Anda di halaman 1dari 16

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

1.1 latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan masalah

Bab II Pembahasan

2.1 Retailing

2.2 Private Label

2.3 Wholesale

2.4 Market Logistic

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini konsumen dapat membeli barang dan jasa dari berbagai jenis organisasi eceran yang
ada. Banyak usaha eceran dapat di temui di setiap lingkungan pasar, baik yang eceran maupun non
eceran. Dalam usaha eceran terdapat empat tingkatan layanan yang dapat di tawarkan oleh pengecer
kepada konsumen berupa swalayan (self service), swa pilih (self selection), layanan terbatas (limited
service), dan layanan lengkap (full service).

Sedangkan Perdagangan Besar meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau
jasa kepada orang-orang yang membelinya untuk dijual kembali atau untuk penggunaan bisnis. Terdapat
jenis-jenis perdagangan besar, seperti Pedagang Besar Niaga, Pialang dan Agen, Cabang dan Kantor
Produsen, serta Pedagang Besar lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari retailing ?

2. Apa fungsi dan karakteristik dari retailing?

3. Berapakah jenis - jenis utama retailing?

4. Apa pengertian dari private label?

5. Apa saja kategori private label?

6. Apa dimensi dari private label?

7. Apa pengertian wholesale?

8. Apa saja fungsi wholesale?

9. Apa pengertian market logistic

10. Bagaimana sistem logistic terintegrasi?

11. Apa tujuan market logistic?

12. Apa saja keputusan logistic pasar?

1.3 Tujuan Masalah

- Untuk mengetahui pengertian reatailing

- Untuk mengetahui fungsi fungsi dan karakteristik retailing

- Untuk mengetahui jenis-jenis uatama retailing

- Untuk mengetahui pengertian dari private label

- Untuk mengetahui kategori private label

- Untuk mengetahui dimensi dari private label

- Untuk mengetahui pengertian dari whosale

- Untuk mengatahui fungsi whosale

- Untuk mengetahui pengertian market logistic


- Untuk mengetahui sistem logistic terintegrasi

- Untuk mengetahu tujuan market logistic

- Untuk mengetahui keputusan logistic pasar

Bab II

Pembahasan

2.1 Retailing

A. Pengertian Retailing

Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas konsumen. Retail berasal dari bahasa
Perancis diambil dari kata retailer yang berarti memotong menjadi kecil.

Berikut definisi retailing menurut beberapa ahli:

Levy dan Weitz, Retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan
jasa yang dijual kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga. Jadi konsumen yang
menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen akhir yang membeli produk atau dikonsumsi sendiri.

Berman Dan Evans, Retailing merupakan suatu usaha bisnis yang berusaha memasarkan barang dan jasa
kepada konsumen akhir yang menggunakannya untuk keperluan pribadi dan rumah tangga. Produk yang
dijual dalam usaha retailing adalah barang, jasa maupun gabungan dari keduanya.

Kotler, Retailing adalah penjualan eceran meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang
atau jasa pada konsumen akhir untuk dipergunakan yang sifatnya pribadi, bukan bisnis.

B. Fungsi dan Karakteristis Retailing

Menurut Berman dan Evans, karakteristik retailing ada tiga yaitu :

Small Average Sale : tingkat penjualan retailing pada toko tersebut pada toko tersebut relatif kecil,
dikarenakan targetnya merupakan konsumen akhir yang membeli dalam jumlah kecil.

Impulse Purchase : Pembelian yang terjadi dalam retailing sebagian besar merupakan pembelian yang
tidak direncanakan. Hal ini yang harus dicermati pengecer, yaitu bagaimana mencari strategi yang tepat
untuk memaksimalkan pembelian untuk mengoptimalkan pendapatan.

Popularity of stores : Keberhasilan dari retailing sangat tergantung akan popularitas dan image dari toko
atau perusahaan. Semakin terkenal toko atau perusahaan maka semakin tinggi tingkat penjualan yang
pada akhirnya berdampak pada pendapatan.

Pada dasarnya retailing mencakup kegiatan :


1. Menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen akhir

2. Menjual dengan harga yang pantas

3. Menyampaikannya kepada konsumen

4. Meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijual mampu memenuhi kebutuhan konsumen.

Menurut Wiliam R.Davidson, secara spesifik fungsi retailing yang ada 3 yaitu :

Menciptakan penggolongan barang dan jasa untuk mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan
konsumen.

