Oleh :
JURUSAN SYARIAH
PEKALONGAN
2018
A. Latar Belakang
4Leon Sciffman dan Leslie Lazar Kanuk, Perilaku Konsumen terjemahan Zoelkifli Kasip, Cet.
Ke-4 (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 485
5 Bob Faster, Manajemen Ritel (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 3.
dalam bisnis retail di Indonesia. Persaingan bisnis dewasa ini semakin
kompetitif, karena semakin maraknya perusahaan-perusahaan retail asing
ataupun domestik yang melakukan bisnisnya di Indonesia. Oleh karena
itu perusahaan wajib mengetahui segala macam seluk beluk mengenai
perilaku konsumen dengan tujuan perusahaan dapat menguasai dan
mengerti segala sesuatu tentang konsumen, mulai dari perilaku,
karakteristik dan lain-lain.
Dalam hal ini peniliti mengambil salah satu ritel modern yang
terdapat di Pekalongan adalah Hypermart. Hypermart merupakan
jaringan hypermarket yang memiliki banyak cabang di Indonesia.
Hypermart menjual berbagai jenis barang konsumsi terutama produk
makanan maupun produk rumah tangga lainnya seperti furniture dan
elektronik. Kotler mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan di pasar, untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Produk terdiri atas barang, jasa, pengalaman, events, orang,
tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan ide. 7 Dengan trademark
hyper yang kini sahamnya dimiliki oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk,
saat ini Hypermart sudah memiliki 101 gerai di Indonesia.8 Kondisi
persaingan saat ini yang semakin timggi, menuntut setiap bisnis yang
berhubungan dengan fashion maupun makanan perlu meningkatkan
kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan
perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan
6 Bob Foster, Manajemen Ritel … hlm. 36-37.
7Buchari Alma, Manajemen Pemasarn dan PemasaranJasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm.139
8http://id.m.wikipedia.org/wiki/hypermart (Diakses tanggal 27 april 2018).
dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli konsumen.
Menyikapi persaingan tersebut. Dalam hal ini Hypermart dituntut untuk
selalu melakukan inovasi yang diharapkan dapat merebut hati
konsumennya dengan berusaha menawarkan berbagai macam produk
yang mampu menarik minat konsumen.
C. Batasan Masalah
Untuk mencegah pembahasan yang menyimpang dari topik masalah
maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah. Masalah yang
dibahas dalam penelitian yang akan dilakukan ini ialah tentang faktor
yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor yang dimaksud
hanya mencakup produk, harga, promosi dan lokasi. Penelitian ini hanya
dilakukan pada konsumen muslim yang berbelanja di Hypermart Kota
Pekalongan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah promosi berpengaruh terhadap pembelian
tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
HypermartKota Pekalongan.
2. Untuk mengetahui apakah display produk berpengaruh terhadap
pembelian tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
Hypermart Kota Pekalongan.
3. Untuk mengetahui apakah potongan harga berpengaruh terhadap
pembelian tidak terencana ( impuls buying ) pada konsumen muslim
Hypermart Kota Pekalongan.
4. Untuk mengetahui apakah promosi, display produk, dan potongan
harga berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana ( impuls
buying ) pada konsumen muslim Hypermart Kota Pekalongan.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu
diantaranya :
1. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying
yang dilakukan konsumen muslim Hypermart Kota Pekalongan serta
faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku impulse buying.
2. Secara Praktis
a. Untuk memberikan informasi bagi penulis, diharapkan penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang pastinya berguna
diwaktu yang akan datang dan Sebagai wahana untuk melatih serta
mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian.
F. Kerangka Teori
1. Landasan Teori
a. Definisi pemasaran
b. Definisi Strategi
15Suharno dan Yudi Sutarso,Marketing in Practice, Edisi Pertama (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hlm. 2-3.
16Leonardus Saiman, Kewirausahaan, Ed. Kedua, (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hlm.
217
17 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran terjemahan Bob Sabran, Ed.
13, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 5.
18 William J. Stanton, Prinsip Pemasaran terjemahan Yohanes Lamarto, Edisi Ketujuh,,
Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 40.
para pedagang, maka perlu sekali ditetapkan strategi bagaimana
memenangkan peperangan.19
19 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 200.
20Basu Swastha DH dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi ke-2, Cet ke-13
(Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2008), hlm. 5.
