perseorangan, keluarga, rumah tangga, dimana mereka sebagai konsumen akhir. Banyak
perusahaan yang bergerak dibidang bisnis retail dan juga memberikan kontribusi pada
rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam
suatu proses distribusi. Melalui ritel, suatu produk dapat bertemu langsung dengan
penggunanya. Industri ritel di sini didefinisikan sebagai industri yang menjual produk dan
jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga,
kelompok, atau pemakai akhir. Produk yang dijual kebanyakan adalah pemenuhan dari
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu ”Retailer” yang berarti” Memotong menjadi
kecil kecil”. Ritel secara umum sering diartikan salah oleh masyarakat, ketika mereka
mendengar kata ritel disebutkan banyak orang yang berasumsi pada supermarket atau
hypermarket. Padahal pemahaman tersebut adalah salah karena pada dasarnya ritel memiliki
Menurut kotler, Ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang
secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan untuk bisnis.
Menurut dune, Ritel adalah langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan barang dan
jasa untuk konsumen akhir. Menurut barman, Ritel adalah tingkat terakhir dari proses
distribusi, didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa
kepada konsumen. Menurut kamus, pengertian ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada
masyarakat. Sehingga, dari pengertian ini terlihat bahwa ritel bukan sekedar kegiatan menjual
barang nyata kepada konsumen. Namun aktivitas memberikan pelayanan jasa, bisa juga
1
Retail juga merupakan perangkat dari aktivitas- aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para konsumen
untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga. Retail juga melibatkan
melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar ke rumah-rumah. Tidak semua ritel
kata ritel. Bahwa pengertian ritel tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait
dengan perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.
Domestik Bruto (PDB) dan juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sebagai
negara yang membangun, angka pertumbuhan industri ritel Indonesia dipengaruhi oleh
kekuatan daya beli masyarakat, pertambahan jumlah penduduk, dan juga adanya kebutuhan
kebutuhan konsumen, adalah bauran berbagai unsur yang digunakan oleh ritel untuk
ritel untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk menggolongkan ritel, yaitu:
1. Jenis barang yang dijual, ritel dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang
dijualnya, sebagai contoh, ritel yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan
olahraga. Jenis ini dibagi menurut jenis olahraganya sendiri seperti basket, golf,
2. Perbedaan dan Keanekaragaman Barang yang Dijual, perbedaan barang yang dijual
adalah jumlah barang yang berbeda dalam satu kategori barang. Tiap barang yang
2
berbeda disebut unit penyimpanan persediaan (Stock Keep Unit – SKU), contohnya
3. Tingkat Layanan Konsumen, Ritel juga berbeda dalam hal jasa yang mereka tawarkan
memilihkan sepeda.
4. Harga Barang, para peritel dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang
dikenakannya. Contohnya department store dan toko diskon. Toko diskon memiliki
menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi karena menanggung biaya yang lebih
Selain itu pada department store terdapat penggunaan layanan penjualan perorangan
dan memiliki lokasi toko yang bagus. Sedangkan toko diskon biasanya menyediakan
berbagai produk dengan tingkat harga yang lebih rendah serta layanan yang lebih
Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan, pada bisnis ritel
terdapat dua bentuk utama dalam penggunaan sarana atau media yang digunakan. Dua bentuk
utama bisnis retail tersebut adalah ritel dengan system store (penjualan melalui system toko)
Pada ritel yang menggunakan toko (store selling retailer) untuk pemasaran produk,
jelas bahwa terdapat aktivitas pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen
3
1) Electronic retailing
Electronic retailing adalah format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan
atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang
dapat diukur pada suatu lokasi. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang
Penjualan langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau
lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur
pada suatu lokasi. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas, yaitu
menyampaikan pesanan lewat telepon. Tiga format dari television home shopping
tersebut adalah:
Infomercials.