Menawarkan barang dan jasa dengan jumlah yang kecil sehingga dapat dijangkau oleh konsumen,
maupun kebutuhan keluarga.

Menawarkan pertukarang barang yang mempunyai keunggulan adalah hal:

a) Transaksi yang efisien

b) Lokasi dan waktu yang pasti terjamin

c) Informasi yang berguna dalam menentukan pilihan

d) Harga yang bersaing

Seorang pengecer berusaha memuasakan pemasok dengan cara membeli beberapa jenis produk
mereka yang jumlahnya terbatas akan tetapi dalam jumah yang lebih besar. Pengecer memuaskan
konsumen mereka dengan cara menawarkan berbagai macam jenis barang dan jasa, yang dikumpulkan
dari sejumlah sumber, kemudian dijual dalam jumlah yang kecil-kecil.

C. Jenis retailing

Kotler mengklasifikasikan pengecer berdasarkan produk yang dijual :

1) Pengecer Toko (Store Retailing)

a) Specialty Store (Toko Khusus) Adalah toko spesial yang menjual produk dengan suatu ragam barang
tertentu. Dalam hal ini, retailer mencoba untuk melayani konsumen dari satu atau sejumlah kecil
segmen pasar dengan cara menyediakan produk-produk khusus. Pada umumnya volumenya tidak terlalu
besar, milik pribadi, dan badan hukumnya berbentuk usaha perorangan, firma atau CV. Toko khusus
dapat diklasifikasikan lagi menurut tingkat kekhususan lini produknya. Toko pakaian merupakan toko lini
tunggal; toko pakaian pria merupakan toko sangat khusus. Sebagai contoh toko khusus yaitu AGIS (PT
Artha Graha Investama Sentral) sebagai salah satu retail yang mengkhususkan menjual barang-barang
elektronik dan toko roti Dea Bakery yang hanya menjual roti. Specialty Store bervariasi menurut :

(1) Tipe, pilihan, dan mutu produk

(2) Harga

(3) Ukuran, lokasi toko

b) Toko Serba Ada (Department Store)

Adalah lembaga eceran yang menawarkan berbagai macam lini produk dengan mutu pilihan. Biasanya
toko seperti ini mempunyai volume usaha yang besar, kondisi keuangannya lebih kuat, dan badan
hukumnya berbentuk perseroan terbatas atau paling tidak berbentuk CV. Misalnya Ramayana dan
Sarinah. Ada dua macam department store retailing, yaitu:

(1) Line Department Store Menawarkan sejumlah besar jenis barang dagangan.

(2) Limited Line Department Store Menawarkan beberapa macam barang, pada umumnya barang-
barang lunak seperti pakaian, handuk, sprei dengan model dan harga yang mahal.

c) Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store)

Adalah toko yang relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman atau di jalur high traffic, memiliki jam
buka yang panjang (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu, dengan tingkat perputaran yang tinggi
dan menjual lini produk convenience yang terbatas seperti minuman, makanan ringan, permen, rokok,
Jam buka yang panjang dan karena konsumen hanya membeli di toko ini hanya sebagai pelengkap
menyebabkan toko ini menjadi suatu operasi dengan harga tinggi.

d) Pasar Swalayan (Supermarket)

Adalah toko dengan operasi relatif besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi. Swalayan
dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti produk-produk bahan makanan, daging,
ikan segar, sayur, buah-buahan, minuman kaleng, cucian, dan produk perawatan rumah tangga. Kini
banyak supermarket yang melengkapi tawarannya dengan barang-barang non food seperti deterjen,
sabun mandi, sendok dan garpu..

e) Toko Diskon (Discount Store)


Adalah toko yang menjual secara reguler barang-barang standar dengan harga lebih murah karena
mengambil marjin yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi. Umumnya menjual
merek nasional, bukan barang bermutu rendah. Saat ini pengecer diskon telah bergerak dari barang
dagangan umum ke khusus, seperti toko diskon alat-alat olahraga, toko elektronik, dan toko buku.

f) Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailers)

Adalah pengecer yang membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan
harga pada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Mereka cenderung menjual persediaan
barang dagangan yang berubah-ubah dan tidak stabil sering merupakan sisa, tidak laku, dan cacat yang
diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau pengecer lainnya. Pengecer potongan harga
telah berkembang pesat dalam bidang pakaian, aksesoris, dan perlengkapan kaki.

Ada tiga jenis utama pengecer potongan harga yaitu:

(1) Toko Pabrik (Factory Outlet) Toko yang dimiliki dan dioperasikan oleh produsen dan biasanya
menjual barang yang berlebih, tidak diproduksi lagi dan tidak reguler.

(2) Pengecer Potongan Harga Independen (Independent OffPrice Retailer) Toko yang dimiliki dan
dijalankan oleh pengusaha atau divisi dari perusahaan pengecer besar.

(3) Klub Gudang/Klub Grosir Toko yang menjual pilihan terbatas dari produk makanan bermerek,
perlengkapan rumah tangga, pakaian dan bermacam produk lain dengan diskon besar bagi anggota yang
membayar iuran tahunan

g) Toko Super (Superstore)

Adalah kombinasi dari supermarket dan discount store (toko yang menyediakan sejumlah besar barang
(full line product) dengan harga murah. Toko Super rata-rata memiliki ruang jual 35.000 kaki persegi dan
bertujuan memenuhi semua kebutuhan konsumen untuk pembelian makanan maupun bukan makanan
secara rutin. Mereka biasanya menawarkan pelayanan seperti cucian, membersihkan, perbaikan sepatu,
penguangan cek, dan pembayaran tagihan, serta makan siang murah.

(1) Toko Kombinasi (Combination Store)

Toko kombinasi merupakan diversifikasi usaha pasar swalayan ke bidang obat-obatan, dengan luas
ruang jual sekitar 55.000 kaki persegi. Masuk dalam kelompok ini mulai dari yang konvensional seperti
Naga SM dan Bilka hingga yang lebih modern dan besar.

(2) Hypermarket
Adalah toko yang lebih luas dari supermarket dengan ukuran berkisar antara 80.000 sampai 220.000
kaki persegi. Pasar ini tidak menjual barang-barang yang rutin dibeli tetapi juga meliputi mebel, perkakas
besar dan kecil, pakaian dan banyak jenis lainnya. Contoh: Carrefour dan Mega M.

h) Ruang Pamer Katalog (Catalog Show-Room)

Adalah toko yang menjual cukup banyak pilihan produk-produk dengan marjin tinggi, perputarannya
cepat, bermerek dengan harga diskon. Produk-produk yang dijual meliputi perhiasan, alatalat
pertukangan, perkakas kecil, mainan dan alat-alat olahraga. Menurut KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha) terdapat tambahan dua kategori lagi, yaitu:

(a) MOM & POP Store

Yaitu toko berukuran relatif kecil yang dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan
pokok/kebutuhan sehari-hari yang terletak di daerah perumahan atau pemukiman. Jenis toko ini dikenal
sebagai toko kelontong.

(b) Mini market

Yaitu toko berukuran relatif kecil yang merupakan pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana
pengelolaannya lebih modern, dengan jenis barang dagangan lebih banyak. Misalnya Indomaret. Store
Retailing juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah pelayanan yang ditawarkan (amount of services)
yaitu:

(a) Swalayan (Self Service Retailing) Pelanggan melakukan sendiri proses

menemukan,membandingkan dan memilih barang yang akan dibeli.

(b) Swapilih (Self Selection Retailing) Kategori ini pelayan dilibatkan dalam proses menemukan suatu
barang, meskipun pelayan tidak melakukan pelayanan secara penuh.

(c) Pelayanan Terbatas (Limited Services Retailing) Kategori ini lebih banyak

memberikan bantuan penjualan, karena para pengecer jenis ini mempunyai

lebih banyak informasi.

(d) Pelayanan Penuh (Full Service Retailing) Memberikan pelayanan penuh

kepada konsumen. Pramuniaga siap membantu setiap proses menemukan,

membandingkan dan memilih produk yang akan dibeli.

2) Penjualan Eceran Bukan Toko (Non-Store Retailing)

a) Penjualan Langsung (Direct Selling)


Merupakan bentuk penjualan yang telah ada dari berabad-abad yang lalu dimulai dari
pedagang keliling yang berkembang menjadi industri yang menjual produknya dari rumah ke
rumah dan dari kantor ke kantor. Terdapat 3 jenis utama penjualan langsung, yaitu:

(1) Penjualan Satu-satu (One to One selling) Yaitu bentuk penjualan dimana wiraniaga
mengunjungi dan mencoba menjual produk kesatu pembeli potensial.

