Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

M IMRON ARFIANTO 16.01.1.172

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

SATYA DHARMA SINGARAJA

2017
ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG PEDAGANG ECERAN DAN PEDAGANG
KAKI LIMA

“ PEDAGANG ECERAN “

Pedagang eceran adalah orang atau badan usaha yang emnjual barang
atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhan pribadi
mereka. Dengan demikian, bisnis eceran adalah bagian dari saluran distribusi
yang memegang peran sangat penting, karena merupakan “ujung tombak“
dalam rangkaian pemasaran. Adapun klasifikasi perdagangan eceran adalah
sebagai berikut :

1) Perdagangan eceran besar


2) Perdagangan eceran kecil yang terdiri dari :
a. Eceran kecil berpangkalan
b. Eceran kecil tidak berpangkalan

Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini ialah ownership pemilikan dan
jumlah pegawai. Perdagangan eceran kecil biasanya mempunyai 2 atau 3
pegawai/pelayan. Pelayan itu kadang-kadang adalah anggota keluarga sendiri,
ataupun orang lain yang digaji. Yang mengendalikan keuangan, pembelian
barang biasanya dipegang langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang
digaji. Yang mengendalikan keuangan, pembelian barang biasanya dipegang
langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang dipercaya, masih jarang
dijumpai sistem manager bergaji pernah diserahi mengurus kegiatan
perdagangan eceran ini. Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang
mempunyai tempat yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang
yang tidak berpangkalan adalah pedagang eceran yang tak mempunyai
tempat usaha. Kelompok ini dapat dibagi atas yang memakai alat seperti
tukang bakso, tukang sepatu, tukang rujak, dsb. Dan ada pula yang tak pakai
alat seperti tukang catut.

Keuntungan dan kelemahan perdagangan eceran


Beberapa keuntungan dari perdagangan eceran kecil adalah :
1. Modal yang diperlukan adalah kecil dan rentabilitasnya besar
2. Pedagang-pedagang eceran kecil menganggap bahwa pendapatnya dari
usaha itu merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang hanya iseng
atau mengisi waktu lowong terutama pada daerah musiman.
3. Tempat kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling
strategis. Mereka selalu mendekatkan the center of consumers (pusat-pusat
konsumen).
4. Hubungan antar pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat misalnya
kita lihat pembeli-pembeli pada warung-warung kopi mengadakan obrolan
yang intim sekali dengan pemiliknya.

Faktor-faktor kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran kecil ini ialah :
- Keahlian kurang
- Administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-
kadang habis dimakan.
- Pedagang kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.

Faktor-faktor yang mendorong majunya toko eceran


Banyak sekali faktor yang mendorong toko-toko eceran ke arah kemajuan,
antara lain :

- Lokasi/tempat toko eceran


Tempat yang strategis dari toko eceran ini sangat besar pengaruhnya kepada
kemajuan kelancaran penjualan barang pada toko tersebut. Apabila toko-toko
itu terletak pada tempat yang terpencil harganya akan lebih mahal
dibandingkan dengan toko-toko yang letaknya di daerah ramai, karena toko
eceran yang letaknya pada pusat keramaian kota akan lebih banyak
dikunjungi oleh para konsumen. Toko ini akan memiliki volume penjualan
lebih tinggi dibandingkan dengan toko-toko eceran yang letaknya jauh dari
pusat keramaian kota besar.
- Kelengkapan barang
Lengkapnya barang pada toko-toko eceran akan sangat menarik bagi
konsumen. Lengkap disini diartikan barang-barangnya komplit sesuai dengan
jenis barang yang diperdagangkan. Jika barang tidak lengkap, maka konsumen
akan mencarinya ke toko lain. Pada hati konsumen akan timbul anggapan
bahwa toko tidak lengkap akhirnya konsumen pindah menjadi langganan toko
lain tersebut.

-Ketepatan harta
Harga yang tepat sangat penting demi kemajuan toko eceran yang berada di
kota besar. Toko eceran yang menetapkan harga jual yang cukup murah, atau
harga pasti, harus selalu mencair informasi supaya harga yang ditetapkan
jangan terlalu tinggi dari pada harga saingan, dan ini harus benar-benar
diperhatikan oleh toko eceran tersebut, terutama untuk barang-barang yang
sangat terkenal. Bahkan ada toko-toko eceran yang menetapkan hara untuk
barang-barang yang dikenal umum di bawah harga pasar.

fungsi pedagang eceran sebagai berikut

 Menciptakan tersedianya pilihan barang atau jasa sesuai dengan yang


diinginkan konsumen;
 Memberikan penawaran produk atau jasa pelayanan dalam unit yang
cukup kecil, sehingga memungkinkan para konsumen untuk memenuhi
hebutuhannya;
 Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk; dan
 Mengadakan transaksi dengan para konsumennya.