Bisnis eceran ini merupakan nonstore yang menyimpan banyak barang atau jasa
4
pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan ketika pelanggan
1) Pendirian toko tunggal atau mandiri, rite tunggal atau mandiri adalah ritel yang
dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari
2) Jaringan Perusahaan, ritel yang dimiliki dan dioperasikan sebagai kelompok oleh
administratif ditangani oleh kantor pusat untuk keseluruhan rantai. Kantor pusat
3) Waralaba, waraaba (franchising) adalh ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh
individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar.
Menurut Hutagalung dan Baruna yang dikutip dari bukunya Sopiah dan Syihabudhin,
untuk mendukung kesuksesan bisnis ritel dibutuhkan penerapan strategi 6R yang terdiri atas:
a. Right Product
Strategi ini mencakup empat faktor utama, yaitu estetika, fungsional, faktor
produk.
b. Right Quantity
5
pelanggan dengan kebutuhan sediaan barang dagangan dari peritel.
c. Right Price
Right price merupakan harga yang bersedia dibayarkan konsumen dengan senang
hati, dan peritel mau menerimanya dengan tangan terbuka guna memberikan
d. Right Time
Banyak orang yang mengatakan bahwa waktu adalah uang sehingga waktu perlu
bersedia membeli barang yang dibutuhkan. Secara garis besar, waktu berbelanja
konsumen memiliki empat macam pola yang bisa menghadirkan peluang bisnis
pelanggan dalam mewujudkan nilai potensial yang terkandung dalam produk inti
e. Right in Place
Komponen ini menyangkut pemilihan dan penentuan lokasi yang strategis, desain
interior dan eksterior yang indah dan menarik, ruang yang luas, nyaman bagi
lainnya.
Promosi merupakan satu upaya untuk menawarkan barang dagangan kepada calon
pembeli. Komponen ini merupakan kombinasi aktivitas penyajian pesan yang benar
6
II. Teori Perusahaan Ritel Syariah
Bisnis ritel Islam secara manajerial merupakan sebagai seni menjual produk. Menurut
Herman Kertajaya yang dikutip dari bukunya Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, ritel
Islam merupakan strategi bisnis yang harus memayungi seluruh aktivitas dalam sebuah
seorang produsen, atau satu perusahaan, perorangan, yang sesuai dengan ajaran Islam.
Menarik untuk dicermati ritel syariah yang sudah mulai muncul, dengan segmen pasar
agama, khususnya agama Islam, merupakan peluang bisnis menarik. Kondisi ini tentunya
menjadi harapan penduduk muslim. Namun sistem perdagangan Islam di Indonesia belum
mempunyai pedoman syariah secara lebih rinci dalam melaksanakan kegiatan operasional.
Menurut pedoman syariah secara umum, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat
beribadah kepada Allah SWT, berusaha untuk memberikan kesejahteraan bersama, bukan
1. Rabbaniyah, yang artinya ketuhanan. Semua tindak tanduk yang kita lakukan semua
diawasi oleh Allah dan kita juga harus menyakini kebesaran Allah yang Maha
Mengetahui. Oleh sebab itu kita semua harus bersikap sebaik mungkin, misalnya
tidak berbuat licik kepada sesamanya, tidak mencuri hak milik orang lain atau bisa
dibilang memakan harta orang lain. Apabila kita sudah menyakini ke Esa-an Allah
dan menjadikannya sebagai pegangan hidup, insyaAllah dapat mencegah kita dari
2. Akhlaqiah, yang artinya etika yang baik. Kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW
7
Sebagaimana contoh dalam dunia bisnis, tidak menjadi penipu yang suka mengoplos
barang, suka menimbun barang, atau mengambil keuntungan yang berlebihan yang
bisa jadi merugikan salah satu pihak. Para peritel Islam selalu memelihara setiap tutur
kata, perilaku dalam berhubungan bisnis dengan siapa saja, misalkan pada konsumen,
3. Al-Waqiiyyah, kata lainnya realistis yang artinya sesuai dengan kenyataan. Dalam
dunia bisnis karakter ini sangat penting, karena semua transaksi harus dilakukan
sesuai kenyataan yang ada. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW, misalnya ada
orang yang menjual barang ada cacatnya, maka katakan kepada calon pembeli bahwa
barang itu ada sedikit cacatnya. Dan berkata dengan jujur sesuai fakta. Jangan sekali-
4. Al-Insaniyah, yang artinya kemanusiaan. Jangan sampai kegiatan ritel Islam ini dapat
terganggu. Sikap kemanusiaan ini bisa dilakukan dengan saling menghormati, dan
ritel Islam berusaha membuat kehidupan menjadi lebih baik. Seorang peritel Islam
jangan sampai menjadi orang yang serakah, mau mengusai segalanya, dalam artian
terlalu memaksa orang lain untuk mengikuti aturan kita dan orang lain tersebut
merasa dirugikan.
