Kelompok 2 Mata Kuliah Bisnis Ritel, Pembimbing : Afif Ulinuha, S.Kom, MBA
Muhammad Iqbal Ramadhan, Muh. Arif Ma’ruf, Muhammad Fakhrurrazi Firdaus, Muhammad Amir Mahfudz,
Muhammad Albyan, Nadyya Marthiana, Muhammad Rizal Pathurrohman, Muhammad Rifqi Muzzaki, Nabilah
Anindya Sagita, Nawaz Zoel Akbar Ma’asy
Istilah lain yang lebih sederhana dapat juga disebut sebagai penjual eceran. Beberapa
contoh bisnis ritel diantaranya seperti toko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari termasuk
kedalamnya juga minimarket serta swalayan dan bisnis yang menawarkan beragam jasa.
3. Jenis-jenis Bisnis Ritel
Pelaku usaha ritel yang cukup banyak jumlahnya diklasifikasikan kedalam
beberapa jenis yang dibedakan besar kecinya usaha, cara pemasaran, bentuk kepemilikan,
dan berdasarkan barang yang dijual. Berikut jenis-jenis dari bisnis ritel.
a. Bisnis Ritel Skala Besar dan Kecil
Sesuai namanya retailer besar ini memiliki usaha yang besar dan sanggup
melayani konsumen yang banyak. Bentuk fisik bangunan yang dignakan untuk
usahanya pun rata-rata cukup luas sehingga dapat menampung barang dagangan
dengan jumlah yang banyak. Contohnya seperti yang sudah beberapa disebut tadi
yakni minimarket, swalayan, supermarket, hypermart, departemen store, dan lain
sebagainya. Kebalikan dari sebelumnya, retailer kecil cakupan usahanya pun
terbatas untuk melayani konsumen disekitarnya saja sehingga tidak bisa
dibandingkan dengan usaha ritel besar. Contohnya seperti warung sehari-hari,
warung makanan dan minuman, termasuk juga para pedagang yang menjajakan
jualannya secara keliling.
d. Permintaan Hak : Permintaan hak adalah upaya peritel memasuki pasar luar melalui
permintaan hak pada peritel lokal dalam hal pengendalian dan pengoperasian ritel, dalam
upaya ini peritel menawarkan risiko terkecil dan membutuhkan investasi paling sedikit.
Carrefour merupakan Perusahaan Ritel besar yang telah dikenal diberbagai belahan dunia
seperti Brazil, Singapura, China, polandia, Turki, Collombia, Italia, Yunani dan termasuk
Indonesia. Seperti yang telah di sampaikan di atas mengenai perkembangannya di Indonesia, hal
ini menarik perhatian dari kami untuk bisa menganalisis mengenai Pendekatan apa yang
dilakukan oleh PT. Carrefour untuk bisa masuk di pasar ritel indosesia. Di tinjau dari
perkembangan saat pertama kali untuk masuk ke pasar indonesia serta melihat dari segi
kepemilikan asset finansial, di dapatlah 3 fase pendekatan yang dilakukan PT. Carrefour sebagai
berikut :
1. Fase 1998
Carrefour mulai merambah bisnis ritel di indonesia dimulai pada Oktober 1998, dengan
membuka unit di Cempaka putih, dengan menggunakan sistem franchise atau dengan pendekatan
investasi langsung. Dilansir Tribun-Timur.com- carrefour hadir di inonesia sejak tahun 1996
kemudian membuka gerai pertamanya pada oktober 1998.
Pada 21 Januari 2008, carrefour resmi mengakuisisi PT. Alfa Retailindo, dilansir
detikfinance- Pada Awal tahun 2008 carrefour resmi membeli 75% atau 351.019.450 saham Alfa
dari Prime Horizon Pte Ltd dan PT. Sigmantara Alfaindo. Crrefour membeli saham publik
seharga Rp 2300 per lembar saham. Yanng membuat pangsa pasar Carrefour naik dari 14,5%
sebelum akuisisi dan setelah akuisisi menjadi 17% persen. Dilansir Kompas.com, carrefour
menjadi market Leader (pemimpin pasar) setelah mengkuisisi PT.Alfa Retailindo, berdasarkan
riset Nielsen pangsa pasar carrefour dalam ritel modern sebelum akuisisi hanya sebesar 14,5
persen dan naik menjadi 17 persen setelah akuisisi Alfa.
2. Fase 2010
Berawal dari kedatangan yang dilakukan oleh pihak Carrefour ke Chairul Tanjung Corp. dengan
menggunakan jasa konsultan untuk mencari mitra bisnis potensial Indonesia yang pada waktu
itu masih menggunakan nama Para Group termasuk dalam jajaran pilihan dari berbagai
perusahaan yang ada di Indonesia. Dengan melakukan penyaringan di berbagai sudut ternyata
Para Group yang keluar sebagai pemenangnya.
MoU yang diteken di prancis pada 12 Maret 2010 berhasil di setujui dan melakukan
penggabungan Strategis dan akuisisi pada 16 April 2010 dengan pembelian total saham 40% atau
senilai $300 juta, Pemegang saham lain adalah Carrefour SA 39 persen, Carrefour Nederland BV
9,5 persen, dan Onesia BV 11,5 persen untuk selanjutnya merubah nama menjadi PT. Trans Ritel
Indonesia. Mengapa dikatakan sebagai penggabungan Strategis karena pada saat itu posisi Para
Group sebagai perusahaan mandiri dan membeli saham Carrefour sebesar 40% untuk di akuisisi
sekaligus mengganti nama perusahaan menjadi PT. Trans Ritel Indonesia.
3. Fase 2012
Tidak berselang lama sekitar 2 tahun 6 bulan, yaitu pada tanggal 20 November 2012 PT. Trans
Ritel Indonesia menggenapkan akuisisi 100% atas Carrefour dengan nilai $750 Juta Saat itu
disebut-sebut sebagai akuisisi terbesar bidang ritel di Indonesia. Harga yang pantas untuk sebuah
perusahaan dengan omzet Rp13,75 triliun di 2011. Ini menandakan bahwa bisnis ritel yang
dijalankan oleh Chairul Tanjung memiliki peranan yang besar sehingga di percaya seutuhnya
untuk dikelola.
Namun, hingga saat ini penggunaan nama di beberapa gerai masih terdapat Carrefour, ini
dikarenakan kerja sama franchise penggunaan nama Carrefour berlaku sejak awal 2013 dan
berakhir pada 2018. Trans Retail masih punya hak untuk memperpanjang lagi sejak 2018 hingga
lima tahun ke depan hingga 2022. “Soal masih ada nama Carrefour, kita membayar franchise
kepada mereka,” kata Satria kepada Tirto di gerai Transmart Carrefour Pasaraya Blok M.
seperti yang dikatakan Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali melihat
strategi CT melalui Trans Retail, bagian dari strategi co-branding dalam dunia bisnis. Strategi
agar merek yang sudah kuat bisa mengungkit nama merek baru yang akan dipakai. Positifnya,
pemilik merek yang kuat terutama merek global akan menjaga nama baik mereknya agar tak
dirugikan dengan mitranya.
8. Daftar Pustaka
https://tirto.id/kenapa-chairul-tanjung-masih-pakai-nama-carrefour-di-transmart-cBBZ
https://infopeluangusaha.org/pengertian-bisnis-ritel-jenis-serta-contohnya/
http://carrefourindonesia1991.blogspot.com/2013/01/sejarah-carrefour-indonesia.html?m=1