Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, yaitu sekitar 259 juta
penduduk yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sekitar 22 juta penduduk
diantaranya adalah anak-anak. Anak adalah penerus bangsa ini, sebagai pembangkit
negara di masa depan. Sesuai dengan yang diajarkan dalam agama Islam, anak
adalah titipan Allah SWT yang seharusnya dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya
oleh orang tuanya.
Anak adalah tunas yang akan meraih cita-cita negara ini. Anak akan
mendapatkan tugas yang berat saat ia dewasa, maka dari itu anak harus diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan waktunya,
baik secara fisik maupun mental. Anak harus diberikan waktu untuk menikmati
dunianya dengan tetap memberikan pengawasan terhadapnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, anak mulai sulit mendapatkan hak yang ia miliki. Banyak
orang tua yang memanfaatkan anaknya dengan semena-mena. Orang tua tidak bisa
memahami kehidupan si anak dengan memperlakukannya dengan keras, tidak wajar
dan tidak baik sehingga mengganggu jiwa dan psikologinya yang tentu saja akan
merusak masa depan anak itu.
Anak pada zaman ini banyak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang
tuanya, contoh: seorang anak yang sebenarnya tugas utamanya adalah belajar di
sekolah untuk mendapatkan ilmu, tetapi dipekerjakan oleh orang tuanya untuk
meminta-minta di jalanan. Itu adalah salah satu contoh dari eksploitasi anak yang
dilakukan oleh orang tua di Indonesia sekarang, kebanyakan hal itu dilakukan oleh
keluarga yang kehidupannya menengha ke bawah.. Anak tidak lagi mendapatkan
haknya dengan baik dan benar. Ia tidak sempat menikmati masa-masanya untuk
belajar dan bermain di sekolah. Pemanfaatan anak juga banyak dilakukan di dalam
dunia keartisan, dimana seorang anak dimanfaatkan orang tuanya untuk bekerja dan
mendapatkan materi yang akan dinikmati oleh keluarganya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang eksploitasi anak, bahaya
eksploitasi anak serta upaya penanganannya.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang dibahas dalam makalah ini mengenai bagaimana keadaan
eksploitasi anak di Indonesia. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini
mengenai:
1. Penyusun memfokuskan pembahasan hanya tentang eksploitasi anak, tidak
berkaitan pada masalah lain. Hal ini dimaksudkan agar penyusun dapat fokus

1
pada satu bagian, sehingga data yang diperoleh valid, spesifik serta
mendalam.
2. Eksploitasi anak dalam penanganan pemerintah dibawah Undang-Undang.

1.4 Pengertian
Eksploitasi adalah tindakan tanpa persetujuan korban berupa diperalat, diperas,
dimanfaatkan atau dipaksa untuk memperoleh keuntungan pribadi bagi pelaku.
Eksploitasi sendiri dapat berupa tindakan perbudakan, pelacuran, penindasan,
pemerasan juga pemanfaatan fisik yang di salahgunakan.
Menurut Martaja (2009), eksploitasi anak secara ekonomi adalah pemanfaatan
anak-anak secara tidak etis demi mendapatkan keuntungan secara ekonomi baik
berupa uang ataupun yang setara dengan uang. Sedangkan menurut Soeharto (2005),
eksploitasi anak adalah tindakan sewenang-wenang dan perlakuan yang bersifat
diskriminatif terhadap anak yang dilakukan oleh masyarakat ataupun keluarga
dengan tujuan memaksa anak tersebut untuk melakukan sesuatu tanpa
memperhatikan hak anak seperti perkembangan fisik dan mentalnya.

BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Penyebab Eksploitasi Anak


Sering kita lihat banyak anak-anak jalanan yang menjadi pengamen, penjual
koran bahkan pengemis. Beberapa dari mereka bekerja karena berniat membantu
orangtua dan memenuhi kebutuhan hidup sendiri karena himpitan ekonomi. Bila di
tinjau pada peristiwa tersebut, dapat di simpulkan bahwa mereka (anak-anak
tersebut) bekerja atas dasar keinginan sendiri dan mereka menjalankannya dengan
tulus serta senang hati. Akan tetapi, banyak juga dari mereka yang bekerja keras
karena perintah dan paksaan dari orang tuanya. Hal ini pun tidak terlepas dari
himpitan ekonomi yang diderita oleh keluarga tersebut.
Kemiskinan dianggap sebagai salah satu faktor utama eksploitasi terhadap anak.
Meski Undang-Undang telah melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak, masih
banyak orangtua yang malas untuk mencari penghidupan dan menugaskan anaknya
secara paksa untuk bekerja. Kekurangan bahan pokok, kesulitan membayar biaya
sekolah bahkan kasus hutang-piutang juga menjadi penyebab utama orangtua
mempekerjakan anak-anaknya yang berujung kepada putus sekolah, sehingga
terrenggutlah hak mereka untuk hidup bebas dan menuntut ilmu dengan tenang.