komposisi, tidak rusak atau kadaluarsa dan menggunakan barang yang baik.
c. Dalam kegiatan promosi tidak boleh ada kebohongan, apabila rusak harus dikatakan
rusak, apabila jelek dikatakan jelek, tidak boleh ada yang disembunyikan.
d. Ukuran/timbangan dari produk yang diperjual belikan harus tepat, tidak boleh
8
melakukan kecurangan.
e. Dalam praktik penjualan produk Nabi Muhammad SAW selalu menjelaskan kualitas
barang yang dijual. Kualitas barang pesanan selalu sesuai dengan permintaan,
hak khiyar, yaitu dengan membatalkan jual beli apabila terdapat segala sesuatu yang
tidak cocok.
tetapi dalam mengambil keuntungan tidak boleh berlebihan. Jika harga ditentukan
secara wajar, maka pedagang tersebut akan unggul dalam volume penjualan.
9
Dalam catatan maupun prosedur akuntansi perusahaan dagang tidak berbeda dengan
perusahaan jasa. Sesuai dengan konsep penanding (matching principle) laba bersih (Rugi)
suatu perusahan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh
pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut
meliputi harga pokok (cost) barang yang terjual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama
periode yang bersangkutan. Harga pokok barang yang laku dijual disebut dengan harga
pokok penjualan. Misalkan dalam suatu toko elektronik, yang disebut harga pokok penjualan
meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli televisi, radio, kulkas, mesin cuci dan
Biaya Operasi suatu toko elektronik meliputi semua biaya yang berhubungan
dengan kegiatan penjualan dan administrasi toko seperti biaya sewa, gaji pegawai, biaya
pertama menjual jasa sedangkan perusahaan yang kedua menjual barang dagangan. Karena
adanya barang secara fisik yang dibeli dan dijual, biasanya perusahaan dagang mempunyai
gudang untuk menyimpan barang dagangan. yang disebut dengan persediaan barang
dagangan. Perusahaan membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualanya kembali
kepada pelanggan
Prosedur laba (rugi) untuk perusahaan dagang dapat kita lihat pada
Pandapatan
Penjualan
HPP
Laba Bruto
10
B. Definisi Keakuratan, Tepat Waktu, Keandalan, dan Rekevansi
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang mengandung resiko dan dapat
mengurangi ketidakpastian. Hampir semua aktivitas yang individu lakukan dilingkupi oleh
sering ditemukan pada saat dihadapkan pada permasalahan yang baru pertama kali dialami.
