Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PROMOSI, DISPLAY PRODUK, DAN POTONGAN


HARGA TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA
(IMPULSE BUYING) PADA KONSUMEN MUSLIM HYPERMART
KOTA PEKALONGAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Risa Faradisa, M.Pd.

Oleh :

Muhammad Ulul Albab 2013216046

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

JURUSAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PEKALONGAN

2018
A. Latar Belakang

Keberhasilan globalisasi ekonomi dunia yang diiringi dengan


kemajuan teknologi informasi telah memacu pertumbuhan industri ritel
seluruh dunia. Toko-toko ritel modern besar dan kecil telah merambah ke
seluruh dunia melalui jaringan distribusinyayang berperan sebagai
wholesaler sekaligus sebagai retailer di semua negara berkembang
termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237
jutajiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan
pasar potensial bagibisnis ritel modern. Hal ini didukung oleh perilaku
berbelanja penduduk Indonesia yangsudah mulai bergeser, dari
berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern.1

Dengan berkembangnya zaman, perkembangan bisnis ritel di


Indonesia yang semakin pesat mendorong munculnya kelompok –
kelompok bisnis dan kegiatan usaha yang semakin kompetitif. Persaingan
bisnis yang semakin kompetetitif ini menuntut setiap perusahaan untuk
memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta memenuhi
harapan konsmennya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan
ditandai dengan semakin ketatnya persaingan dunia bisnis.2Hal tersebut
menjadi bukti bahwa perubahan-perubahan yang begitu tampak dan
berganti setiap zamannya, adalah perubahan ekonomi.3

Bisnis Ritel merupakan salah satu bentuk usaha yang telah


berkembang pesat di Indonesia yang semakin banyak belakangan ini.
Salah satu bentuk pusat perbelanjaan modern yang banyak berkembang
saat ini adalah ritel modern, yaitu pedagang eceran dalam bentuk toko
yang berkonsep swalayan (konsumen melayani sendiri) seperti

1Ana fitriana,”AnalisisPengaruh Display Interior TerhadapPerilaku


PembelianImpulsifKonsumenIndomaret Pontianak” e-Jurnal Manajemen, (Jalan Merdeka
No. 372 Pontianak, Kalimantan Barat), hlm. 91
2PENGARUH DISPLAY PRODUK DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP IMPULSE BUYING
PADA KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE MEGA MALL MANADO”, Jurnal EMBA
Vol.5 No.2 Juni 2017
3 Yeni Puspita Wati,”Pengaruh Potongan Harga (Discount)
Terhadap Pembelian Tidak Terencana(Impuls Buying) Pada Butik Hoshy Samarinda”,
eJournal Administrasi Bisnis, 2017
minimarket, supermarket, hipermarket. Hal ini ditandai dengan semakin
banyak bermunculan bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri
menjadi bisnis ritel modern maupun bisnis ritel modern yang baru saja
memulai. Perubahan kondisi pasar pun menuntut ritel untuk mengubah
paradigma pengelolaan ritel modern. Pengelolaan ritel tentunya
membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai, terutama
kebutuhan terhadap tersedianya teknolgi saat ini. Supermarket dan
Departement store sudah menjadi salah satu objek Ritel yang diminati
seluruh konsumen dimana mereka menjual dan menawarkan produk-
produk unggulan yang bervariasi dan lebih banyak dibandingankan
dengan pasar tradisional yang terdahulu karena didukung dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah maju.
Berkembangnya bisnis ritel saat ini menyebabkan persaingan menjadi
semakin tinggi dan ketat.

Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis yang ada, perusahaan


dituntut untuk bergerak cepat dalam hal menarik konsumen karena
masyarakat kini mulai berpikir selektif dan smart dalam memilih produk.
Bahkan, terkadang tidak ragu untuk mengeluarkan biaya yang tinggi
untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Oleh karena itu, perusahaan
perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembeliaannya. Keputusan pembelian adalah
seleksi dari dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan kata lain, pilihan
alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.4

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pola hidup masyarakat


yang semakin menginginkan kenyamanan belanja, kepastian harga, dan
keanekaragaman barang kebutuhan dalam suatu toko, pelanggan
menuntut pengusaha ritel untuk meningkatkan mutu dan kualitas baik
secara pengelolaan, penamplan toko maupun cara pelayanannya. 5
Persaingan bisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari atau dielakan

4Leon Sciffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen terjemahan Zoelkifli Kasip, Cet.
Ke-4 (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 485
5 Bob Faster, Manajemen Ritel (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 3.
dalam bisnis retail di Indonesia. Persaingan bisnis dewasa ini semakin
kompetitif, karena semakin maraknya perusahaan-perusahaan retail asing
ataupun domestik yang melakukan bisnisnya di Indonesia. Oleh karena
itu perusahaan wajib mengetahui segala macam seluk beluk mengenai
perilaku konsumen dengan tujuan perusahaan dapat menguasai dan
mengerti segala sesuatu tentang konsumen, mulai dari perilaku,
karakteristik dan lain-lain.

Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko ritel modern yaitu


adanya perilaku impulse buying atau yang biasa disebut pemasar dengan
pembelian yang tidak direncanakan. Impulse buying adalah bagian dari
sebuah kondisi yang dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian
yang tidak direncanakan yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang
terjadi ternyata berbeda dengan perencanaan pembelanjaan seorang
konsumen.6

Dalam hal ini peniliti mengambil salah satu ritel modern yang
terdapat di Pekalongan adalah Hypermart. Hypermart merupakan
jaringan hypermarket yang memiliki banyak cabang di Indonesia.
Hypermart menjual berbagai jenis barang konsumsi terutama produk
makanan maupun produk rumah tangga lainnya seperti furniture dan
elektronik. Kotler mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan di pasar, untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Produk terdiri atas barang, jasa, pengalaman, events, orang,
tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan ide. 7 Dengan trademark
hyper yang kini sahamnya dimiliki oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk,
saat ini Hypermart sudah memiliki 101 gerai di Indonesia.8 Kondisi
persaingan saat ini yang semakin timggi, menuntut setiap bisnis yang
berhubungan dengan fashion maupun makanan perlu meningkatkan
kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan
perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan
6 Bob Foster, Manajemen Ritel … hlm. 36-37.
7Buchari Alma, Manajemen Pemasarn dan PemasaranJasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm.139
8http://id.m.wikipedia.org/wiki/hypermart (Diakses tanggal 27 april 2018).
dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli konsumen.
Menyikapi persaingan tersebut. Dalam hal ini Hypermart dituntut untuk
selalu melakukan inovasi yang diharapkan dapat merebut hati
konsumennya dengan berusaha menawarkan berbagai macam produk
yang mampu menarik minat konsumen.

Persaingan bisnis ritel pada saat ini mengharuskan setiap perusahaan


untuk senantiasa melakukan strategi pemasaran agar dapat memenangkan
persaingan yang kompetitif. Dalam bisnis ritel Strategi promosi
merupakan salah satu dari bauran pemasaran ritel yang sangat penting.
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.9 Melalui kegiatan promosi, perusahaan menyampaikan
informasi mengenai keunggulan dan keistimewaan produk kepada pasar
sasaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan produk
tersebut. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang
menghasilkan produk dengan berbagai jenis kategori, terciptalah kondisi
persaingan yang ketat dalam upaya merebut pangsa pasar (market share).
dalam hal pemilihan media promosi yang tepat untuk memperkenalkan

produk kepada konsumen dapat membentuk suatu persepsi yang kuat


bagi konsumen. Sehingga perusahaan dapat mempertahankan konsumen
lama dan mendapat konsumen baru yang lebih banyak.
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Hypermart antara lain seperti
iklan di media cetak dan digital yang informatif, hingga promosi kartu
kredit bagi pemegang kartu kredit Hypermart maupun Hi card. 10 adanya
fasilitas Hi Card ini akan berguna untuk memuaskan konsumen dalam
melakukan transaksi berbelanja. Selain itu setiap pelanggan yang
memiliki Hi Card akan mendapatkan diskon pada setiap produk yang di
beli.
9PENGARUH PROMOSI PENJUALAN DAN PENJUALAN PERSEORANGAN TERHADAP
KEPUTUSAN BELANJA TIDAK TERENCANA
10 http://www.hypermart.co.id/about.hypermart (Diakses tanggal 20 juni 2018).
Perilaku konsumen juga merupakan hal - hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Dalam hubungannya
dengan kegiatan pemasaran, perilaku konsumen dan faktor-faktor yang
berpengaruh juga menjadi perhatian bagi suatu perusahaan salah satunya
adalah perusahan ritel. Perusahaan ritel berusaha mengenali dan
memahami perilaku konsumen dalam melakukan pembelian agar dapat
menjadi konsumen potensial. Perkembangan bisnis ritel modern
berdampak pada perilaku konsumen yang semula berbelanja dengan
niatan terencana menjadi tidak terencana.11 Perilaku pembelian yang
tidak direncanakan (unplanned buying) atau pembelian impulsif
merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen maupun pengecer,
karena merupakan pangsa pasar yang besar dalam pasar modern.
Tentunya fenomena “impulse buying” merupakan sesuatu yang harus
diciptakan. Menciptakan ketertarikan secara emosional dan spontan
diibaratkan seperti memancing gairah konsumen untuk membeli dan
mengkonsumsi sebuah produk atau merek tertentu. Konsumen yang
tertarik secara emosional seringkali tidak lagi melibatkan rasionalitas
dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Seringkali konsumen
berbelanja tidak sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya di rencanakan
semula, bahkan tak sedikitpun para konsumen membeli barang yang
tidak terdaftar di daftar belanja.