Store retailer (pedagang eceran bertoko) di bagi lagi menjadi 8 kategori,


yakni :

1. Toko khusus, adalah toko yang mempunyai lini produk terbatas. Misal,
toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan lain-lain.
2. Toko serba ada (department store), adalah toko yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah. Bisasanya, setiap lini produk tersebut
ditempatkan di lokasi berbeda sesuai dengan lini produknya.
3. Pasar swalayan, adalah toko yang cukup besar. Toko ini menyediakan
makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barang-barang kosmetik,
hingga obat-obatan.
4. Toko super, toko kombinasi, dan toko hiper. Toko super adalah toko
yang lebih besar dari swalayan konvensional dengan ruang jual seluas
35.000 kaki persegi. Toko gabungan merupakan diversifikasi dari pasar
swalayan yang memasukkan produk obat-obatan dengan resep.
5. Toko kebutuhan sehari-hari, adalah toko kecil di dekat pemukiman
warga.
6. Toko pemberi potongan harga, adalah toko yang menjual barang-barang
standar dengan harga lebih rendah dari pada pedagang lainnya.
7. Toko gudang, adalah toko tanpa embel-embel diskon
8. Ruang pamer catalog (catalog showroom).

Nonstore retailer (pedagang eceran toko), dibagi menjadi empat


kategori, yaitu :

 Pemasaran langsung, yaitu suatu system pemasaran yang menggunakan


suatu metode iklan. Pemasaran ini terdiri dari personal selling,
telemarketing, direct mail marketing, catalog marketing, kios marketing,
dan online marketing.
 Penjualan otomatis (mesin penjaja otomatis), adalah suatu jenis
pedagang eceran tanpa toko, menggunakan mesin yang dioperasikan
dengan koin dalam melayani pembeli, dimana mesin tersebut
beroperasi secara otomatis.
 Pelayanan pembelian, yaitu suatu bentuk pedagang eceran yang
bertindak sebagai agen pembeli.

“ PEDAGANG KAKI LIMA “


Pedagang kaki lima ialah orang (pedagang-pedagang) golongan
ekonomi lemah, yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari, makanan atau
jasa dengan modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik
berjualan di tempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari
pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini
umumnya terletak ditrotoir, depan toko dan tepi jalan.
Adapun ciri-ciri pedagang kaki lima ialah :
a. Kegiatan usaha, tidak terorganisir secara baik
b. Tidak memiliki surat izin usaha
c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha
maupun jam kerja.
d. Bergerombol di trotoar, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-
pusat dimana banyak orang ramai.
e. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang
berlari mendekati konsumen.

Masalah pedagang kaki lima ini merupakan masalah yang tidak bisa
dilepaskan dari masalah ledakan penduduk dari suatu pertumbuhan
perkotaan, sebagian besar mereka tergolong dalam masyarakat dari lapisan
ekonomi yang rendah, dalam struktur ekonomi dan sosial Indonesia. Ciri khas
yang menonjol dari kelompok ini ialah ketidakteraturan mereka menjajakan
dagangannya, yang secara hukum sebenarnya melanggar ketentuan yang
berlaku.

Masalah pedagang kaki lima ini sudah diseminarkan di negara lain yang
diprakarsai oleh International Development, mengenai “hawkers and
vendors” = pedagang kaki lima (hawkers = penjaja, vendors = penjual
keliling), seperti diadakan di Malaysia, Philipina, Singapura dan Indonesia
Jakarta, Bandung).

Sesuai dengan perkembangan adanya era reformasi di Indonesia, maka


PKL bukan untuk dilarang, bukan untuk diusir, bahkan bukan untuk dijadikan
sapi perahan. Namun, lebih dari itu PKL adalah merupakan asset yang
potensial apabila dibina, ditata, dan dikembangkan status usahanya. Lebih
khusus dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi kota atau dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah.

PKL memiliki karakteristik pribadi wirausaha, antara lain mampu mencari


Dan menangkap peluang usaha, memiliki keuletan, percaya diri dan kreatif,
serta inovatif.