2.2 Akibat Eksploitasi Anak


Ada beberapa akibat yang ditimbulkan dari eksploitasi anak, yaitu sebagai
berikut:
1. Anak kehilangan haknya untuk belajar. Sebagian besar anak jalanan adalah anak
yang putus sekolah dan bahkan tidak pernah merasakan bangku pendidikan

2
karena kekurangan biaya atau tidak ada biaya. Anak tidak bisa merasakan masa
masa kekanak-kanakannya dan masa bermainnya dengan baik. Mereka sudah
dituntut untuk bekerja padahal belum waktunya untuk itu.
2. Perilaku anak banyak yang menyimpang. Hidup di jalanan bukanlah hal yang
mudah terlebih bagi anak-anak di bawah umur. Mereka harus berjuang mencari
uang dan besar kemungkinan terpengaruh hal-hal buruk seperti merokok di usia
anak-anak, berbahasa kasar, terkadang bertengkar dengan anak-anak lainnya,
masuk ke dalam pergaulan bebas, kecanduan alkohol, pemakai narkoba, dan
pengaruh buruk lainnya.
3. Anak kekurangan kasih sayang. Poin ini menjadi faktor utama dari eksploitasi
ini. Mereka dipaksa bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktunya di jalanan
mencari uang dibandingkan merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Padahal,
anak pada usia dini sangat membutuhkan kasih sayang orang tua untuk
merawatnya dan menjaganya. Mendapatkan perhatian yang lebih dan
diperlakukan dengan lembutlah yang dibutuhkan oleh anak-anak di bawah umur,
bukan perlakukan yang kasar dan mempekerjakannya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Upaya Mengatasi Eksploitasi Anak


Umunya, eksploitasi anak dilakukan oleh orang tua mereka sendiri. Oleh karena
itu, perlu adanya pembinaan, pengembangan, dan perlindungan anak dalam
kehidupan masyarakat. Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan
perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan
anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga
pendidikan.
Pemerintah juga sebaiknya memperbaiki fasilitas dan kualitas pendidikan dari
tingkat SD-SMA untuk memperluas partisipasi anak dalam pendidikan. Kita juga
dapat melakukan pemantauan dan mencari pengorganisir anak jalanan untuk
mengetahui tujuan dan motivasinya untuk apa.
Perguruan tinggi sebagai pusat sosialisasi dan rujukan tentang perlindungan dan
kesejahteraan anak perlu lebih berperan dalam merekontruksi pandangan
menghakimi pada korban eksploitasi anak. Dengan melakukan berbagai upaya diatas,
diharapkan eksploitasi anak di Indonesia dapat berkurang dan kita dapat memberikan
masa depan yang cerah bagi anak-anak di Indonesia.

3.2 Undang-Undang Tentang Eksploitasi Anak


Upaya pemerintah untuk mengatasinya adalah dengan dikeluarkannya UU no.
23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pemerintah juga harus memikirkan
pemenuhan kebutuhan masyarakat menengah kebawah untuk membebaskan mereka

3
dari kemiskinan sehingga tidak mepekerjakan anak-anaknya turun ke jalan. Bisa
dengan cara memberikan fasilitas tempat tinggal, sekolah, atau sarana usaha.
Upaya untuk mengatasi masalah ini sebagai masyarakat kita harus
mensosialisasikan adanya Undang-Undang Perlindungan Anak, terutama pada
ancaman tindak pidana atas mempekerjakan anak. Kita harus mensosialisasikannya
kepada orang-orang yang tidak tahu akan UU tersebut. Kita juga dapat
mensosialisasikan HAM terhadap orang tua. Pencegahan sejak dini di tingkat
keluarga dan komunitas dapat mengurangi risiko anak menjadi korban eksploitasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Dari makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa di Indonesia sendiri
banyak terjadi eksploitasi anak. Eksploitasi anak adalah berbagai pihak yang
mempekerjakan anak dibawah umur. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah
kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, kelalaian orang tua, dan kemauan anak
itu sendiri. Eksploitasi anak menyebabkan berbagai dampak buruk bagi anak itu
sendiri, yaitu putusnya sekolah, bersikap kasar, terjerumus ke hal-hal yang tidak
baik, dan hal buruk lainnya. Kita dapat mencegahnya dengan melakukan
pembimbingan dan pengarahan orang tua untuk menghindari sikap mengeksploitasi
anak.

4.2 Saran
Saran kami terhadap pemerintah adalah mengurangi tingkat kemiskinan di
Indonesia dengan memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan kehidupan yang
layak bagi mereka. Contohnya dengan memindahkan orang-orang yang tinggal di
pinggiran sungai ke tempat yang lebih layak seperti rumah susun. Tak hanya itu,
program sekolah gratis bagi anak-anak kurang mampu pun dapat menjadi salah satu
cara pencegahan eksploitasi anak terjadi. Anak yang terdidik, kelak akan memiliki
masa depan cerah yang berpengaruh pula pada kelangsungan hidup mereka. Juga,
kita selaku masyarakat lebih mensosialisasikan UU tentang perlindungan anak
terhadap masyarakat lain di Indonesia.

4
DAFTAR PUSTAKA

Zalfa Alzelia. 2014. Penyebab, akibat dan upaya eksploitasi anak di


http://kumpulanmakalahsosiologi.blogspot.com/2014/05/eksploitasi-anak.html (di
akses 23 Agustus 2019).

Ahmad Sofian. 2018. Terminologi hukum “kekerasan dan eksploitasi anak” di


http://business-law.binus.ac.id/2018/09/29/terminlogi-hukum-kekerasan-dan-
eksploitasi-anak/ (di akses 23 Agustus 2019).

Anda mungkin juga menyukai