Dalam hal ini, menurut pandangan islam pembelian impulsif


(impulse buying) dapat mengarah pada perilaku boros dan berlebihan.
Hal ini dapat disebabkan karena pembelian impulsif merupakan
pembelian yang tidak terencana, pembelian tersebut bukan berdasarkan
pada kebutuhan, namun lebih mengarah pada pemuasan diri dengan
mendahulukan keinginan daripada kebutuhan. Tentunya hal ini dilarang
oleh agama Islam. Dalam Al-qur’an telah dijelaskan bahwa Allah SWT
telah melarang perilaku boros dan berlebihan ini.4

11PENGARUH DISPLAY PRODUK DAN STORE ATMOSPHERE TERHADAP IMPULSE BUYING


PADA KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE MEGA MALL MANADO
Dalam Islam, keputusan untuk memilih dan membeli barang tidak
hanya memperhatikan dari segi kebutuhan dan biaya yang harus
dikeluarkan, akan tetapi yang paling penting adalah sejauhmana barang
yang dikonsumsi akan memberikan maslahah (manfaat dan berkah)
secara maksimum kepada banyak pihak. Tidak hanya untuk individu
tertentu atau kelompok tertentu saja. Maslahah dalam ekonomi Islam,
diterapkan sesuai dengan prinsip rasionalitas muslim, bahwa setiap
pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan maslahah yang diperolehnya.
Seorang konsumen muslim mempunyai keyakinan, bahwasanya
kehidupan tidak hanya di dunia tetapi akan ada kehidupan di akhirat.12
Pengetahuan mengenai produk halal atau tidak halal sangat penting
bagi masyarakat umum terutama masyarakat muslim, dan hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam melakukan
keputusan membeli. Konsumen muslim cenderung memilih produk yang
telah dinyatakan halal oleh lembaga yang berwenang. Hal tersebut
dikarenakan, produk yang telah dinyatakan halal cenderung lebih aman
dan terhindar dari kandungan zat berbahaya.13
Hypermart Pekalongan menyediakan berbagai macam produk
kebutuhan konsumen yang sangat lengkap, sehingga konsumen dapat
berbelanja berbagai macam kebutuhan dalam satu tempat saja. Apalagi
produk-produk seperti makanan, minuman, maupun kosmetik yang dijual
di Hypermart adalah halal dan sesuai ketentuan dari LPPOM-MUI.14
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, muncul ketertarikan
untuk meneliti dan mengambil topik yang berjudul “PENGARUH
PROMOSI, DISPLAY PRODUK, DAN POTONGAN HARGA
TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA (IMPULSE
BUYING) PADA KONSUMEN MUSLIM HYPERMART KOTA
PEKALONGAN”.

12 Rozalinda, Ekonomi Islam;Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 100.
13 25Ujung Sumarwan, Perilaku konsumen, Cet. Ke-1, Edisi 2 (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), hlm. 210.
14 http://www.hypermart.co.id/about.hypermart (Diakses tanggal 20 juni 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah promosi berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana (
impulse buying )pada konsumen muslim Hypermart Kota
Pekalongan?
2. Apakah display produk berpengaruh terhadap pembelian tidak
terencana ( impulse buying )pada konsumen muslim Hypermart Kota
Pekalongan?
3. Apakah potongan harga berpengaruh terhadap pembelian tidak
terencana ( impulse buying )pada konsumen muslim Hypermart Kota
Pekalongan?
4. Apakah promosi, display produk, dan potongan harga berpengaruh
terhadap pembelian tidak terencana ( impulse buying )pada
konsumen muslim Hypermart Kota Pekalongan?