Oleh karena itu, disinilah informasi yang berkualitas berperan. Rasa ragu-ragu dalam
melakukan keputusan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Keputusan yang diambil
tentu merupakan pemilihan dari beberapa alternatif yang ada atau bahkan tidak memilih
alternatif yang adapun itu merupakan keputusan. Informasi yang berkualitas memiliki
karakteristik sebagai berikut: (1) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf
untuk membantu para karyawan dalam memberikan pelayanan dengan tanggap terhadap
suatu sistem informasi yang digunakan. (2) Reliability (keandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan bersumber dari sumber yang dapat
yang sudah terkumpul dapat disampaikan dengan penuh kepercayaan dan keyakinan sehingga
tidak menimbulkan keragu-raguan bagi pengguna informasi. (4) Empathy, yaitu meliputi
kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus
terhadap kebutuhan pengguna sistem informasi. (5) Tangibles (bukti langsung), yaitu
yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Akurat, yaitu informasi bebas dari kesalahan dan
bebas dari bias. Bebas dari kesalahan bahwa informasi benar-benar menyatakan apa yang
harus dinyatakan. Bebas dari bias bahwa informasi tersebut teliti. (2) Tepat waktu, yaitu
11
informasi harus diberikan kepada waktu yang tepat. Informasi yang sudah kadaluarsa hanya
bernilai sampai, sekalipun informasinya sama dan tidak berubah. (3) Relevan, yaitu
Suatu informasi dikatakan akurat jika informasi tersebut mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dan informasi tersebut harus bebas dari kesalahan-kesalahan. Ukuran keakuratan
informasi amat bervariasi dan tergantung pada sifat informasi yang dihasilkan. Suatu krisis
suatu sikap informasi, akan semakin tinggi keakuratan yang diperlukan. Dengan semakin
tingginya keakuratan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi maka semakin tinggi
Menurut Sukmawati (2009), informasi dapat dikatakan akurat jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut: (a) Penyajian Jujur, yaitu jika informasi menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan. (b) Dapat Diverifikasi/verifiability, yaitu jika informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari
sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh. (c) Netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
Menurut Sukmawati (2009), informasi dapat dikatakan tepat waktu jika memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: (a) Dapat disajikan sewaktu-waktu, yaitu informasi yang datang
pada penerima dapat disajikan sewaktu-waktu sesuai yang dibutuhkan. (b) Tidak terlambat,
yaitu informasi datang ke penerima tidak boleh terlambat karena informasi yang sudah usang
tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Putra (2011), informasi dapat dikatakan andal jika memenuhi syarat-syarat
12
sebagai berikut: (a) Dapat dipercaya, yaitu informasi yang diberikan oleh pengguna dapat
dipercaya dan tidak diragukan kebenarannya. (b) Dapat diandalkan, yaitu informasi yang
diberikan oleh pengguna sistem informasi dapat diandalkan dan memiliki konsistensi.
syaratsyarat sebagai berikut: (a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yaitu
mereka di masa lalu. (b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), yaitu informasi
tersebut dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan
hasil masa lalu dan kejadian masa kini. (c) Lengkap, yaitu informasi tersebut disajikan
informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
Selama dasawarsa pertama 1990 an, ekonomi Indonesia tumbuh dengan rata- rata
pertumbuhan di atas 10% per tahun. Banyak analis ekonomi memperkirakan Indonesia akan
menjadi salah satu negara terkuat dalam bidang ekonomi di Asia Pasifik dan Oceania. Titik
balik terjadi pada tahun 1997 ketika Indonesia dilanda inflasi 70% lebih menyusul makin
melemahnya nilai rupiah sampai Rp 17.000 per 1 dolar AS. Kalangan swasta Indonesia yang
selama ini banyak bergantung pada pinjaman luar negeri berjangka pendek, ikut
memperburuk keadaan dan membawa Indonesia ke dalam krisis moneter yang parah.
Di masa krisis, hampir semua sektor ekonomi dilanda kelesuan dan hanya sedikit
yang mampu bertahan. Industri ritel termasuk salah satunya, dan bahkan masih mempunyai
kemampuan untuk berinvestasi di masa sulit. Walaupun krisis belum reda, situasi
perekonomian dapat dikatakan mulai membaik sejak tahun 2000. Ekonomi Indonesia tumbuh
13
meskipun hanya sekitar 3%. Keadaan ini dilihat kalangan pebisnis terutama para pengusaha
ritel sebagai prospek yang patut dipertimbangkan untuk melanjutkan investasi yang sempat
tertunda. Arus modal kembali mengalir pada pembangunan gerai-gerai baru, terutama di
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha
eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun 1980 an seiring dengan mulai
dikembangkannya perekonomian Indonesia. Hal ini timbul sebagai akibat dari pertumbuhan
yang terjadi pada masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan timbulnya permintaan
terhadap supermarket dan departement store (convenience store) di wilayah perkotaan. Trend
inilah yang kemudian diperkirakan akan berlanjut di masa-masa yang akan datang. Hal lain
yang mendorong perkembangan bisnis ritel di Indonesia adalah adanya perubahan gaya
hidup masyarakat kelas menengah ke atas, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung
Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat perkotaan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan berbelanja saja namun juga sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan.
Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat
antara sejumlah peritel baik lokal maupun peritel asing yang marak bermunculan di
Indonesia. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan semakin
tidaklah sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun
2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka bahwa ekonomi
ritel yang bersifat tradisional atau konvensional dan yang bersifat modern. Ritel yang bersifat
14
tradisional adalah sejumlah pengecer atau pedagang eceran yang berukuran kecil dan
sederhana, misalnya toko-toko kelontong, pengecer atau pedagang eceran yang berada di
pinggir jalan, pedagang eceran yang berada di pasar tradisional, dan lain sebagainya.
Kelompok bisnis ritel ini memiliki modal yang sedikit dengan fasilitas yang
sederhana. Ritel modern adalah sejumlah pedagang eceran atau pengecer berukuran besar,
misalnya dengan jumlah gerai yang cukup banyak dan memiliki fasilitas toko yang sangat
lengkap dan modern. Survey menurut AC Nielsen lima pengecer terbesar yang termasuk
dalam kategori ritel modern di Indonesia berdasarkan nilai penjualan adalah Matahari,
Ramayana, Makro, Carrefour, dan Hero. Konsep yang ditawarkan peritel modern beragam
sebagainya.
merosot. Pada tahun 2002 dominasi penjualan di segmen pasar tradisional mencapai 75%,
maka pada tahun berikutnya turun hanya 70%. Sebaliknya, ritel modern hypermarket pada
tahun 2002 pangsa penjualan 3%, mengalami kenaikan berturut-turut tahun 2003 menjadi 5%
Berdasarkan data AC Nielsen Asia Pasifik Retail and Shopper Trend 2005
menyebutkan bahwa di negara-negara Asia Pasifik (kecuali Jepang), pada tahun 1999–2004
ratio keinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern sebagai berikut:
Rasio Keinginan Masyarakat Berbelanja Pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern.
15
Data ini menunjukkan bahwa kecenderungan keinginan masyarakat berbelanja di
Ancaman dari produk pengganti atau substitusi dalam industri ritel dapat dikatakan
bersifat “cukup kuat” karena sudah hadir jauh sebelum adanya industri ritel modern yaitu
berupa pasar dan toko tradisional. Keunggulan dari adanya pasar dan toko tradisional ini
adalah harga yang relatif lebih murah dan juga lokasi yang lebih dekat dengan tempat tinggal
penduduk terutama bagi kalangan menengah ke bawah. Oleh karena itu peritel modern
menentukan segmennya sendiri yaitu kalangan menengah ke atas. Selain itu adanya produk
pengganti lain yang mulai berkembang saat ini, yaitu berupa sistem ritel dan berbelanja
ketergantungan dari posisi tawar menawar antara peritel dan pemasok atau sebaliknya.