21 Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 12
22 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemaaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 199.
strategi perlu memperhatikan kondisi lingkungan, baik internal
maupun eksternal agar dapat mencapai sasaran yang tepat.
c. Bisnis Ritel
1) Pengertian Ritel
Ritel dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terkait
dengan aktivitas penjualan ataupun distribusi barang dan jasa
secara langsung kepada konsumen akhir, dimana secara fokus
aktivitas tersebut diarahkan untuk menambah nilai barang
dan jasa untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan
bisnis.23 Ini merupakan mata rantai terakhir dalam penyaluran
barang dan jasa. Penghasilan utama dari retailer ini adalah
menjual secara eceran konsumen akhir.24
Pedagang ritel atau yang biasa disebut dengan pedagang
eceran ini sangat penting artinya bagi produsen, karena
melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi
berharga tentang produknya. Produsen dapat memperoleh
data dari pengecer, bagaimana pandangan konsumen
mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu
mengenai produknya. Juga dapat diketahui mengenai
kekuatan saingan.25 Jenisjenis penujualan eceran Pedagang
eceran bertoko (Store retailer) dapat dibagi ke dalam delapan
kategori, yaitu:
1. Toko khusus (specialty store), yaitu suatu toko yang mempunyai lini
produk terbatas tetapi dengan berbagai keragaman dalam hal produk itu.
Contoh: toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan toko buku.
2. Toko serba ada (department store), yaitu toko serba ada yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah, di mana setiap lini produk dioperasikan sebagai
sebuah departemen yang terpisah yang dikelola oleh pembeli barang khusus.
23 Christina Whidya Utami, Strategi Pemasaran Ritel (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 2.
24 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), hlm. 54.
25 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa… hlm. 54.
3. Pasar swalayan (supermarket), yaitu suatu toko yang cukup besar,
menyediakan makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barangbarang
kosmetik, bahkan obat-obatan.
4. Toko kebutuhan sehari-hari (convenience store), yaitu toko kebutuhan
sehari-hari secara relative merupakan toko yang kecil yang erada pada dekat
wilayah-wilayah pemukiman.
5. Toko super (superstore), toko kombinasi (combination store), dan pasar
hyper (hypermarket) Superstore merupakan yang lebih besar daripada pasar
swalayan konvensional dengan ruang jual seluas 35.000 kaki persegi, toko
ini bertujuan memenuhi kebutuhan total konsumen untuk jenis-jenis
makanan yang dijual secara rutin dan konstan serta jenis-jenis non makanan.
Combination store merupakan diversifikasi dari pasar swalayah dengan
memasuki produk obat-obatan dengan resep, toko ini rata-rata mempunyai
ruang jual 55.000 kaki persegi. Hypermarket lebih luas dari toko gabungan,
yaitu 80.000-22.000 kaki persegi. Hypermarket ini merupakan kombinasi
antara pasar swalayan, toko diskon, dan prinsip-prinsip pedagang eceran
gudang.
6. Toko pemberi potongan harga (discount store), yaitu toko yang menjual
barang-barang standar dengan harga lebih rendah dari para pedagang
konvensional yang menetapkan marjin yang lebih rendah dan volume lebih
tinggi.
7. Toko gudang (warehouse store), yaitu toko tanpa embel-embel diskon,
mengurangi operasi pelayanan yang menjual dengan volume tinggi pada
harga rendah.
8. Ruang pamer katalog (catalog showroom), merupakan prinsip-prinsip
katalog dan pemotongan harga terhadap pilihan-pilihan produk yang banyak
dengan penggembungan (mark up) yang tinggi, perputaran cepat (fast
moving), dan bermerek.26
b. Fungsi Utama Bisnis Ritel
1) Menyediakan berbagai macam produk dan jasa (providing assortments)
26 Bob Foster, Manajemen Ritel, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 40-42.
Pelaku bisnis ritel berusaha menyediakan berbagai macam
kebutuhan konsumen yaitu beraneka ragam produk dan jasa. Supermarket
menyediakan produk-produk makanan, kesehatan, perawatan kecantikan,
dan produk rumah tangga, sedangkan Departemen Store menyediakan
berbagai macam pakaian dan aksesoris.
2) Memecah (breaking bulk)
Ritel menawarkan produk-produk dalam jumlah kecil yang
disesuaikan dengan pola konsumsi para konsumen secara individual dan
rumah tangga.
