2017
ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG PEDAGANG ECERAN DAN PEDAGANG
KAKI LIMA
“ PEDAGANG ECERAN “
Pedagang eceran adalah orang atau badan usaha yang emnjual barang
atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhan pribadi
mereka. Dengan demikian, bisnis eceran adalah bagian dari saluran distribusi
yang memegang peran sangat penting, karena merupakan “ujung tombak“
dalam rangkaian pemasaran. Adapun klasifikasi perdagangan eceran adalah
sebagai berikut :
Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini ialah ownership pemilikan dan
jumlah pegawai. Perdagangan eceran kecil biasanya mempunyai 2 atau 3
pegawai/pelayan. Pelayan itu kadang-kadang adalah anggota keluarga sendiri,
ataupun orang lain yang digaji. Yang mengendalikan keuangan, pembelian
barang biasanya dipegang langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang
digaji. Yang mengendalikan keuangan, pembelian barang biasanya dipegang
langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang dipercaya, masih jarang
dijumpai sistem manager bergaji pernah diserahi mengurus kegiatan
perdagangan eceran ini. Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang
mempunyai tempat yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang
yang tidak berpangkalan adalah pedagang eceran yang tak mempunyai
tempat usaha. Kelompok ini dapat dibagi atas yang memakai alat seperti
tukang bakso, tukang sepatu, tukang rujak, dsb. Dan ada pula yang tak pakai
alat seperti tukang catut.
Faktor-faktor kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini ialah :
- Keahlian kurang
- Administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-
kadang habis dimakan.
- Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.
-Ketepatan harta
Harga yang tepat sangat penting demi kemajuan toko eceran yang berada di
kota besar. Toko eceran yang menetapkan harga jual yang cukup murah, atau
harga pasti, harus selalu mencair informasi supaya harga yang ditetapkan
jangan terlalu tinggi dari pada harga saingan, dan ini harus benar-benar
diperhatikan oleh toko eceran tersebut, terutama untuk barang-barang yang
sangat terkenal. Bahkan ada toko-toko eceran yang menetapkan hara untuk
barang-barang yang dikenal umum di bawah harga pasar.
1. Toko khusus, adalah toko yang mempunyai lini produk terbatas. Misal,
toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan lain-lain.
2. Toko serba ada (department store), adalah toko yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah. Bisasanya, setiap lini produk tersebut
ditempatkan di lokasi berbeda sesuai dengan lini produknya.
3. Pasar swalayan, adalah toko yang cukup besar. Toko ini menyediakan
makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik,
hingga obat-obatan.
4. Toko super, toko kombinasi, dan toko hiper. Toko super adalah toko
yang lebih besar dari swalayan konvensional dengan ruang jual seluas
35.000 kaki persegi. Toko gabungan merupakan diversifikasi dari pasar
swalayan yang memasukkan produk obat-obatan dengan resep.
5. Toko kebutuhan sehari-hari, adalah toko kecil di dekat pemukiman
warga.
6. Toko pemberi potongan harga, adalah toko yang menjual barang-barang
standar dengan harga lebih rendah dari pada pedagang lainnya.
7. Toko gudang, adalah toko tanpa embel-embel diskon
8. Ruang pamer catalog (catalog showroom).
Masalah pedagang kaki lima ini merupakan masalah yang tidak bisa
dilepaskan dari masalah ledakan penduduk dari suatu pertumbuhan
perkotaan, sebagian besar mereka tergolong dalam masyarakat dari lapisan
ekonomi yang rendah, dalam struktur ekonomi dan sosial Indonesia. Ciri khas
yang menonjol dari kelompok ini ialah ketidakteraturan mereka menjajakan
dagangannya, yang secara hukum sebenarnya melanggar ketentuan yang
berlaku.
Masalah pedagang kaki lima ini sudah diseminarkan di negara lain yang
diprakarsai oleh International Development, mengenai “hawkers and
vendors” = pedagang kaki lima (hawkers = penjaja, vendors = penjual
keliling), seperti diadakan di Malaysia, Philipina, Singapura dan Indonesia
Jakarta, Bandung).
PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai
berikut :
a. PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak
dapat dihapuskan.
b. PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik
c. PKL menyimpan potensi pariwisata
d. PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didisain dengan baik