C. Batasan Masalah
Untuk mencegah pembahasan yang menyimpang dari topik masalah
maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah. Masalah yang
dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan ini ialah tentang faktor
yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor yang dimaksud
hanya mencakup produk, harga, promosi dan lokasi. Penelitian ini hanya
dilakukan pada konsumen muslim yang berbelanja di Hypermart Kota
Pekalongan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah promosi berpengaruh terhadap pembelian
tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
HypermartKota Pekalongan.
2. Untuk mengetahui apakah display produk berpengaruh terhadap
pembelian tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
Hypermart Kota Pekalongan.
3. Untuk mengetahui apakah potongan harga berpengaruh terhadap
pembelian tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
Hypermart Kota Pekalongan.
4. Untuk mengetahui apakah promosi, display produk, dan potongan
harga berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana ( impuls
buying ) pada konsumen muslim Hypermart Kota Pekalongan.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu
diantaranya :
1. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying
yang dilakukan konsumen muslim Hypermart Kota Pekalongan serta
faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku impulse buying.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan informasi bagi penulis, diharapkan penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang pastinya berguna
diwaktu yang akan datang dan Sebagai wahana untuk melatih serta
mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang


bermanfaat bagi para pemasar produk yang rentan terhadap impulse
buying. Selain itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan dan bahan pertimbangan bagi pemasar dalam menyusun
strategi pemasaran yang tepat untuk mempengaruhi perilaku
keputusan konsumen dan memperkirakan perilaku konsumen terutama
perilaku impulse buying.

F. Kerangka Teori
1. Landasan Teori
a. Definisi pemasaran

Pemasaran dalam arti luas diartikan sebagai aktivitas sosial


dan manajerial dimana individu atau kelompok menyediakan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan
pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain. Namun saat ini,
pemasaran juga diartikan sebagi proses dimana perusahaan
menciptakan nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan
pelanggan yang kuat dalam rangka mendapatkan manfaat atau
keuntungan.15 Menurut Philip Kothler, Pemasaran adalah suatu
proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.16

Inti dari Pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan


memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi
singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan
cara yang menguntungkan”. Menurut American Marketing
Association (AMA)dalam Kotler Keller, pemasaran adalah suatu
fungsi organisasi danserangkaian proses untuk menciptakan,
mengomunikasikan, danmemberikan nilai kepada pelanggan dan
untuk mengelola hubunganpelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangkukepentingannya.17

b. Definisi Strategi

Strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu


tindakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kata “strategi”
(berasal dari kata Yunani strategia) pada mulanya mempunyai
hubungan dengan ilmu atau seni memimpin dalam kemiliteran.
Sebuah strategi adalah rencana akbar yang digunakan sebagai
langkah untuk mencapai sasaran .18Didalam pemasaran yang
diibaratkan sebagai suatu medan tempur bagi para produsen, dan

15Suharno dan Yudi Sutarso,Marketing in Practice, Edisi Pertama (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 2-3.
16Leonardus Saiman, Kewirausahaan, Ed. Kedua, (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hlm.
217
17 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran terjemahan Bob Sabran, Ed.
13, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 5.
18 William J. Stanton, Prinsip Pemasaran terjemahan Yohanes Lamarto, Edisi Ketujuh,,
Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 40.
para pedagang, maka perlu sekali ditetapkan strategi bagaimana
memenangkan peperangan.19

Berhasil atau tidaknya sebuah usaha yang mereka jalankan


tergantung pada kemampuan dan keahlian mereka di bidang
pemasaran, produksi, keuangan dan bidang yang lainnya.
Willian J. Stanton menyatakan bahwa, pemasaran adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.20

Menurut Coulter startegi adalah sejumlah keputusan dan aksi


yang ditunjukan untuk mencapai tujuan (goal) dan menyesuakan
sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang
dihadapi dalam lingkungnan industrinya.21 Sedangkan menurut
Kenneth R. Andrews menyatakan bahwa startegi adalah pola
keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan
mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang
menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk
pencapaian tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan
merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan
bisnis yang akan dikejar oleh perusahaan.22

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam


melakukan kegiatan pemasaran, sebuah perusahaan harus
memiliki strategi yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan oleh suatu perusahaan. Dalam hal ini menentukan

19 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 200.
20Basu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi ke-2, Cet ke-13
(Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2008), hlm. 5.
21 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 12
22 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemaaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 199.
strategi perlu memperhatikan kondisi lingkungan, baik internal
maupun eksternal agar dapat mencapai sasaran yang tepat.
c. Bisnis Ritel
1) Pengertian Ritel
Ritel dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terkait
dengan aktivitas penjualan ataupun distribusi barang dan jasa
secara langsung kepada konsumen akhir, dimana secara fokus
aktivitas tersebut diarahkan untuk menambah nilai barang
dan jasa untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan
bisnis.23 Ini merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran
barang dan jasa. Penghasilan utama dari retailer ini adalah
menjual secara eceran konsumen akhir.24
Pedagang ritel atau yang biasa disebut dengan pedagang
eceran ini sangat penting artinya bagi produsen, karena
melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi
berharga tentang produknya. Produsen dapat memperoleh
data dari pengecer, bagaimana pandangan konsumen
mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu
mengenai produknya. Juga dapat diketahui mengenai
kekuatan saingan.25 Jenisjenis penujualan eceran Pedagang
eceran bertoko (Store retailer) dapat dibagi ke dalam delapan
kategori, yaitu:
1. Toko khusus (specialty store), yaitu suatu toko yang mempunyai lini
produk terbatas tetapi dengan berbagai keragaman dalam hal produk itu.
Contoh: toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan toko buku.
2. Toko serba ada (department store), yaitu toko serba ada yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah, di mana setiap lini produk dioperasikan sebagai
sebuah departemen yang terpisah yang dikelola oleh pembeli barang khusus.

