumen baru.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 17


SENI BISNIS RITEL

 Lokasi Toko
Lokasi toko yang strategis merupakan salah satu keunggulan yang berkelanjutan apabila
dibandingkan dengan toko - toko yang asal bangun saja dimana peritel sama sekali tidak
memperhatikan konsep mencari lokasi toko strategis. Walaupun faktor lokasi toko tidak
selalu menjadi acuan, sepertinya masih ada faktor lain yang mempengaruhinya. Misalnya
adalah lokasi toko menurut teori memang tidak strategis, tapi Brand Equity toko tersebut
masih sangat kuat yang menjadikan tokonya tetap laris pembeli. Apabila suatu toko yang
tak berlokasi strategis tidak memiliki Brand Equity yang kuat, maka toko tersebut akan
kesulitan bersaing dalam memasarkan produk dan mereknya.
 Manajemen Sumber Daya Manusia
Kebutuhan akan sumber daya manusia dalam dunia bisnis ritel yang maju bukan terletak
pada banyaknya SDM, tetapi pada kualitas tenaga kerja yang menuntut perusahaan ritel
harus memastikan bahwa proses pembentukan SDM menjadi unggul mulai dari tingkat
pramuniaga sampai dengan jajaran direksinya. Perusahaan ritel membutuhkan manajemen
SDM yang unggul dari proses perekrutan, pelatihan, konseling, rotasi, mutasi, promosi,
penggajian, sistem punish - reward, serta kaderisasi pemimpin yang tepat.
 Sistem Distribusi dan Informasi
Salah satu kepuasan konsumen adalah untuk mendapatkan barang murah dan kecepatan
serta kepastian mendapatkan barang tersebut. Hal ini bisa terwujud apabila perusahaan
ritel dapat memastikan biaya operasional yang lebih efisien, pencarian vendor yang tepat,
serta pengiriman barang dari vendor atau warehouse ke toko - toko secara lebih cepat.
 Menjaga Hubungan Baik dengan Vendor (Pemasok)
Menjaga hubungan yang harmonis antara peritel dengan vendor merupakan sesuatu yang
penting, karena adanya kepastian konsumen untuk bisa mendapat barang dengan harga
kompetitif yang tetap terjaga. Tidak jarang pula dari para peritel yang unggul bisa men-
dapatkan barang yang berkualitas dengan melakukan Business Review tahunan, supaya
bisa menetapkan target - target penjualan, dan evaluasi terhadap Term of Payment (TOP),
Stock Keeping Period (SKP), Service Level (persentase pemenuhan barang oleh vendor).
 Unique Merchandise
Bisnis ritel yang lebih unggul tidak saja harus menyediakan barang - barang yang banyak
dibutuhkan oleh konsumen yang pada dasarnya disediakan juga oleh kompetitor lain,
akan tetapi juga butuh magnet yang kuat untuk menarik minat para konsumen dalam
membelanjakan uangnya di toko tersebut. Salah satunya adalah menyediakan barang-
barang yang unik. Kategori unik bisa diartikan lebih komplit pada departemen tertentu,
misalnya Hero dengan Think Fresh - nya, maka konsumen akan selalu mengingat produk-
produk fresh Hero lebih komplit dan segar.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 18


SENI BISNIS RITEL

DAFTAR PUSTAKA

Utami, Christina Whidya. 2018. Manajemen Ritel : Strategi dan Implementasi Operasional
Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Edisi ke - 3. Jakarta : Salemba Empat.

Adisaputro. 2010. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Suryadarma, Daniel dkk. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang
Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Jakarta : SMERU Research Institute.

A. C. Nielsen. 2005. Asia Pacific Retail and Shopper Trends 2005. New York : Nielsen
Holdings.

Levy & Weitz. 2004. Retailing Management. 5th Edition. New York : McGraw Hill.

Syazkia, Sindy Nur. 2018. “Pengaruh Bonus Pack dan Price Discount Terhadap Impulse
Buying pada Konsumen PT Lion Super Indo gerai Antapani Bandung”. Skripsi. Bandung:
Universitas Telkom.

Azhari, Ruli. 2018. “Pengaruh Penilaian Kinerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Pe-
ngembangan Karir Karyawan pada PT. Lion Super Indo”. Skripsi. Jakarta : Universitas
Darma Persada.

Soliha, Euis. 2008. “Analisis Industri Ritel di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.
Hlm. 128 - 142.

Slamet, Achmad. 2002. “Pengaruh Sikap Konsumen Mengenai Strategi Pemasaran Pasar
Swalayan Terhadap Pola Perilaku Pembelian”. Jurnal Ekonomi dan Manajemen.
Hlm. 71 - 94.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 19


SENI BISNIS RITEL

Webmaster. 2020. "Strategi Pemasaran Toko Minimarket". Dalam


https://www.sentrarak.com/strategi-pemasaran-toko-minimarket/. Diakses pada 18
Februari 2021. Pukul 00.20 WIB.

Webmaster. 2020. "Prospek atau Peluang Bisnis Ritel Modern". Dalam


https://www.sentrarak.com/prospek-atau-peluang-bisnis-ritel-modern-2020/. Diakses
pada 18 Februari 2021. Pukul 00.30 WIB.

Pangestika, Witdya. 2019. "6 Strategi Bisnis Untuk Membuat Bisnis Anda Lebih Efisien".
Dalam https://www.jurnal.id/id/blog/strategi-bisnis-untuk-bisnis-lebih-efisien/.
Diakses pada 18 Februari 2021. Pukul 00.38 WIB.

Super Indo. 2020. “Tentang Super Indo”. Dalam


https://www.superindo.co.id/korporasi-keberlanjutan/corporate/about_us/. Diakses
pada 28 Februari 2021. Pukul 13.00 WIB.

Prakoso, Budhiman. 2020. “Sejarah Ritel Modern di Indonesia : Dari Kemunculan hingga
Eksistensinya di Masyarakat”. Dalam
https://www.kompasiana.com/budhiman/5f90e596de3439683f768cd2/sejarah-ritel-
modern-di-indonesia-dari-kemunculan-hingga-eksistensinya-di-masyarakat/. Diakses
pada 28 Februari 2021. Pukul 19.30 WIB.

Hana. 2020. “Perkembangan Departemen Store di Indonesia”. Dalam


https://elmodista.com/2020/02/11/perkembangan-departemen-store-di-indonesia/.
Diakses pada 3 Maret 2021. Pukul 13.40 WIB.

PERKEMBANGAN BISNIS RITEL DI INDONESIA 20

Anda mungkin juga menyukai