(2) Penjualan Satu ke Banyak (One to Many Selling) Seorang wiraniaga datang ke rumah seseorang yang
mengundang teman dan tetangganya ke satu acara demo promosi.Wiraniaga kemudian
mendemonstrasikan produk itu kepada konsumen. Jika ada konsumen yang tertarik maka wiraniaga
siap menerima pesanan.

(3) Pemasaran Bertingkat (Multi Level Marketing) Merupakan salah satu bentuk variasi penjualan
langsung dimana perusahaan merekrut para usahawan independen yang bertindak sebagai distributor
produk mereka. Para distributor itu seakan merekrut orang lain lagi untuk menjual produk mereka,
biasanya ke rumah pelanggan.

b) Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran ini berawal dari penawaran lewat surat dan katalog. Seiring perkembangan zaman,
pemasaran ini sekarang mencakup berbagai cara untuk menjangkau orang. Termasuk didalamnya
pemasaran lewat telepon (telemarketing), pemasaran tanggapan langsung lewat televisi (progam home
shopping), dan belanja barang elektronik.

c) Mesin penjual otomatis (Automatic Vending)

Perkembangan teknologi berdampak pula pada perkembangan pemasaran. hal ini dibuktikan dengan
munculnya suatu alat penjual otomatis, dimana tidak memerlukan adanya wiraniaga dalam
pengoperasiannya. Biasanya alat ini diletakkan di tempat strategis yang sering dilewati banyak orang.

d) Jasa Pembelian (Buying Services)

Merupakan suatu pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, biasanya karyawan organisasi-
organisasi besar (contoh : sekolah, rumah sakit). Para anggota organisasi menjadi anggota jasa pembeli
dan berhak membeli dari suatu daftar pengecer terpilih yang telah setuju memberikan bagi anggota jasa
pembelian.

3) Organisasi Pengecer (Retailer Organization)

a) Jaringan Sukarela (Voluntary Cooperatif)

Adalah kelompok pengecer independen yang didukung oleh suatu pedagang besar, yang melakukan
pembelian borongan dan perdagangan umum.
b) Koperasi Pengecer (Retailing Cooperatif)

Adalah pengecer-pengecer independen yang membentuk organisasi pembelian terpusat dan melakukan
promosi bersama.

c) Koperasi Konsumen (Consumer Cooperatif)

Adalah suatu toko yang dikelola dan dimiliki oleh konsumen yang membentuk suatu komunitas.

d) Organisasi Waralaba (Franchise Organization)

Adalah suatu organisasi yang membeli hak untuk mengoperasikan dan memiliki suatu aktivitas bisnis.

e) Konglomerat Perdagangan (Merchandising Conglomerate)

Perusahaan yang berbentuk bebas yang menggabungkan beberapa lini dan bentuk eceran yang
berbeda-beda di bawah kepemilikan yang terpusat serta menyatukan fungsi distribusi dan manajemen.

f) Jaringan Toko Koperasi (Corporate Chain Store) Adalah dua atau lebih toko yang umumnya dimiliki
dan dikontrol, mengerjakan pembelian dan perdagangan yang terpusat dan menjual lini perdagangan
yang sama

Menurut bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke dalam dua kategori sebagai berikut:

a) Independent Store

Yaitu toko yang tidak dimiliki oleh sekelompok orang, melainkan milik pribadi seseorang yang juga
merupakan pimpinan dari toko tersebut. Dalam kategori ini, pengusaha lebih bebas dalam menentukan
kebijaksanaan dan strategi pemasarannya.

b) Corporate Chain Store

Yaitu beberapa toko berada di bawah satu organisasi dan dimiliki oleh sekelompok orang. Masing-
masing toko menjual lini produk sama dan struktur distribusinya juga sama.

2.2 Privat Label

A. Pengertian Private label

1. Baltas, 1997 dalam Ramakrishnan, M; Ravindran, Sudharani (2012) menyatakan bahwa mereka
private label adalah merek yang dimiliki, dikuasai, dan dijual secara eksklusif oleh pengecer. Konsep
merek private label dipopulerkan oleh jaringan supermarket perusahaan besar yang memperluas bisnis
private label mereka dengan mengorbankan beberapa merek nasional sangat di iklankan (Stern, 1966).
Jurnal A study On the Consumer Perception towards Private Label Brands With Special Reference to Big
Bazaar, Coimbatore, Tamil, Nadu.

2. Sedangkan menurut (Susanti, 2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa private label adalah
merek yang dimiliki oleh pengecer atau peretail. Private label diperkirakan akan terus berkembang
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan margin usaha ritel modern. Pelanggan dibagi
menjadi segmen yang berbeda, segmen yang berfokus pada merek dan segmen yang mengutamakan
faktor harga.

Menurut (Tjandrasa, 2006) dalam penelitiannya menyatakan konsep private label sebenarnya adalah

pengembangan dari konsep merek. Definisi sederhana dari private label adalah produk yang dijual di

sebuah toko.

1. Dibuat khusus oleh toko atau peritel tersebut. Private label dikenal juga sebagai store brand, strategi
private label ini lazimnya dilakukan oleh jaringan peritel modern.

2. Hadi menyatakan berdasarkan definisi dari para ahli, bahwa yang dimaksud dengan private label
brands adalah merek utama pada suatu alat sebagai identitas perusahaan dan kualitas, serta dilihat
sebagai sumber penting dari profitabilitas perusahaan. Private label brands juga didefinisikan sebagai
strategi merek yang dikelola distributor untuk mengembangkan usahanya.

3. Lincoln dan Thomassen mendefinisikan private label hanya sebagai, merek yang dimiliki dan dijual
oleh pengecer dan didistribusikan oleh pengecer. Juga sebagai praktek pengembangan private label
meningkat selama bertahun-tahun, akademisi mulai menyelidiki aspek yang berbeda dari efektivitas dari
rantai pasokan, perusahaan dan konsumen perspektif.

4. Private label adalah barang-barang dagangan yang menggunakan nama merek distributor atau
peritail atau nama merek yang diciptakan eksklusif untuk distributor atau peritail.

5. Menurut Harcar, Kara, dan Kucukemiroglu, store brand atau private label adalah barang-barang
dagangan yang menggunakan nama merek distributor atau peritel atau nama merek yang diciptakan
eksklusif untuk distributor atau peritel. Private label dibuat oleh perusahaan pemasok yang telah terikat
kontrak dengan peritel.

Persepsi konsumen terhadap private label telah berubah dimana pengecer telah mereposisi mereka dari
waktu ke waktu. Pengurangan kesenjangan antara label sendiri dan merek nasional dari segi harga dan
kualitas, bersama-sama dengan promosi meningkatnya nama pengecer dan merek mereka sendiri, telah
mengubah persepsi konsumen terhadap label sendiri dan mengurangi risiko yang dirasakan terkait
dengan pembelian mereka (McGoldrick 1984).

B. Penamaan merek pada produk private label dapat dikategorikan menjadi :

1. Store brands, menggunakan nama peritel pada kemasan produk private label.

2. Strore Sub-brands, mengggunakan merek yang berisikan nama, nama peritel dan nama produk.
3. Umbrella brands, produk private label yang diberi merek independen, tidak ada kaitan dengan
nama peritel. Umbrella brand digunakan untuk produk dengan kategori yang berbeda.

4. Individual brands, nama merek yang digunakan hanya untuk kategori produk.

5. Exclusive brands, nama merek yang digunakan untuk satu kategori yang sama. Namun produk ini
mempromosikan value added. private label merupakan suatu nama yang diberikan kepada retailer
kepada merek produk yang dipasarkan sehingga merek tersebut dijadikan suatu strategi khusus untuk
menjual produk mereka ke konsumen.

C. Dimensi Private Label

Menurut Lincoln & Lincoln dimensi private label brands, yaitu :

1. Kualitas produk

Kualitas produk private label brands seharusnya tidak kalah dari kualitas yang dimiliki existing brands.
Jika tidak konsumen hanya akan mencoba dan akan beralih kembali ke existing brands.

2. Harga

Private label brands seharusnya menetapkan harga dibawah existing brand dan market leader. Jika
tidak, sulit bagi target pasar untuk mencoba menggunakan merek-merek private label brands ini.

3. Presentasi

Ketersediaan produk provate label brands di shelving haruslah terjaga dengan baik. Pihak pemilik private
label brands harus memastikan kepada supplier, agar merek ini tersedia dengan harga yang tetap di
bawah existing brands.

4. Promotion in store

Promosi yang dilakukan oleh private label brands berbeda dengab yang dilakukan oleh existing
brand. Perbedaan ini karena tujuan utama dari private label brands adalah untuk mengarahkan
konsumen beralih ke merek-merek pribadi milik retailer.

5. Kemasan

Kemasan yang menarik memiliki dua aspek pertimbangan, yaitu kepraktisan teknis dan daya tarik visual
dari kemasan itu.

2.3 Wholesale

A. Pengertian wholesaleWhosale segala kegiatan menjual produk dalam kuantitas yang besar kepada
pembeli non-konsumen akhir tujuan dijual digunakan untuk keperluan bisnis. Perusahaan yang
melaksanakan kegiatan disebut juga whosaler (distributor, jobber). Meskipun begitu produsen yang
kegiatan wholesaling tidak serta merta dapat disebut sebagai whosaler. Namun apabila branch
warehouse didirikan dilokasi-lokasi terpisah, maka dapat diklasifikasikan sebagai whosaler. Pedagang
grosir (whosaer ) masih penting keberadaannya bagi produsen karena beberapa alasan. Alasan tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Para produsen kecil yang sumber keuangannya terbatas tidak mampu untuk mengembangkan
organisasai penjualan langsung

2. Produsen yang cukup juga lebih suka menggunakan modalnya untuk keperluan memperluas
produksi daripada melakukan kegiatan penjualan partai besar

3. Operasi pedagang grosir lebih efisien karena skala operasi mereka luasnya hubungan mereka
dengan pelanggannya, serta keahlian khusus mereka

4. Pengecer yang menjual banyak lini prosuk lebih suka membeli berbagai macam produk melalui
pedagang grosir daripada membeli melalui produsennya langsung.

B. Fungsi wholesale

Biasanya produsen menggunakan pedagang grosir (wholesaler) apabila mereka efisien dalam
menjalankan fungsi-fungsi berikut ini:

1. Selling and promoting

Pedagang grosir menyediakan wiraniaga bagi produsen untuk mencapai daan melayani konsumen
dengan biaya rendah.

2. Bulk Breaking Pedagang grosir membeli produk dari produsen dalam partai besar, lalu kemudian
memecahkannya dalam unit-unit yang lebih kecil

3. Buying and assortment building

Pedagang grosir mamu memilih serta menentukan keanekaragaman item produk yang dibutuhkan oleh
konsumen.

4. Warehousing

Pedagang grosir menyimpan persediaan sehingga mengurangi biaya persediaan dan risiko pemasok
serta konsumen

5. Financing

Pedagang grosir membaantu keuangan konsumen dan pemasok dengan menjual secara kredit,
memesan barang lebh awal, serta membayar tepat waktu.
6. Transportation

Pedagang grosir dapat menyalurkan barang dengan lebih cepat daripada produsen karena mereka lebih
dekat dengan konsumen

7. Market information

Pedagang grosir menyajikan informasi bagi pemasok dan konsumennya mengenai aktivitas pesaing,
produk baru, perkembangan harga, dan lain sebagainya.

8. Risk bearing

Pedagnag grosir menanggung risiko-risiko seperti kerusakan, kecurian, kadaluarsa dan kerugian-kerugian
lainnya yang berhubungan dengan kepemilikan barang.

9. Management service and counseling

Pedagang grosir membantu para pengecer misalnya dengan melatih para wiraniaganya, menata etalse
dan layout toko, serta membuat sistem akuntansi serta pengawasan persediaan. Selain itu, pedagang
gorsir juga membantu pelanggan industrinya dengan memberikan pelatihan dan jasa-jasa teknis.

Berbeda halnya dengan pengecer , pedagang grosir (wholesaler) pada umumnya tidak terlibat
dalam promosi produk atau memikirkan lokasi outlet dari asesori outlet untuk memikat konsumen.
Pedagang gosir biasanya juga memiliki daerah operasi yang lebih luas serta transaksi barang yang lebih
besar. Selain tiu juga dari segi regulasi dan pajak, pemerintah membedakan edagangn grosir dan
pengecer.

2.4 Market Logistic

A. Pengertian market logistic

Logistik pasar (market logistics) meliputi perencanaan infrastruktur untuk memenuhi permintaan, lalu
mengimplementasikan dan mengendalikan aliran fisik bahan dan barang akhir dari titik asal ke titik
penggunaan, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mendapatkan laba. Perencanaan logistik pasar
mempunyai 4 tahap, yaitu :

1. Memutuskan proposisi nilai perusahaan bagi pelanggannya.

2. Memutuskan rancangan saluran dan strategi jaringan terbaik untuk menjangkau pelanggan.

3. Mengembangkan kesempurnaan operasional dalam peramalan penjualan, manajemen gudang,


manajemen transportasi, dan manajemen bahan.

4. Mengimplementasikan solusi dengan sistem informasi, peralatan, kebijakan, dan prosedur terbaik.

B. Sistem Logistik Terintegrasi


Tugas logistik pasar memerlukan sistem logistik terintegrasi (integrated logistics systems-ILS), yang
meliputi manajemen bahan, sistem aliran bahan, dan distribusi fisik, dibantu oleh teknologi informasi
(IT). Logistik pasar meliputi beberapa kegiatan. Pertama adalah peramalan penjualan, berdasarkan
jadwal distribusi, produksi dan tingkat persediaan perusahaan. Rencana produksi mengindikasikan
bahan yang harus dipesan departemen pembelian. Bahan ini tiba melalui transportasi kedalam,
memasuki wilayah penerimaan, dan disimpan di persediaan bahan mentah. Bahan mentah diubah
menjadi barang jadi. Persediaan barang jadi merupakan penghubung antara pesanan pelanggan dan
kegiatan manufaktur.

C. Tujuan logistic pasar

Banyak perusahaan menyatakan tujuan logistik pasar mereka sebagai menempatkan barang yang
tepat di tempat yang tepat pada saat yang tepat dengan biaya terendah.sayangnya tujuan ini hanya
memberikan sedikit panduan praktis.tidak ada sistem yang memaksimalkan layanan pelanggan dan
meminimalkan biaya distribusi pada saat yang sama. Biaya logistik pasar berinteraksi dan sering
berhubungan secara negatif, misalnya :

1. Manajer lalu lintas lebih menyukai pengiriman lewat rel dibandingkan lewat udara karena biaya
kereta lebih kecil. Meskipun demikian, karena kereta lebih lambat, pengiriman rel membutuhkan modal
kerja lebih panjang, menunda pembayaran pelanggan, dan dapat menyebabkan pelanggan membeli dari
pesaing yang menawarkan layanan lebih cepat.

2. Departemen pengiriman menggunakan peti kemas murah untuk meminimalkan biaya pengiriman.
Peti kemas yang lebih urah menyebabkan tingkat kerusakan baran yang lebih tinggi dan pelanggan akan
kecewa.

3. Manajer persediaan menyukai persediaan rendah. Hal ini meningkatkan kemungkinan kehabisan
stok, pembatalan pesanan, peningkatan tugas administratif, pelaksanaan produksi khusus, dan
pengiriman barang yang cepat dan berbiaya tinggi.

Perusahaan juga harus mempertimbangkan standar layanan pesaing. Biasanya perusahaan ingin
menyamai atau melebihi tingkat layanan pesaing, tetapi tujuannya adalah memaksimalkan laba bukan
penjualan. Perusahaan harus melihat iaya penyediaan tingkat layanan yang lebih tinggi. Beberapa
perusahaan menawarkan layanan yang lebih sedikit dan mengenakan harga yang lebih rendah,
perusahaan lain menawarkan layanan yang lebih banyak dan mengenakan harga yang lebih mahal.

Berdasarkan tujuan logistik pasar, perusahaan harus merancang sebuah sistem yang bisa meminimalkan
biaya pencapaian tujuan-tujuan ini. Setiap kemungkinan sistem logistik pasar akan menghasilkan biaya
berikut :

M = T + FW + VW + S

dimana :
M = total biaya logistik pasar dari sistem yang direncanakan

T = total biaya angkut dari sistem yang direncanakan

FW = total biaya gudang tetap dari sistem yang direncanakan

VW = total biaya gudang variabel (termasuk persediaan) dari sistem yang direncanakan

S = total biaya kehilangan penjualan akibat rata-rata keterlambatan pengiriman dibawah sistem yang
direncanakan.

D. Keputusan logistik pasar

· Pemrosesan Pesanan

Sebagian perusahaan saat ini berusaha mempersingkat siklus pemesanan sampai pembayaran yaitu
waktu antara penerimaan pesanan, pengiriman dan pembayaran. Semakin panjang siklus ini, semakin
rendah kepuasan pelanggan dan semakin rendah laba perusahaan.

Contoh : General

Elektrik mengoprasikan sistem informasi yang memeriksa kredit pelanggan terhadap penerimaan
pesanan dan menentukan apa dan dimana barang akan disimpan. Komputer mengeluarkan perintah
pengiriman, menagih pelanggan, memperbarui catatan persediaan, mengirimkan pesanan produksi
untuk stok baru, dan mengirimkan pesan kembali ke wiraniaga bahwa pesanan pelanggan sudah berada
dijalan, semuanya kurang dari 15 detik.

· Pergudangan

Semua perusahaan harus menyimpan barang jadi sampai barang itu terjual karena siklus produksi dan
konsumsi jarang sesuai. Beberapa persediaan disimpan didekat pabrik dan sisanya diletakkan digudang
dilokasi lain. Perusahaan dapat memiliki gudang pribadi sendiri dan juga menyewa ruang di gudang
publik. Contoh : Helene Curtis Company mengganti enam gudang yang telah ketinggalan jaman dengan
fasilitas baru senilai $32 juta, mereka menurunkan biaya distribusi sebesar 40%.

· Persediaan

Tingkat persediaan mempresentasikan biaya utama. Wiraniaga akan lebih suka jika perusahaan mereka
menyimpan cukup banyak stok untuk memenuhi semua pesanan pelanggan dengan segera. Namun, hal
ini tidak efektif biaya. Biaya persediaan meningkat semakin cepat ketika tingkat layanan pelanggan
mendekati 100%. Perusahaan mengurangi biaya persediaan mereka dengan memperlakukan barang
persediaan secara berbeda, memposisikan mereka menurut risiko dan peluang. Mereka membedakan
antara barang leher-botol / bottleneck (resiko tinggi, peluang rendah), barang kritis (risiko tinggi,
peluang tinggi), komoditas (risiko rendah, peluang tinggi), dan barang pengganggu (risiko rendah,
peluang rendah).
Contoh : Dell, membuat pelanggan memesan komputer dan membayarnya dimuka. Kemudian Dell
menggunakan uang pelanggan untuk membayar pemasok agar mengirimkan komponenyang diperlukan.
Sepanjang pelanggan tidak segera memerlukan barang tersebut, semua orang dapat menghemat uang.

· Transportasi

Pilihan transportasi akan mempengaruhi penetapan harga produk, kinerja pengiriman tepat waktu, dan
kondisi barang ketika barang itu tiba, yang semuanya mempengaruhi kepuasan pelanggan. Dalam
mengirimkan barang ke gudang penyalur dan pelanggannya, perusahaan dapat memilih diantara 5
model transportasi, rel, udara, truk, air dan pipa. Pengirim mempertimbangkan kriteria seperti
kecepatan, frekuensi, keandalan, kapabilitas, ketersediaan, kemudahan penelusuran, dan biaya. Untuk
kecepatan, udara, rel, dan truk adalah pesaing utama. Jika tujuannya adalah biaya rendah, pilihannya
adalah air dan pipa. Contoh : Perusahaan P&G menggunakan tiga kelompok sistem logistik untuk
menjadwalkan pengiriman barang yang bergerak cepat dan lambat, barang dalam kuantitas yang sangat
besar (bulk), dan barang kecil dengan cara yang paling efisien.

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Pada saat ini konsumen dapat membeli barang dan jasa dari berbagai jenis organisasi eceran yang ada.
Banyak usaha eceran dapat di temui di setiap lingkungan pasar, baik yang eceran maupun non eceran.
Dalam usaha eceran terdapat empat tingkatan layanan yang dapat di tawarkan oleh pengecer kepada
konsumen berupa swalayan (self service), swa pilih (self selection) , layanan terbatas ( limited service),
dan layanan lengkap (full service).

Sedangkan Perdagangan Besar meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau
jasa kepada orang-orang yang membelinya untuk dijual kembali atau untuk penggunaan bisnis. Terdapat
pula Jenis-jenis utama perdagangan Besar, berupa Pedagang Besar Niaga, Pialang dan Agen, Cabang dan
Kantor Produsen, serta Pedagang Besar lain. Semuanya akan di bahas dalam makalah ini baik dari jenis
utama pengecer, Label Privat, hingga Keputusan Pemasaran yang harus dilakukan oleh para pengecer,
dan masih banyak lagi.

Daftar Pustaka

file:///F:/kuliah/BAB%202%20-10408145002.pdf

Anda mungkin juga menyukai