23 Christina Whidya Utami, Strategi Pemasaran Ritel (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 2.
24 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), hlm. 54.
25 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa… hlm. 54.
3. Pasar swalayan (supermarket), yaitu suatu toko yang cukup besar,
menyediakan makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barangbarang
kosmetik, bahkan obat-obatan.
4. Toko kebutuhan sehari-hari (convenience store), yaitu toko kebutuhan
sehari-hari secara relative merupakan toko yang kecil yang erada pada dekat
wilayah-wilayah pemukiman.
5. Toko super (superstore), toko kombinasi (combination store), dan pasar
hyper (hypermarket) Superstore merupakan yang lebih besar daripada pasar
swalayan konvensional dengan ruang jual seluas 35.000 kaki persegi, toko
ini bertujuan memenuhi kebutuhan total konsumen untuk jenis-jenis
makanan yang dijual secara rutin dan konstan serta jenis-jenis non makanan.
Combination store merupakan diversifikasi dari pasar swalayah dengan
memasuki produk obat-obatan dengan resep, toko ini rata-rata mempunyai
ruang jual 55.000 kaki persegi. Hypermarket lebih luas dari toko gabungan,
yaitu 80.000-22.000 kaki persegi. Hypermarket ini merupakan kombinasi
antara pasar swalayan, toko diskon, dan prinsip-prinsip pedagang eceran
gudang.
6. Toko pemberi potongan harga (discount store), yaitu toko yang menjual
barang-barang standar dengan harga lebih rendah dari para pedagang
konvensional yang menetapkan marjin yang lebih rendah dan volume lebih
tinggi.
7. Toko gudang (warehouse store), yaitu toko tanpa embel-embel diskon,
mengurangi operasi pelayanan yang menjual dengan volume tinggi pada
harga rendah.
8. Ruang pamer katalog (catalog showroom), merupakan prinsip-prinsip
katalog dan pemotongan harga terhadap pilihan-pilihan produk yang banyak
dengan penggembungan (mark up) yang tinggi, perputaran cepat (fast
moving), dan bermerek.26
b. Fungsi Utama Bisnis Ritel
1) Menyediakan berbagai macam produk dan jasa (providing assortments)

26 Bob Foster, Manajemen Ritel, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 40-42.
Pelaku bisnis ritel berusaha menyediakan berbagai macam
kebutuhan konsumen yaitu beraneka ragam produk dan jasa. Supermarket
menyediakan produk-produk makanan, kesehatan, perawatan kecantikan,
dan produk rumah tangga, sedangkan Departemen Store menyediakan
berbagai macam pakaian dan aksesoris.
2) Memecah (breaking bulk)
Ritel menawarkan produk-produk dalam jumlah kecil yang
disesuaikan dengan pola konsumsi para konsumen secara individual dan
rumah tangga.
3) Mengadakan inventory (holding inventory)
Ritel berposisi sebagai perusahaan yang menyimpan stok atau
persediaan dengan ukuran lebih kecil, sehingga pelanggan akan.
diuntungkan karena akan terdapat jaminan ketersediaan barang atau jasa
yang disimpan ritel.
4) Memberikan jasa atau layanan (providing service)
Ritel menyediakan jasa yang membuat mudah bagi konsumen membeli dan
menggunakan produk.
5) Meningkatkan nilai produk dan jasa
Pembelian salah satu barang pada ritel akan menambah nilai barang tersebut
karena mampu memenuhi kebutuhan konsumen.27
c. Klasifikasi Bisnis Ritel
Bisnis ritel atau disebut juga perdagangan eceran secara umum bisa
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu perdagangan eceran
besar dan perdagangan eceran kecil.28
d. Jenis-jenis Penjualan Eceran
Pedagang eceran bertoko (Store retailer) dapat dibagi ke dalam delapan
kategori, yaitu:
1) Toko khusus (specialty store), yaitu suatu toko yang mempunyai lini
produk terbatas tetapi dengan berbagai keragaman dalam hal produk itu.
Contoh: toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan toko buku.
2) Toko serba ada (department store), yaitu toko serba ada yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah, di mana setiap lini produk
dioperasikan sebagai sebuah departemen yang terpisah yang dikelola oleh
pembeli barang khusus.
27 Christina Whidya Utami, Strategi Pemasaran Ritel… hlm. 11-12
28
3) Pasar swalayan (supermarket), yaitu suatu toko yang cukup besar,
menyediakan makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barang-barang
kosmetik, bahkan obat-obatan.

4) Toko kebutuhan sehari-hari (convenience store), yaitu toko kebutuhan sehari-


hari secara relative merupakan toko yang kecil yang erada pada dekat wilayah-
wilayah pemukiman.

5) Toko super (superstore), toko kombinasi (combination store), dan pasar


hyper (hypermarket)
Superstore merupakan yang lebih besar daripada pasar swalayan konvensional
dengan ruang jual seluas 35.000 kaki persegi, toko ini bertujuan memenuhi
kebutuhan total konsumen untuk jenis-jenis makanan yang dijual secara rutin
dan konstan serta jenis-jenis non makanan.
Combination store merupakan diversifikasi dari pasar swalayah dengan
memasuki produk obat-obatan dengan resep, toko ini rata-rata mempunyai
ruang jual 55.000 kaki persegi.
Hypermarket lebih luas dari toko gabungan, yaitu 80.000-22.000 kaki persegi.
Hypermarket ini merupakan kombinasi antara pasar swalayan, toko diskon, dan
prinsip-prinsip pedagang eceran gudang.
6) Toko pemberi potongan harga (discount store), yaitu toko yang menjual
barang-barang standar dengan harga lebih rendah dari para
pedagang konvensional yang menetapkan marjin yang lebih rendah dan volume
lebih tinggi.

7) Toko gudang (warehouse store), yaitu toko tanpa embel-embel diskon,


mengurangi operasi pelayanan yang menjual dengan volume tinggi pada harga
rendah.

8) Ruang pamer katalog (catalog showroom), merupakan prinsip-prinsip


katalog dan pemotongan harga terhadap pilihan-pilihan produk yang banyak
dengan penggembungan (mark up) yang tinggi, perputaran cepat (fast moving),
dan bermerek.29

D. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen

29 Bob Foster, Manajemen Ritel (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 40-42
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta
proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan
evaluasi.30
Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan
yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan
bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi.31
Berdasarkan teori perilaku konsumen di atas peneliti sampai
pada pemahaman bahwa perilaku konsumen adalah proses pembelian
yang dilakukan oleh konsumen dalam memilih sampai menggunakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

b. Perilaku Impulse Buying

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. JenisPenelitian

30 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 6.

31Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia


Pustaka, 2008), hlm. 2.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu
suatu penelitian dimana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
memperoleh data yang benar-benar dapat dipercaya sebagai bahan kajian
data.32 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara
mendatangi langsung kelokasi penelitian yaitu di hypermart kota
Pekalongan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan,
yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.

Pendekatan ini digunakan untuk meneliti hubungan antara variabel


independen (X) yaitu promosi(X1), display produk (X2), potongan harga
(X3) dengan variabel dependen yaitu pembelian tidak terencana(Y).

2. PendekatanPenelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik.33

Penelitian ini dilakukan untuk menguji adakah pengaruh promosi, diplay


produk dan potongan harga terhadap pembelian tidak terencana (impuls
buying) pada konsumen muslim Hypermart pada kota Pekalongan.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hypermart Kota Pekalongan yang


beralamat di Jalan Nusantara No.5 PekalonganTimur, KodePos 51128, Plaza
Pekalongan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal

C. Variabel Penelitian

32 Saifudin Azwar, M etode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm. 105.
33 Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi &
Manajemen, Cet. Ke-6, (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm. 12.
Variabel dapat disamakan dengan sesuatu yang dapat digunakan
untuk membedakan atau merubah nilai, sebagai sinonim dari konstruk yang
dinyatakan dengan nilai atau angka.34 Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Yang menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 35
Variabel dalam penelitian ini adalah promosi (X1), Display Produk (X2),
dan Potongan Harga (X3)
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. 36 Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah perilaku impulse buying (Y).

TABEL

D. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.37 Populasi

34Tony Wijaya, Metodologi Penelitian ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013),
hlm. 13.
35 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. Ke-21, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 2-4
36 Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis… hlm. 63.
37 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 148.
bisa disebut sebagai totalitas subjek penelitian.38 Populasi dalam penelitian
ini adalah konsumen muslim yang berbelanja di Hypermart kota
Pekalongan, populasi ini merupakan populasi yang tidak terhingga karena
tidak dapat diketahui secara pasti ukuran populasi sebenarnya dari
konsumen muslim yang datang berbelanja di Hypermart kota Pekalongan.
2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk


memperkirakan karakteristik populasi. Sampel yang diambil harus
representatif atau mewakili jika sampel kurang representatif akan
mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk
menduga nilai populasi sesungguhnya.39 Pada penelitian ini populasi yang
diambil jumlahnya adalah tidak terhingga sehingga tidak pasti. Dalam
penentuan sampel jika populasinya tidak terhingga dan jumlahnya tidak
pasti maka menurut Donald R. Cooper dan C. William Emory digunakan
rumus sebagai berikut.40
pq
n= +1
σ p2

Di mana :
Σp = kesalahan proporsi standar (0,01/1,96=0,051)
P = proporsi populasi
q=1–p
pq = ukuran penyebaran sampel
n = ukuran sampel
Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% (1,96), marjin kesalahan
sebesar 10% (0,1) dan p = 0,5. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini
sebagai berikut :
0,25
n= 2 + 1
(0,051)

38 Tony Wijaya, Metodologi Penelitian ekonomi dan Bisnis…hlm. 27.


39 Murti Sumarni & Salamah Wahyuni, Metodologi Penelitia Bisnis, (Yogyakarta: ANDI,
2006), hlm. 70
40 Donal R. Cooper dan C. William Emory, Metode Penelitian Bisnis. terjemahan Ellen G.
Sitompul dan Imam Nurmawan, Ed. 5, cet.4, (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 231
= 97
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh di atas, maka jumlah sampel yang
diteliti adalah sebesar 97 responden. Untuk memudahkan penelitian maka
peneliti mengambil sampel sebesar 100 responden.
3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience


sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan. Sesuai dengan
namanya, metode ini memililh sampel dari elemen populasi (orang atau
kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang
dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti
memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah.
Kelebihan umumnya metode ini adalah waktu pelaksanaan yang relatif
cepat dengan biaya yang relatif murah.41

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen


muslim yang berbelanja di Hypermart Kota Pekalongan.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Syofian Siregar, instrumen penelitian merupakan suatu alat


yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan
menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang
dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.42 Instrumen dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan dibagikan kepada para
responden.

Skala pengukuran instrumen penelitian ini ialah skala likert, dimana skala
tersebut dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. 43 Skala ini menilai

41 Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi &
Manajemen, Cet. Ke-6 (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm. 130.
42 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perhitungan Manual
& SPSS, Ed. I, Cet. Ke-2 (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46.
43 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif…hlm. 25.
sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden
diminta memberikan respons dalam skala ukur yang telah disediakan.44

Kategori dari penilaian skala likert:

SS = Sangat Setuju diberi skor 5


S = Setuju diberi skor 4
R = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Manfaat penggunaan skala likert yaitu keragaman skor (variability of score)
dengan menggunakan skala tingkat 1-5.45

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner
Teknik kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden,
dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut.46 Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik
Personally Administered Questionnaires, yaitu penggunaan teknik
kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti.
Setelah kuesioner sudah terisi penuh, jawaban-jawaban dikonversi
menjadi data numerik lalu dianalisis dengan program SPSS.

44 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, Cet. Ke-3


(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 146.
45 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif…hlm. 21.
46 Husain Umar, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Cet. Ke-2(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utam, 2000), hlm.167.
b. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data berupa informasi-
informasi dari referensi-referensi yang relevan dengan topik penelitian.
Informasi-informasi tersebut meliputi teori-teori, buku-buku bacaan, artikel
jurnal, skripsi dan artikel dari internet. Data informasi dan referensi-
referensi tersebut diperlukan untuk mendukung dalam penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut:47

a. Pengeditan (Editing)
Editing merupakan proses pengecekan atau pemeriksaan data yang
telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan
data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.
Tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan
data yang terdapat pada catatan dilapangan.
b. Pemberian Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap
data yang termasuk ketegori yang sama. Coding digunakan untuk
membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisi.
c. Scoring
Scoring yaitu mengubah data yang bersifat kaulitatif ke dalam bentuk
kuantitatif dengan menggunakan skala likert
d. Tabulasi
Tabulasi yaitu kegiatan melakukan pengolahan data ke dalam bentuk
tabel dengan memproses hitung frekuensi dari masing-masing kategori,
baik secara manual maupun dengan bantuan komputer SPSS.

2. Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

47 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 167-168.
a. Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur suatu skala
pengukuran yang disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Validitas data diukur dengan menggunakan r hitung dengan
(r product moment). Jika r hitung > r tabel, dan nilai positif maka
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.48 Dalam
penelitian ini besarnya r tabel adalah 0,197.

2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh
mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat dapat diandalkan.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.49 Pada
penelitian ini uji reliabilitas menggunakan teknik cronbach alpha.
Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60 maka kuesioner
dinyatakan reliabel.50

b. Uji Asumsi Klasik


1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal ataukah
tidak.51 Model regresi yang baik adalah yang residual
datanya berdistribusi normal. Jika residual data tidak terdistribusi
normal maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Ada

48Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,
(Semarang: UNDIP, 2011), hlm. 49
49 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19... hlm. 47
50 Nana Syaoda Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 230
51 Mansur Chadi Mursid, Praktikum Komputer Keuangan, Cet. Ke-1, (Tegal: Khoirunnisa,
2016), hlm. 18
dua cara untuk mendeteksi apakah residual data berdistribusi normal
ataukah tidak yaitu dengan melihat grafik normal probability plot
dan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Apabila pada grafik probability plot tampak bahwa titik-titik
menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti
garis diagonal maka ini dapat disimpulkan bahwa residual data
memiliki distribusi normal, atau data memenuhi asumsi klasik
normalitas. Dan jika signifikan hasil uji K-S nilainya lebih besar dari
0,05 berarti data juga berdistribusi normal.52

2) Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji untuk melihat apakah ada hubungan linear yang
signifikan dari dua buah variabel yang sedang diteliti. Uji ini merupakan
prasyarat penggunan analisis regresi dan korelasi. Pengujian Linearitas
dengan menggunakan SPSS dapat dilakukan dengan perangkat Test for
Linearity. Sama seperti pada standar defaultnya dengan menggunakan
tingkat signifikansi alpha 5% maka suatu variabel memiliki hubungan linear
dengan variabel lainnya jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.53

3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama.
variabel independen sama dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.54

Cara umum yang digunakan peneliti untuk mendeteksi ada


tidaknya problem multikolinearitas pada model regresi adalah dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
52Hengky Latan dan Selva Temalagi, Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi
Menggunakan program IBM SPSS 20.0, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 56-57.
53 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19…hlm.105.
54 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19, Cet. Ke-5
(Semarang: BP Undip, 2011), hlm.105
yang direkomendasikan untuk menunjukkan tidak adanya problem
multikolinearitas adalah nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.55

4) Uji Heteroskedestisitas
Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variance dari residual data satu observasi ke observasi lainnya
berbeda ataukah tetap. Jika variance dari residual data sama disebut
dengan homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisistas. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu
SRESID dengan residualnya ZPRED.56

Dengan menggunakan uji glejser, nilai absolut residual


diregresikan pada tiap-tiap variabel independen.57 Masalah
Heteroskedastisitas terjadi jika ada variabel yang secara statistik
signifikan. Kriterianya adalah: sig > 0,05, maka disimpulkan bahwa
tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi. Sig < 0,05,
maka disimpulkan bahwa terjadi Heteroskedastisitas pada model
regresi. Uji heteroskedastisitas akan dilakukan dengan melihat
Grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan
residualnya.
a) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.58

55 Hengky Latan dan Selva Temalagi, Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 63
56 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM ... hlm. 139
57 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM ... hlm. 139.
58 46Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS,..hlm 139
c. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap sati variabel terikat (untuk membuktikan
fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas X1,
X2, X3, ...., X1 terhadap suatu variabel terikat Y).59 Adapun model dari
regresi linier berganda adalah

Y = a +b1X1+b2X2+b3X3 + b4X4 +e
Dimana :
Y = kepuasan pelanggan
a = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi
X1 = kualitas pelayanan
X2 = kualitas produk
X3 = harga
X4 = biaya
X5 = etika penjualan
e = variabel pengganggu

d. Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.60 Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Cara lain untuk menguji
signifikansi uji t adalah dengan membandingkan t statistik dengan t tabel.
Jika t statistik > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.61

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

59 Yusuf Nalim, Statistik 2 (Pekalongan : STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 88


60Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19…hlm.98.
61 Hengky Latan dan Selva Temalagi, Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi…hlm. 81
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Pengujian ini
dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai F
tabel. Apabila F hitung > F tabel dengan signifikan dibawah 0,05
(5%) maka variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.62

3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.63
Nilai koefisien determinasi 0.75, 0.50, dan 0.25 menunjukkan bahwa model
kuat, sedang, dan lemah.64
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti akan
meningkat. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti
R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang
dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati dalam Ghozali jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.65

62 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19…hlm.98.


63Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19…hlm. 97
64 Hengky Latan dan Selva Temalagi, Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi…hlm. 80.
65 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19... hlm. 97-
98.

Anda mungkin juga menyukai