16
Persyaratan yang ditentukan oleh pemasok biasanya berdasarkan pada dua kriteria yaitu:
secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, peritel harus dapat memenuhi pemesanan
atau pembelian dalam jumlah volume minimal tertentu. Sedangkan secara kualitatif, peritel
harus dapat memperlihatkan prospek perusahaan dan keterbukaannya. Pemasok akan menilai
apakah peritel sudah mempunyai infrastruktur yang baik dan manajemen yang baik. Hal ini
penting karena pemasok berkepentingan untuk mengetahui dan memonitor setiap pergerakan
Pemasok umumnya berasal dari perusahaan manufaktur dan distributor. Saat ini
terdapat banyak sekali jumlah industri ritel karena produk yang ditawarkanpun jumlah
itemnya ribuan. Perusahaan ritel raksasa yang telah memiliki nama besar mempunyai posisi
tawar yang cukup kuat terhadap produsen dan distributor sehingga mereka dapat memperoleh
margin yang lebih besar dan mendapatkan diskon harga yang menyebabkan mereka bisa
menjual barang dengan harga lebih murah. Peritel yang kuat adalah mereka yang dapat
Kekuatan dari konsumen bersifat “kuat” karena mereka biasanya cenderung tidak
loyal pada satu ritel tertentu dan dengan mudahnya merubah pola kebiasaan berbelanja sesuai
dengan keinginan mereka. Jumlah konsumen pada industri ritel sangatlah besar berdasarkan
jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat, pada tahun 2003 berkisar 220 juta
jiwa. Ancaman konsumen berkaitan dengan perubahan pola berbelanja masyarakat yang
Persaingan antar perusahaan yang terjadi dalam format bisnis ritel yaitu antara format
ritel tradisional dan modern, atau persaingan antara peritel lokal dan asing yang dapat
dikatakan bersifat “kuat.” Di satu sisi daya beli masyarakat yang rendah sehingga tingkat
17
konsumsinya pun rendah padahal jumlah gerai terus bertambah. Di sisi lain, besarnya jumlah
penduduk dan makin stabilnya ekonomi makro dan kondisi keamanan dapat menarik minat
Persaingan dalam industri ritel juga ditandai dengan hadirnya beragam format ritel baru
yang timbul karena konsumen mencari alternatif berbelanja lain disesuaikan dengan
kemampuannya. Format ritel baru yang dimaksud adalah berbentuk factory outlet, specialty
V. Kesimpulan
1. Bisnis ritel di Indonesia termasuk salah satu bisnis yang cukup menjanjikan karena
mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang. Meskipun sempat dilanda
krisis yang mengakibatkan hampir semua sektor ekonomi dilanda kelesuan dan hanya
sedikit yang mampu bertahan, industri ritel masih mempunyai kemampuan untuk
2. Komponen dasar untuk ritel yang bernuansa islami harus memenuhi persyaratan
minimal untuk dapat dikatakan syar’i, mulai dari: produk (halal dan sehat), Harga
yang wajar serta melakukan promosi secara jujur untuk menjaga kepuasan
pelanggan.
3. Teori akuntansi syariah untuk perusahaan retail belum memiliki pedoman khusus
namun menggunakan telaah dari ayat Al Qur’an serta tauladan dan sunnah Nabi
4. Suatu informasi dikatakan relevan jika menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi
18
5. Suatu informasi dikatakan akurat jika informasi tersebut mencerminkan keadaan
Ukuran keakuratan informasi amat bervariasi dan tergantung pada sifat informasi
yang dihasilkan. Suatu krisis suatu sikap informasi, akan semakin tinggi keakuratan
yang diperlukan.
19
Daftar Pustaka
Limantara F., dan Devie. 2003. Kualitas Jasa Sistem Informasi dan Kepuasan Para Pengguna
Sistem Informasi. Simposium Nasional Akuntansi V.
Pristina., dan Ardini. 2013. Pengaruh Keakuratan, Tepat Waktu, Keandalan, Dan Relevansi
Terhadap Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Akuntansi. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi Vo. 2 No.5.
Brigham, Eugene F. & Joel F. Houston, 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 3 No. 2.
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung: Alfabeta,
2009.
Zuhri, Saifudin, Ushul Fiqh Akal Sebagai Sumber Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Nisriah dan Nisrin, “ Dampak Implementasi Tauhid PadaKinerja Bisnis Minimarket Nusa
Indah Bangil”, Jurnal Ekonomi Bisnis Airlangga.
Afandi, Yazid, Fiqh Muamalah Dan Implementasinyya Dalam Lembaga Keuangan Syariah,
Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.
Kartajaya, Hermawan dan M Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006.
Istiatin., Sudarwati. Analisis Strategi Pemasaran Bisnis Retail Di Lottemart Surakarta. Jurnal
Paradigma Vol.12 No.2.
Kumala, Jalu. Analisis Kualitas Informasi Akuntansi Keuangan Pada Pt.Pln (Persero)
Wilayah Jawa Tengah Jurnal Ilmiah UNTAG.
20