PKL mempunyai potensi yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai
berikut :
a. PKL tidak dapat dipisahkan dari unsur budaya dan eksistensinya tidak
dapat dihapuskan.
b. PKL dapat dipakai sebagai penghias kota apabila ditata dengan baik
c. PKL menyimpan potensi pariwisata
d. PKL dapat menjadi pembentuk estetika kota bila didisain dengan baik

PKL keberadaannya memang selalu dipermasalahkan oleh pemerintah daerah


karena ada beberapa alasan, yaitu diantaranya:

1. Penggunaan ruang publik oleh PKL bukan untuk fungsi semestinya


karena dapat membahayakan orang lain maupun PKL itu sendiri.
2. PKL membuat tata ruang kota menjadi kacau.
3. Keberadaan PKL tidak sesuai dengan visi kota yaitu yang sebagian besar
menekankan aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan kota.
4. Pencemaran lingkungan yang sering dilakukan oleh PKL.
5. PKL menyebabkan kerawanan sosial.

Dampak Positif Pedagang Kaki Lima


Ditinjau dari sisi positifnya, sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL)
merupakan sabuk penyelamat yang menampung kelebihan tenaga kerja yang
tidak tertampung dalam sektor formal (Usman, 2006:50), sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Kehadiran PKL di ruang kota juga dapat
meningkatkan vitalitas bagi kawasan yang ditempatinya serta
berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pelayanan kota yang
satu dengan yang lainnya. Selain itu, PKL juga memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi PKL, sehingga mereka
mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk mendapatkan barang yang
mereka butuhkan
Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL memiliki harga
yang relatif terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah
masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.
Keberadaan PKL bisa menjadi potensi pariwisata yang cukup menjanjikan,
sehingga keberadaan PKL banyak menjamur di sudut-sudut kota. Dampak
positif lainnya terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi, karena sektor
informal memiliki karakteristik efesien dan ekonomis. Hal tersebut menurut
Sethurahman selaku koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan
ILO di 8 negara berkembang, karena kemampuan menciptakan surplus bagi
investasi dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
dikarenakan usaha-usaha sektor informal bersifat subsisten dn modal yang
digunakan kebanyakan berasal dari usaha sendiri. Modal ini sama sekali tidak
menghabiskan sumber daya ekonomi yang besar.

Dampak Negatif Pedagang Kaki Lima


Sisi Negatif, karakteristik PKL yang menggunakan ruang untuk
kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar untuk melakukan
aktivitasnya yang mengakibatkan tidak berfungsinya sarana-sarana
kepentingan umum. Tidak tertampungnya kegiatan PKL di ruang perkotaan,
menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan tradisional berbaur
menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang kontras. Bangunan
moderen nan megah berdampingan dengan bangunan sederhana bahkan
cenderung kumuh. Perlu adanya upaya yang terpadu dari pihak terkait untuk
menertibkan Pedagang Kaki Lima ini sebagai upaya untuk mengembalikan
fungsi ruang publik sesuai peruntukkannya.
Hal tersebut berakibatkan penurunan kualitas ruang kota ditunjukkan
oleh semakin tidak terkendalinya perkembangan PKL sehingga seolah-olah
smua lahan kosong yang strategis maupun tempat-tempat yang strategis
merupakan hak PKL. Pkl mengambil ruang dimana-mana tidak hanya ruang
kosong atau terabaikan , tetapi juga pada ruang yang jelas peruntukkannya
secara formal. PKL secara ilegal berjualan hampir di seleruh jalur pedestrian,
ruang terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena
aksesbilitasnya yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan
konsumen juga. Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadi mati
oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan PKL tersebut.
Keberadaan PKL yang tidak terkendali mengakibatkan pejalan kaki berdesak-
desakkan, sehingga dapat menimbulkan tindak kriminal (pencopetan).
Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang
cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko.
Selain itu, pada beberapa tempat keberadaan PKL mengganggu para
pengendara kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penataan atau penertiban
PKL adalah kembalinya PKL yang sudah direlokasi ke tempat semula yang
ditertibkan. PKL yang mendatangi kembali lokasi yang sudah ditertibkan
tersebut terdiri dari PKL lama yang dulu ditertibkan dan PKL baru yang
memilih lokasi tersebut dalam melaksanakan aktivitasnya.
Fenomena menjamurnya Pedagang Kaki Lima terutama dikota-kota besar
terjadi karena :
ü Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia berdampak pada banyak
perusahaan tidak beroperasi lagi seperti sedia kala oleh karena
ketidakmampuan perusahaan menutupi biaya operasionalnya sehingga
timbul kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini juga memberi
kontribusi terhadap peningkatan jumlah pengangguran yang umumnya
bermukim di wilayah perkotaan. Demi mempertahankan hidup, orang-orang
yang tidak tertampung dalam sektor formal maupun yang terkena dampak
PHK tersebut kemudian masuk ke dalam sektor salah satunya adalah menjadi
pedagang Kaki Lima .
ü Perencanaan ruang tata kota yang hanya terfokus pada ruang-ruang formal
saja yang menampung kegiatan formal. Seiring dengan berjalannya waktu,
keberadaan ruang-ruang fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan
informal kota salah satunya di sektor perdagangan, yaitu Pedagang Kaki Lima
(PKL) sebagai kegiatan pendukung (activity support).
ü Pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Indonesia lebih banyak
disebabkan adanya arus urbanisasi dan pembengkakan kota. Keadaan
semacam ini menyebabkan kebutuhan lapangan kerja di perkotaan semakin
tinggi. Seiring dengan hal tersebut, ternyata sektor formal tidak mampu
menyerap seluruh pertambahan angkatan kerja. Akibatnya terjadi kelebihan
tenaga kerja yang tidak tertampung, mengalir dan mempercepat tumbuhnya
sektor informal. Salah satu bentuk perdagangan informal yang penting adalah
Pedagang Kaki Lima.