3) Mengadakan inventory (holding inventory)
Ritel berposisi sebagai perusahaan yang menyimpan stok atau
persediaan dengan ukuran lebih kecil, sehingga pelanggan akan.
diuntungkan karena akan terdapat jaminan ketersediaan barang atau jasa
yang disimpan ritel.
4) Memberikan jasa atau layanan (providing service)
Ritel menyediakan jasa yang membuat mudah bagi konsumen membeli dan
menggunakan produk.
5) Meningkatkan nilai produk dan jasa
Pembelian salah satu barang pada ritel akan menambah nilai barang tersebut
karena mampu memenuhi kebutuhan konsumen.27
c. Klasifikasi Bisnis Ritel
Bisnis ritel atau disebut juga perdagangan eceran secara umum bisa
diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu perdagangan eceran
besar dan perdagangan eceran kecil.28
d. Jenis-jenis Penjualan Eceran
Pedagang eceran bertoko (Store retailer) dapat dibagi ke dalam delapan
kategori, yaitu:
1) Toko khusus (specialty store), yaitu suatu toko yang mempunyai lini
produk terbatas tetapi dengan berbagai keragaman dalam hal produk itu.
Contoh: toko olah raga, toko furniture, toko pakaian, dan toko buku.
2) Toko serba ada (department store), yaitu toko serba ada yang memiliki
beberapa lini produk, khususnya pakaian, alat-alat rumah tangga, dan
perlengkapan rumah, di mana setiap lini produk
dioperasikan sebagai sebuah departemen yang terpisah yang dikelola oleh
pembeli barang khusus.
27 Christina Whidya Utami, Strategi Pemasaran Ritel… hlm. 11-12
28
3) Pasar swalayan (supermarket), yaitu suatu toko yang cukup besar,
menyediakan makanan, minuman, kebutuhan rumah tangga, barang-barang
kosmetik, bahkan obat-obatan.
D. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen
29 Bob Foster, Manajemen Ritel (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), hlm. 40-42
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta
proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan
evaluasi.30
Perilaku konsumen merupakan proses pengambilan keputusan
yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan
bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi.31
Berdasarkan teori perilaku konsumen di atas peneliti sampai
pada pemahaman bahwa perilaku konsumen adalah proses pembelian
yang dilakukan oleh konsumen dalam memilih sampai menggunakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
METODE PENELITIAN
1. JenisPenelitian
2. PendekatanPenelitian
B. Setting Penelitian
C. Variabel Penelitian
32 Saifudin Azwar, M etode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm. 105.
33 Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi &
Manajemen, Cet. Ke-6, (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm. 12.
Variabel dapat disamakan dengan sesuatu yang dapat digunakan
untuk membedakan atau merubah nilai, sebagai sinonim dari konstruk yang
dinyatakan dengan nilai atau angka.34 Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Yang menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). 35
Variabel dalam penelitian ini adalah promosi (X1), Display Produk (X2),
dan Potongan Harga (X3)
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. 36 Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah perilaku impulse buying (Y).
TABEL
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.37 Populasi
34Tony Wijaya, Metodologi Penelitian ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013),
hlm. 13.
35 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. Ke-21, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 2-4
36 Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis… hlm. 63.
37 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 148.
bisa disebut sebagai totalitas subjek penelitian.38 Populasi dalam penelitian
ini adalah konsumen muslim yang berbelanja di Hypermart kota
Pekalongan, populasi ini merupakan populasi yang tidak terhingga karena
tidak dapat diketahui secara pasti ukuran populasi sebenarnya dari
konsumen muslim yang datang berbelanja di Hypermart kota Pekalongan.
2. Sampel
Di mana :
Σp = kesalahan proporsi standar (0,01/1,96=0,051)
P = proporsi populasi
q=1–p
pq = ukuran penyebaran sampel
n = ukuran sampel
Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% (1,96), marjin kesalahan
sebesar 10% (0,1) dan p = 0,5. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini
sebagai berikut :
0,25
n= 2 + 1
(0,051)
1. Instrumen Penelitian
Skala pengukuran instrumen penelitian ini ialah skala likert, dimana skala
tersebut dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. 43 Skala ini menilai
41 Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akutansi &
Manajemen, Cet. Ke-6 (Yogyakarta: BPFE, 2014), hlm. 130.
42 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perhitungan Manual
& SPSS, Ed. I, Cet. Ke-2 (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46.
43 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif…hlm. 25.
sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden
diminta memberikan respons dalam skala ukur yang telah disediakan.44
a. Kuesioner
Teknik kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden,
dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut.46 Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik
Personally Administered Questionnaires, yaitu penggunaan teknik
kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti.
Setelah kuesioner sudah terisi penuh, jawaban-jawaban dikonversi
menjadi data numerik lalu dianalisis dengan program SPSS.
a. Pengeditan (Editing)
Editing merupakan proses pengecekan atau pemeriksaan data yang
telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan
data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan.
Tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan
data yang terdapat pada catatan dilapangan.
b. Pemberian Kode (Coding)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap
data yang termasuk ketegori yang sama. Coding digunakan untuk
membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisi.
c. Scoring
Scoring yaitu mengubah data yang bersifat kaulitatif ke dalam bentuk
kuantitatif dengan menggunakan skala likert
d. Tabulasi
Tabulasi yaitu kegiatan melakukan pengolahan data ke dalam bentuk
tabel dengan memproses hitung frekuensi dari masing-masing kategori,
baik secara manual maupun dengan bantuan komputer SPSS.
2. Analisis Data
47 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 167-168.
a. Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur suatu skala
pengukuran yang disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Validitas data diukur dengan menggunakan r hitung dengan
(r product moment). Jika r hitung > r tabel, dan nilai positif maka
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.48 Dalam
penelitian ini besarnya r tabel adalah 0,197.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh
mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat dapat diandalkan.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.49 Pada
penelitian ini uji reliabilitas menggunakan teknik cronbach alpha.
Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60 maka kuesioner
dinyatakan reliabel.50
48Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,
(Semarang: UNDIP, 2011), hlm. 49
49 Imam Gozhali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS19... hlm. 47
50 Nana Syaoda Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 230
51 Mansur Chadi Mursid, Praktikum Komputer Keuangan, Cet. Ke-1, (Tegal: Khoirunnisa,
2016), hlm. 18
dua cara untuk mendeteksi apakah residual data berdistribusi normal
ataukah tidak yaitu dengan melihat grafik normal probability plot
dan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Apabila pada grafik probability plot tampak bahwa titik-titik
menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti
garis diagonal maka ini dapat disimpulkan bahwa residual data
memiliki distribusi normal, atau data memenuhi asumsi klasik
normalitas. Dan jika signifikan hasil uji K-S nilainya lebih besar dari
0,05 berarti data juga berdistribusi normal.52
2) Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji untuk melihat apakah ada hubungan linear yang
signifikan dari dua buah variabel yang sedang diteliti. Uji ini merupakan
prasyarat penggunan analisis regresi dan korelasi. Pengujian Linearitas
dengan menggunakan SPSS dapat dilakukan dengan perangkat Test for
Linearity. Sama seperti pada standar defaultnya dengan menggunakan
tingkat signifikansi alpha 5% maka suatu variabel memiliki hubungan linear
dengan variabel lainnya jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.53
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama.
variabel independen sama dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.54
4) Uji Heteroskedestisitas
Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variance dari residual data satu observasi ke observasi lainnya
berbeda ataukah tetap. Jika variance dari residual data sama disebut
dengan homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisistas. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu
SRESID dengan residualnya ZPRED.56
55 Hengky Latan dan Selva Temalagi, Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 63
56 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM ... hlm. 139
57 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM ... hlm. 139.
58 46Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS,..hlm 139
c. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap sati variabel terikat (untuk membuktikan
fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas X1,
X2, X3, ...., X1 terhadap suatu variabel terikat Y).59 Adapun model dari
regresi linier berganda adalah
Y = a +b1X1+b2X2+b3X3 + b4X4 +e
Dimana :
Y = kepuasan pelanggan
a = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi
X1 = kualitas pelayanan
X2 = kualitas produk
X3 = harga
X4 = biaya
X5 = etika penjualan
e = variabel pengganggu
d. Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.60 Jika nilai signifikansi yang dihasilkan uji t P < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Cara lain untuk menguji
signifikansi uji t adalah dengan membandingkan t statistik dengan t tabel.
Jika t statistik > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.61
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.63
Nilai koefisien determinasi 0.75, 0.50, dan 0.25 menunjukkan bahwa model
kuat, sedang, dan lemah.64
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti akan
meningkat. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti
R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan kedalam model.
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang
dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati dalam Ghozali jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2
dianggap bernilai nol.65