Persepsi Masyarakat terhadap PKL

Responden yang diperoleh dari wawancara menyatakan pendapat yang


berbeda-beda. Diantaranya, ada masyarakat yang beranggapan bahwa
keberadaan PKL di perkotaan bisa kita katakan tidak teratur, umunya mereka
tidak tertib dan jorok karena mereka berjualan di trotoar jalan, di taman-
taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan dibadan jalan,sehingga
menjadi/ penyebab kemacetan lalu lintas atau pun merusak keindahan kota.

Peranan pedagang kaki lima dalam perekonomian antara lain:

· Dapat menyebarluaskan hasil produksi tertentu.


· Mempersepat proses kegiatan produksi karena barang yang dijual
cepat laku.
· Membantu masyarakat ekonomi lemah dalam pemenuhan kebutuhan
dengan harga yang relative murah.
· Mengurangi pengangguran.Kelemahan pedagang kaki lima adalah:
· Menimbulkan keruwetan dan kesemprawutan lalu lintas.
· Mengurangi keindahan dan kebersihan kota/wilayah.
· Mendorong meningkatnya urbanisasi.
Kesimpulan

1. Pemerintah menghadapai suatu tantangan besar untuk mampu membuat


kebijakan yang tepat untuk menangani masalah Pedagang Kaki Lima atau
yang lebih kita kenal dengan nama PKL. Pemerintah dalam hal ini belum
mampu menemukan solusi untuk menghasilkan kebijakan pengelolaan PKL
yang bersifat manusiawi dan sekaligus efektif.
2. PKL yang dianggap illegal, mengganggu ketertiban kota dan alasan –
alasan lain yang mengharuskan pemerintah membuat suatu kebijakan
melarang keberadaan PKL. Tetapi sebaiknya pemerintah tidak melihat PKL
dari satu sisi saja, PKL juga telah memaikan peran sebagai pelaku shadow
economy. PKL perlu diberdayakan guna memberikan kesejahteraan yang
merata bagi masyarakat. PKL merupakan sebuah wujud kreatifitas
masyarakat yang kurang mendapatkan arahan dari pemerintah. Oleh karena
itu pemerintah perlu memberikan arahan pada mereka, sehingga PKL dapat
melangsungkan usahanya tanpa menimbulkan kerugian pada eleman
masyarakat yang lainnya.
3. Melalui Peraturan Daerah yang jelas dan akuntabel maka permasalahan
sosial seperti PKL dapat dihindarkan. Dengan adanya kebijakan – kebijakan
alternatif yang baik untuk masyarakat (PKL) serta ruang partisipasi yang
dibuka seluas – luasnya d, maka akan menimbulkan sinergi yang baik antara
pemerintah dengan PKL dalam menghasilkan ataupun melaksanakan sebuah
kebijakan. Jadi sebetulnya apapun kebijakan yang dibuat pemerintah, yang
paling penting dan mendasar adalah mengenai kesejahtraan rakyat
sebagaimana amanat Undang – Undang Dasar 1945 bahwa negara
berkepentingan untuk mensejahtrakan rakyat yang dalam hal ini diwakilkan
kepada pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai