Anda di halaman 1dari 39

“PENGARUH TV TERHADAP ANAK”

Tugas Makalah Bahasa Indonesia


Nama :
Adhi M.F.K (01)

Kata Pengantar
Dengan terlebih dahulu mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya karya ilmiah
ini dapat juga diselesaikan .
Oleh karena itu , pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
mereka yang telah banyak berperan dalam dalam proses penulisan karya ilmiah ini .
Penulis menyadari bahwa sebagai suatu karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya maka
untuk itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun guna lebih
sempurnya karya ilmiah ini .
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Allah swt membalas budi baik kepada semua pihak
yang telah banyak berperan dalam pembuatan makalah ini
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
A.Latar Belakang
B.Rumusan masalah
C.Tujuan dan Manfaat penulisan
D.Metode Penulisan
Bab 2 Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pengaruh TV
- Pengaruh terhadap Perkembangan anak
- Pengaruh terhadap Kesehatan
- Pengaruh terhadap kecedasan
C. Tips untuk mengurangi anak menonton TV
Bab 3 Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar pusaka
Lampiran
Bab I-Pendahuluan

1. Latar belakang masalah

Perkembangan sarana komunikasi dan informasi sangat pesat di era globalisasi ini . di abad ke 21
ini, sudah banyak alat komunikasi dan informasi. bahkan sekarang sudah tercipta alat
komunikasi yang ringan dan mudah dibawa yaitu netbook dan handphone/ ponsel dengan
fasilitas televisi .
Pada kesempatan ini kami akan menjelaskan televisi. Televisi adalah sarana komunikasi dan
informasi yang telah dikenal banyak orang yang dapat menyajikan gambar dan suara . kita sudah
sering menjumpai televisi di rumah–rumah ,bis pariwisata , bahkan di ponsel.
Dengan adanya televisi , kita dapat mengetahui berita-berita yang sedang terjadi dimanapun .
baik di dalam maupun di luar negeri .Banyak acara- acara di televisi yang menarik perhatian
orang , dari acara , edukasi , berita, komedi , acara remaja , acara dewasa bahkan anak – anak.
Hal ini membernarkan pepatah ”tiada hari tanpa menonton tv” karena hampir setiap orang
menonton tv. Bahkan ada yang rela begadang demi untuk menonton acara tv . Bahkan, tidak
sedikit dari kita yang menjadikan TV sebagai pengasuh, guru, penghibur atau bahkan sarana
promosi dagang. Lalu, bagaimana dengan pengaruh tv tersebut ?
B .Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dikembangkan permasalahan pokok yang diteliti dalam karya ini adalah
:
1. Bagaimana pengaruh menonton tv bagi anak-anak khusunya pelajar ?
2. Bagaimana cara mengurangi menonton tv ?
C.Tujuan & Manfaat penulisan

1. Memberitahukan tentang pengaruh tv


2. Menambah pengalaman bagi penulis
3. Menyeselaikan tugas dari Guru di sekolah

D.Metode penulisan
Karya tulis ini disusun dari beberapa sumber , yaitu media massa dan mengamati langsung (
sampel )
Bab II-Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Sample diambil dari 40 siswa smpn 176 , kelas 8a
Dan kesimpulannya sebagai berikut :

1. semua siswa suka menonton TV


2. 29 dari 40 siswa menonton tv lebih dari 3 jam sehari .
3. musik menjadi acara yang paling diminati , lalu disusul berita , kartun , komedi , film ,
olahraga , sinetron , reality show , documenter , infotaimanet
4. 8 dari 40 siswa lebih memilih menonton tv daripada belajar
5. 6 dari 40 siswa belajar hanya pada saat ada ujian
6. 13 dari 40 siswa tidak mengkhawatirkan jika nilainya turun di sekolah kalau terlalu
sering menonton tv.
7. 6 dari 40 siswa tidak memiliki nilai yang bagus di sekolah

B. Pengaruh TV
Banyak sekali pengaruh pengaruh tv , disini kami akan memberikan bukti konkret ( nyata ) :
1. Pengaruh terhadap perkembangan anak
Sebuah penelitian regional yang melibatkan anak – anak Kanada , Australia , Amerika dan
Indonesia dalam hal menonton televisi mendapatkan hasil yang menarik , yaitu anak Indonesia
adalah penonton tv terlama , disusul Amerika , Australia dan yang paling rendah Kanada .
Hal ini tak lepas dari perubahan gaya hidup masa kini yang dianut sebagain besar orang tua di
Indonesia: Sibuk bekerja, pengasuhan anak diserahkan kepada pengasuh serta berbagai faktor
lain yang mengiringi.
Menonton televisi tampaknya membawa dampak negatif pada perkembangan anak dibanding
dampak positif. Dari televisi anak-anak dapat menyaksikan semua tayangan, bahkan termasuk
yang belum layak mereka tonton, mulai kekerasan dan kehidupan seks .
Salah satu contoh pengaruh tv terhadap perilaku adalah korban acara SMACK DOWN ,
korbannya adalah anak SDN Wates 4 di Jogja yang bernama Maryunani yang masih duduk di
bangku kelas 3 SD harus di rawat di rumah sakit .
2. Pengaruh terhadap kesehatan
kecenderungan menonton tv terlalu lama akan meningkatkan angka obesitas pada anak-anak.
Satu jam nonton tv misalnya, akan meningkatkan obesitas sebesar 2%. Karena selama menonton
TV, , anak lebih banyak ngemil dan tak melakukan aktivitas olah tubuh.
Hal yang sama berlaku bagi anak yang lebih suka bermain games atau komputer dibanding anak
yang bermain-main di luar bersama teman-teman. Saat nonton tv atau main game, terjadi
ketidakseimbangan energi yang masuk dan yang digunakan . Saat anak nonton tv, kalori yang
dibakar hanya sekitar 36 kkal/jam, padahal apa yang dia konsumsi jauh melebihi kalori yang
digunakan. Anak - anak perlu aktif untuk bertumbuh.
Obesitas tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan karena mengundang berbagai penyakit
seperti hipertensi, diabetes, gangguan sendi, penyakit jantung koroner hingga stroke saat anak
dewasa, namun juga dapat mengganggu psikologis anak. Ingat, obesitas akan terbawa saat anak
dewasa jika tak ditangani secara baik. Mungkin ia akan merasa malu, rendah diri, bahkan merasa
tak berharga karena memiliki tubuh 'berbeda' dibanding teman-teman di lingkungannya.
3. Pengaruh terhadap kecerdasan
Menurut penelitian yang kami lakukan 6 dari 40 siswa mengatan tidak memiliki nilai yang bagus
di sekolah , dari data tersebut dia menonton TV lebih dari 3 jam sehari .
Menurut hasil penelitian Hancox RJ. Association of Television Viewing During Childhood with
Poor Educational Achievement.
Arch Pediatr Adolesc Med 2005, bahwa menonton tv saat masa anak dan remaja berdampak
jangka panjang terhadap kegagalan akademis umur 26 tahun.
Sedangkan penelitian lain mengenai pengaruh tv terhadap IQ anak mendapati hasil bahwa anak
di bawah 3 tahun yang rajin menonton televisi setiap jamnya ternyata hasil uji membaca turun,
uji membaca
komprehensif turun, juga memori. Yang positif hanyalah kemampuan mengenal dengan
membaca naik. Dari situ disimpulkan bahwa menonton tv pada anak di bawah 3 tahun hanya
membawa lebih banyak dampak buruk dibanding efek baiknya.
C. Tips untuk mengurangi Anak menonton TV
1. Memperbaiki pola menonton TV pada orang tua
Sebelum kita koreksi dan perbaiki pola menonton TV pada anak, sebaiknya kita koreksi dulu
bagaimana pola kita menonton TV. Karena orang tua adalah figur bagi anak-anak. Apa saja yang
dilakukan oleh orang tua akan begitu mudahnya dilakukan anak-anak pula. Kalau orang tua
menonton TV kapan saja dan melihat acara apapun tanpa kendali dan tanpa control, tentu anak
akan mengira bahwa TV memang suatu yang biasa ada dan sah saja dilihat dan dinikmati kapan
saja mereka suka. Kalau orang tua dating darimanapun yang disamperi pertama TV, atau dalam
rumah itu pagi, siang, sore, larut malam, dini hari TV terus menerus hidup, maka anak-anak akan
meniru pola orang tua menghadapi televisi. Dan mereka akan menganggap TV sebagai suatu
pelengkap yang harus ada, dan akan terasa hambar apabila ia tidak ada. Sudah semestinya orang
tua berusaha terlebih dahulu untuk mengendalikan diri. Tonton TV seperlunya saja dan lakukan
diet menonton TV.

1. Buat jadwal menonton TV

Buatkan anak-anak jadwal menonton TV. Misalnya Minggu jam 16.00 – 17.00 lihat kartun
Dinosaurus, Senin jam 14.00 – 15.00 liaht acara game anak dsb. Dengan begitu anak-anak akan
terlatih untuk disiplin serta akan banyak terkurangi waktu mereka di depan TV. Pada awalnya
mungkin mereka sangat sulit untuk menepati jadwal yang telah ditentukan, tapi lama kelamaan
anak akan terbiasa. Ajaklah anak untuk mendiskusikan berbagai acara anak yang ada di televisi.
Berilah penjelasan kepada anak mengapa sebuah acara atau film kartun tidak boleh dilihat. Dan
berilah kesempatan anak untuk mengemukakan pendapatnya.
Apabila mereka mengajukan usul untuk melihat sebuah
acara anak tanyakan alas an mereka memilih acara tersebut. Kalau alas an mereka baik dan tepat
tentu sepatutnya kita beri ijin mereka untuk menyaksikan acara tersebut.

1. Dampingi anak melihat TV

Selama ini kebiasaan kita, kalau anak-anak asyik menonton TV tentu kita bias melakukan
banyak kegiatan lain, tanpa terganggu oleh mereka. Tapi jika kita ingin anak-anak tidak
terpengaruh oleh hal-hal yang negative yang ditimbulkan oleh TV, maka sebagai orang tua kita
harus mendampingi anak saat melihat TV. Dengan demikian kita akan tahu betul acara apa yang
disaksikan oleh anak-anak kita. Kalau ada hal-hal yang tidak baik kita langsung bisa katakana
pada mereka. Sehingga tidak terjadi sesuatu yang fatal karena kita terlambat mengetahui bahwa
apa yang dikonsumsi oleh anak-anak kita adalah tontonan yang tidak sehat.

1. Kegiatan pengganti

Saat kita sudah memutuskan untuk merubah pola menonton TV pada keluarga, maka akan lebih
baik lagi kalau ornag tua membuat berbagai macam kegiatan pengganti yang disukai anak-anak.
Banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan bersama anak-anak untuk mengurangi kegiatan
mereka menonton TV. Beberapa kegiatan di bawah ini mungkin bisa kita jadikan salah satu
alternative sebagai pengganti nonton TV.
a. Melakukan berbagai macam permainan.
Banyak sekali permainan yang bisa dilakukan anak-anak seperti sepak bola, monopoli atau
berbagai macam permainan tradisional seperti jamuran, gatheng, engklek dsb. Supaya lebih asyik
ajak anak-anak tetangga/kerabat.
b. Membuat berbagai macam keterampilan tangan
Pilihlah ragam keterampilan yang mudah dilakukan anak-anak, dan ajaklah mereka membuatnya.
Seperti membuat amplop, membuat tas/dompet dari kertas, membuat kartu ucapan selamat
c. Melukis/menggambar
Ajaklah anak pergi ke kebun atau ke tempat terbuka, ajak mereka melukis atau menggambar
apapun yang mereka sukai dan mereka inginkan. Apapun dan seperti apapun hasil gambar
berilah penghargaan
d. Berkebun
Ajaklah anak-anak mengenal dan mencintai tanaman dengan berkebun. Tanamlah biji-biji
apapun atau segala macam tanaman hias pada tanah/pot-pot. Dari hari ke hari tanaman itu akan
tumbuh dan berkembang. Tanamkan pada anak rasa syukur serta takjub akan ciptaan Allah.
e. Dan masih banyak lagi

DAFTAR PUSTAKA

· www.google.com
·
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/11/tgl/25/time/174722/idnews
/712702/idkanal/10
· http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/31/11400984/menjauhkan.anak.dari.pengaruh.tv
· http://www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=144&Itemid=51
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga makalah ini dapat
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca yang budiman.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..2
1.4 Metode dan Prosedur……………………………………………………………...3
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………….4
2.1 Pengertian dan sejarah Televisi……………………………………………………4
2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak..6
2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan
Televisi…………………………………………………………………………….…10
BAB III PEMECAHAN MASALAH……………………………………………...12
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………14
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….14
4.2 Saran……………………………………….……………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam proses komunikasi terdapat pertukaran
informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal
penyampaian informasi adalah televisi. Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia
memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan penyebaran informasi
yang bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap nilai-nilai
sosial dan budaya manusia.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang
bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual
kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan
dari produksinya. Pada umumnya isi program siaran di televisi meliputi acara seperti berita,
dialog interaktif, program pedesaan, periklanan, kesenian dan budaya, film, sinetron, pendidikan,
kuis, komedi, dan lain-lain.
Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia
lebih lama dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui media lain.
Alasannya karena informasi yang diperoleh melibatkan dua indera yaitu pendengaran (audio)
dan penglihatan (visual) sekaligus secara stimultan pada saat yang bersamaan. Kemudian gambar
yang disajikan melalui siaran televisi merupakan pemindahan bentuk, warna, ornamen, dan
karakter yang sesungguhnya dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).
Kini tayangan berita di televisi semakin banyak dan berkembang sehingga menyebabkan pihak
stasiun televisi berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan berita yang eksklusif dan istimewa
agar diminati masyarakat. Berita yang disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard news, depth
news, dan feature news. Hard news adalah berita mengenai hal-hal penting yang langsung terkait
dengan kehidupan masyarakat dan harus segera diketahui oleh masyarakat, seperti kasus
kriminal.
Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang mengandung unsur
pornografis, kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang ditampilkan di layar kaca. Berita
tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja.
Mereka masih belum dapat memilih dan memilah mana tayangan yang seharusnya patut
dicontoh dan tidak. Tayangan berita yang demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan
remaja yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk memiliki andil besar
dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Berdasarkan latar
belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah mengenai pengaruh berita di televisi
terhadap perilaku anak-anak dan remaja

1.2 Rumusan Masalah


Berkembangnya tayangan berita di televisi menambah informasi bagi masyarakat. Berita hadir
karena permintaan pasar akan informasi tidak pernah surut, namun tidak sedikit dari isi berita
yang dengan atau tanpa sengaja menyertakan unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme yang
dapat mempengaruhi emosi pemirsa sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Pengonsumsi
berita tidak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan para remaja. Anak-anak
dan remaja merupakan bagian dari masyarakat yang pola pikirnya masih labil dan emosional,
oleh sebab itu mereka akan dengan mudah terpengaruh pada tayangan berita di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap
perilaku anak-anak?

2. Bagaimana Solusi yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan


perilaku menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap anak-anak?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak negative dari tayangan televise terhadap perilaku anak-anak
2. Mengetahui solusi dari orang tua terhadap dampak negative dari televisi bagi anak-anak
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan
informasi dari berbagai narasumber dan browsing di internet.Serta alternatif pemecahan masalah
yang digunakan ialah pendekatan multidisipliner

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian dan sejarah Televisi


Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran
gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata
"televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio
("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi
jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi",
ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena
penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal
sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Bermuladitemukannya electrische telekop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswadari
Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov. Untuk mengirim gambar melalui udara dari
satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui
sebagai bapak televisi.Akan tetapi televisi baru bisa dinikmati oleh pihak publik ketika
khalayakdapat menonton siaran rapat dewan keamanan PBB digedung olah raga perguruantinggi
Hunter, New York pada tahun 1946.Para wartawan dan undangan padasaat itu bukan hanya
tertarik dengan perdebatan yang ada akan tetapi juga tertarikdengan suatu alat baru yang
membuat mereka lebih jelas menyaksikan apa yangterjadi dalam persidangan walaupun
terhalang oleh dinding.Sejak saat itu televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Mulaidari Amerika, Inggris dan di Indonesia televisi baru ada pada tahun 1962.

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu
televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai
sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an,
kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak
televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun
terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang
paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran
radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio
berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur
frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah
memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000,
siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran
publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di
antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang
tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi.
Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL,
NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem
televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan
pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk
diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang
dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan
perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.[2]
Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21. Pada tahun 2010,
iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di
antaranya adalah Facebook dan Twitter.[3]

2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi
tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu surat kabar dan radio,
televisi memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai
sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan informasi
yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan
pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan (Kuswandi, 1998).
Salah satu program televisi yang tetap menjadi program utama di sebuah stasiun televisi adalah
berita. Berita televisi yang merupakan perkembangan dari teknologi modern, merujuk pada
praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita
bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan
terbaru peristiwa-peristiwa lokal/regional maupun internasional. Stasiun televisi biasanya
menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada
waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’
untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita
dadakan lain yang penting.
Dunia teknologi yang semakin canggih bagaikan koin yang memiliki dua sisi berlawanan. Selain
dapat menimbulkan dampak positif seperti memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi,
juga dapat membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.
Lapisan masyarakat yang paling mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya
adalah anak-anak dan remaja. Marwan (2008) menyatakan bahwa: “Usia anak-anak dan remaja
merupakan masa labil seseorang. Dimana pada saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri “ini
aku”. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa
pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil”. Artinya jika mereka tidak dapat
mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi.

Televisi ternyata memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak. Menurut catatan KPID
Jawa Timur, anak Indonesia rata-rata menonton televisi selama 30-35 jam dalam sepekan. Benar-
benar waktu yang lebih lama dari waktu belajarnya di sekolah. Dengan waktu menonton yang
cukup lama tersebut, membuat anak lebih mudah terobsesi dengan apa yang dilihatnya di
televisi.
Tidak semua orang tua menyadari dampak buruk televisi. Bagi yang tidak sadar, cenderung
melakukan pembiaran bagi anak-anaknya untuk melihat tontonan yang ada di televisi, sepanjang
anak tersebut masih ada di dalam rumah dan masih bisa diawasi oleh orang tua. Entah program
yang dilihat tersebut memang cocok untuk anak-anak atau tidak. Karena meskipun yang dilihat
anak adalah film kartun tapi di dalamnya masih memuat kekerasan, atau perkelahian. Apalagi
yang ditonton tidak hanya film kartun saja tetapi film-film atau sinetron-sinetron yang di
dalamnya mengandung intrik-intrik, konspirasi atau hanya mengumbar mimpi-mimpi indah. Dan
menurut hasil survei yang dilakukan oleh para ahli, seringkali anak-anak yang mempunyai
perilaku nakal, suka mengganggu anak lainnya, berlaku kasar adalah anak-anak yang paling
banyak menonton hiburan kekerasan.
Tetapi bagi orang tua yang sadar benar dengan perkembangan anaknya akan memperhatikan
secara sungguh-sungguh apa yang sedang ditonton anak-anak mereka, apakah tontonan tersebut
memang cocok untuk perkembangan psikologi anaknya atau tidak.
Dampak lainnya nyaitu :
 Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan
bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat
kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan
kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
 Mendorong Anak Menjadi Konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi
konsumtif
 Berpengaruh Terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar
kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa
semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar
televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
 Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak
menjadi malas belajar
 Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola
pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi
imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya
 Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan,
akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.
 Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang
individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote
control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur
sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya
pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini
membuat anak tidak kreatif.
 Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang
untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian
membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara
waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi
orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan
TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka
secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak
dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya
menimbulkan kegemukan.
 Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama
bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV
sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota
keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan
mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40
menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton
acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
 Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton
TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi
yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau
matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak
yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka
lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus
korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka
sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.

2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan Televisi
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efektif dan efisien. Informasi
yang diinginkan oleh banyak orang hampir semuanya dapat diperoleh dari berbagai program dan
tayangan berita di televisi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan material.
Kegiatan menonton berita di televisi sering tidak terencana dan bersifat tidak sadar. Apabila
orangtua dari si anak dan remaja sedang menonton berita, mereka juga turut serta menontonnya.
Televisi dapat dengan mudah melahap sebagian besar waktu sang anak yaitu waktu untuk
belajar, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga.
Apabila berita di televisi menyajikan tayangan yang bernuansa kekerasan, maka anak-anak dan
remaja cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena mereka beranggapan
bahwa anak yang kuat akan disegani oleh teman-temannya. Apa yang dilihat pada tayangan
televisi itu biasanya akan ditiru mentah-mentah tanpa bersikap selektif dalam memilih tayangan
yang disajikan. Akibatnya, timbul kekhawatiran akan pengaruh tayangan berita di televisi
terhadap perilaku anak-anak dan remaja.
Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul, tentu peran orang tua tidak bisa
diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap
televisi akan mempengaruhi perilaku anak. Maka sebaiknya orang tua lebih mengutamakan anak
daripada aktivitasnya. Orang tua yang terlalu asik dengan kesibukannya untuk mencari nafkah
akan berpengaruh terhadap kebiasaan sang anak yang tidak teratur. Anak atau remaja yang sering
diabaikan oleh orangtuanya seringkali memiliki persepsi berbeda terhadap apa yang mereka lihat
di televisi.

Di kala orang tua sudah selesai dengan segala aktivitasnya, mereka biasanya menonton televisi.
Menonton bersama anak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Namun secara tidak
sadar orang tua terkadang lalai dalam memilih tayangan mana yang sebaiknya disaksikan oleh
anak mereka. sebaiknya orang tua menentukan batasan bagi anak-anaknya setelah membatasi
dirinya terlebih dahulu untuk menonton televisi. Kemudian mengikutsertakan anak dalam
membuat batasan menonton juga menjadi cara efektif agar anak menjadikan kegiatan menonton
televisi hanya sebagai pilihan bukan sebagai kebiasaan.
Orang tua harus bisa mengontrol anaknya dengan cara mengawasi sang anak pada saat
menyaksikan program televisi, termasuk berita. Ketika tayangan berita tersebut mengandung
unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme, maka orang tua harus dapat memberikan
penjelasan hal mana saja yang patut dicontoh dan tidak. Untuk meminimalisir perubahan
perilaku menyimpang pada anak mereka akibat adanya tayangan tersebut, orang tua sebaiknya
mengusahakan agar televisi hanya sebagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Utamakan
waktu untuk bermain bersama teman-temannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-
jalan dan menikmati makan bersama keluarga. Umumnya anak dan remaja senang belajar
dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun besama orang tuanya.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa anak-anak
mudah sekali melakukan modelling. Oleh karena itu, tayangan TV yang tidak sesuai bagi anak
dapat membentuk dan meningkatkan perilaku agresif mereka.
Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat di lakukan:
 Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton dan diskusikan tayangan tersebut
bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat
memetik pelajaran (insight) dari tayangan yg mereka tonton.
 Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di
luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya
membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
 Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show yang direkayasa
dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi
anak seperti Discovery Channel for Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV
kabel adalah anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak
anda.
 Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya
rating tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D
(Dewasa). Untuk film-film Amerika, ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture
Association of America). Rating ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli untuk
mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rating G (General
Audience) untuk semua umur, PG (Parental Guidance Suggested) untuk semua umur tapi
sebaiknya dengan bimbingan orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned) beberapa materi
tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk mereka yang berusia 17 tahun
ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under Admitted) untuk orang dewasa (dulu rating NC-17
menggunakan rating X atau semi porno).
 Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda
(termasuk pembantu anda) untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi
dapat membuat anak anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada
adegan yang tidak sesuai bagi anak anda.
 Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada perlawanan dari anak sendiri,
tetapi dengan memberikan pengertian kepadanya diharapkan anak akan sedikit merubah
kebiasaan menonton televisi.
 Dampingi anak ketika menonton televisi. Berikan pengertian seputar apa yang sedang
ditontonnya. Bila ada muatan kekerasan didalamnya, beri pengertian bahwa hal tersebut tidak
baik

 Agar anak dapat mengalihkan konsentrasinya pada kebiasaan menonton televisi, lebih
baik jika Anda berikan buku-buku bacaan atau Anda bisa mengajak untuk melakukan kegiatan di
luar rumah tentunya dengan pengawasan Anda.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang timbul
akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dapat berupa pengaruh
negatif. Siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak karena kemampuan
menciptakan kesan dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari
realitasnya sehingga mereka ingin mencoba apa yang mereka lihat di televisi itu agar dapat
disebut sebagai anak gaul di lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa diabaikan,
disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan
mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua mereka mengajarkan dan membimbing
ke arah yang baik, maka anak atau remaja tersebut tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak
baik, dan begitupun sebaliknya.

4.2 Saran
1. Pilihlah tayangan berita di televisi yang tidak mengandung unsur pornografis, kekerasan
dan hedonisme.

2. Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak-anak, remaja, dan yang sudah
dewasa.

3. Usahakan televisi hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak.

4. Alihkan perhatian dan kegemaran anak serta remaja dalam keluarga dari kecanduan
menyaksikan acara televisi yang ditayangkan setiap hari kepada bentuk-bentuk kegiatan dan
kesenangan baru yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Marwan. 2008. Dampak Siaran Televisi Terhadap Kenakalan Remaja. [Terhubung Berkala]
http://dutamasyar
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203998-pengertian-dan-sejarah-
televisi/#ixzz1d0Pioo7N
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu
menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam
jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara
yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat
pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.
Bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
aktivitas kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.

Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan,
sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah
mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara
demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-
anak lebih suka berlama-lama di depan televisi daripada belajar, atau bahkan banyak
anak yang hampir lupa akan waktu makannya karena televisi. Ini merupakan suatu
masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi
setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.

Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak
adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian
dikatakan selama masa sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan
dalam televisi. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu
meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak
tersebut akan mengikuti acara televise yang ia tonton. Dalam karya ilmiah ini akan
dibahas lebih banyak pengaruh negatif menonton televisi terhadap psikologis dan
perilaku anak usia dini sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian tersebut, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak negatif dari menonton televisi terhadap akhlak anak ?
2. Apa sajakah perilaku anak yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi ?
3. Bagaimana peran orang tua dalam mengatasi dampak negatif menonton televisi
terhadap anak ?
4. Apa yang dapat dilakukan orang tua dalam mencegah munculnya dampak negatif
dari menonton televisi ?
5. Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap
perilaku anak-anak dan remaja?
6. Mengapa tayangan berita di televisi berpengaruh terhadap perilaku anak-anak dan
remaja?
7. Bagaimana upaya yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan
perilaku menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap anak-anak dan
remaja ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut :


1. Mengetahui penyebab kebiasaan menonton televisi pada anak.
2. Mengetahui pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi tersebut terhadap
akhlak anak.
3. Mendorong para orang tua untuk mengatasi pengaruh negatif yang muncul dari
kebiasaan menonton televisi pada anak.

D. Manfaat Penulisan

1. Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri selaku
penulis serta bagi para pembacanya, adapun harapan itu agar makalah ini dapat
ditujukan kepada setiap orang tua agar lebih berhati-hati terhadap acara- acara
yang disiarkan ditelevisi dan bisa mengantisipasi dampak-dampak yang bisa
ditimbulkan dari acara-acara televisi, serta orang tua lebih selektif dalam memilih
acara-acara televisi yang cocok untuk perkembangan anaknya dan acara yang
mana tidak cocok untuk perkembangan anaknya. Sehingga fungsi televisi
sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana
mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama
maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2. Mengkaji alasan bahwa siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak
dan remaja.
3. Sebagai bahan masukan dan pelajaran bagi para orangtua dalam upaya
pencegahan terjadinya perubahan perilaku yang menyimpang pada anak-anak
dan remaja sebagai akibat dari adanya tayangan berita di televisi.

E. Metode Penulisan

1. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam karya tulis ini dilakukan dengan teknik studi pustaka
angket dan wawancara. Data dalam karya tulis ini adalah informasi dai hasil telaah
dokumen kepustakaan, seperti buku- buku, jurnal dan sebagainya. Selain itu didukung
juga dengan sumber- sumber dari internet yang sesuai dengan penulisan yang dibahas.
Angket dan wawancara juga dilakukan untuk mendukung data yang didapat dari studi
pustaka. Dalam hal ini penyebaran angket dan pelaksanaan wawancara dilakukan di
SDN Utan Kayu Selatan 13 pagi kepada murid siswa kelas 5 dan orang tua murid.

2. Pengolahan Data
Dalam karya tulis ini data diolah dengan cara menyajikan dan menganalisis data
kemudian diambil kesimpulan. Dalam hal ini, data dari internet yang berupa pengaruh
televisi terhadap perkembangan anak dipilih sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu,
data-data yang dapat digunakan dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada, kemudian
ditarik suatu kesimpulan.

3. Analisis dan Sintesis


Analisis data dalam karya tulis ini dilakukan dengan cara menguji, menyesuaikan dan
mengkategorikan data dengan teori yang ada dalam telaah pustaka dengan data dari
angket dan wawancara . Dalam hal ini fase-fase perkembangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak dikaitkan dengan media televisi. Setelah semua
terkategori dengan baik atau terkumpul dengan baik, maka ditarik suatu simpulan dan
dijadikan alternatif pemecahan masalah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan,
jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui
gelombang radio. (Kamus Internasional Populer: 196)1 Sedangkan menurut KBBI
(2001:919)2 televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak
yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat
dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan
sebagainya. Televisi sama halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita
jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio,
atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan
rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di
rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-
lain. Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel .Sistem ini menggunakan
peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan
mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang
dapat didengar.

1 Kamus Internasional Populer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm.196.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm.
919.
Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat
dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit.
Apa yang kita saksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan
suara. Jadi ada dua unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara.
Rekaman suara dengan gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi
getaran-getaran listrik, getaran-getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar
mengubah getaran getaran-getaran listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik,
gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang
elektromagnetik dipancarkan sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.
2. Tujuan dan Fungsi Televisi
a. Tujuan
Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 43,
bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan
makmur.
Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia sudah diatur dalam
undang-undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara khususnya dimiliki oleh stasiun
televise yang bersangkutan. Dari uraian di atas penulis dapat mengklarifikasikan
mengenai tujuan secara umum adanya televise atau penyiaran di Indonesia, adalah
sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman


dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3 UndangUndang Penyiaran No. 24
Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta

2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan

3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur

b. Fungsi
Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan
oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan
dan sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB
II pasal 54 berbunyi ³Penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan
penerangan, pendidikan dan hiburan, yang memperkuat ideology, politik, ekonomi,
social budaya serta pertahanan dan keamanan.´ Banyak acara yang disajikan oleh
stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga
hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa
sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan. Dari uraian di atas
mengenai fungsi televisi secara umum menurut undang-undang penyiaran, dapat kita
deskripsikan bahwa fungsi televisi sangat baik karena memiliki fungsi sebagai berikut:

Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu :

a. Fungsi rekreatif
Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada
pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
b. Fungsi edukatif
4 loc.cit.Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan
kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.
c. Fungsi informatif
Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan
adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi
yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan
menambahkan wawasan.

3. Manfaat dan Kerugian Televisi

a. Manfaat Televisi
Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang
berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun
psikomotor (Mansur,1993:28)5. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan
televise Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita,
dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni
yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan
manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki
kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat
yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan
dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron, drama dan acara-
acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-
norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak 5 Awadl Mansur, Manfaat dan
Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta, 1993, hlm.28 Pada anak. Televisi menarik
minat baik terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat
televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya
yang menyenangkan.

b.Kerugian Televisi
Kerugian yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena
terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna
televise tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang
disajikan. Dalam konteks semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kerugian itu
sebagai berikut:
1. Menyia-nyiakan waktu
2. Melalaikan tugas dan kewajiban
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif.
4. Mengganggu kesehatan
5. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar anak
(Mansur, 1993:37)6
B. Gambaran Umum Akhlak Anak

1. Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah
laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat.
Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa
pendapat diantaranya:
a. Al-Ghozali (Umary, 1966: 40) 7mengemukakan bahwa akhlak ialah yang tertanam
dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan
pertimbangan. 6 ibid., hlm.37,7 Barmawie Umary, Materia Akhlak, Cv. Ramadani,
Yogyakarta, hlm.40.

b. Ahmad Amin (Umary, 1966: 41)8 mengemukakan bahwa akhlak yang dibiasakan,
artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan
akhlak.

c. Ibnu Maskawaih mengemukakakn bahwa akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melakukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu. Dari definisi-definisi di atas memberikan suatu gambaran,
bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang tanpa dibuat-buat
tanpa ada dorongan dari luar. Kalau pun adanya dorongan dari luar sehingga
seseorang menampakan pribadinya dengan bentuk tingkah laku yang baik, namun
suatu waktu tanpa di pasti akan terlihat tingkah laku yang sebenarnya.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi akhlak anak


Pertama seseorang mempunyai tingkah laku atau akhlak, karena adanya pengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung (Atjeh, 1963:103)9. Oleh karena itu ada dua
faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
1. Faktor keturunan/keluarga
Faktor keturunan/keluarga merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan
akhlak anaknya. Yang dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya.
Oleh karena itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-
anaknya. Pepatah mengatakan Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Nabi
Muhammad SAW menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci atau
fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara langsung banyak memberikan bekas
bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya.8ibid., hlm 41,9 Abu Bakar
Atjeh, Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta, hlm.103.
Dan secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah maupun ibu)
terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan dan
perkembangan kematangan hidupnya.
2. Faktor lingkungan/pergaulan
Faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang di samping faktor keturunan dan juga
faktor lingkungan, dari faktor kedua ini faktor pergaulan/lingkunganlah yang sangat kuat
pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan karakter atau
akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi
maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan tukang las maka akan
terkena percikan apinya. Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa teman itu
bagaikan barang tambalan. Teman itu bagaikan barang tambalan pada pakaianmu,
maka lihatlah dengan apa kamu menambalnya. Maksud hadits di atas, seseorang harus
mampu dengan mempergunakan akalnya di dalam mencari teman yang senantiasa
memberikan suatu kebaikan Pada kita dalam hidup dan kehidupan.
Menurut seorang penyair Islam yang bernama Syaufi dalam bait syairnya;
Siapa yang berteman dengan orang mulia dia akan ikut mulia, siapa yang berteman
dengan orang hina tidak akan ikut mulia. Tidakkah engkau lihat kata syufi betapa kulit
kambing yang hina dicium orang ketika kambing berteman dengan al-quran) jadi
kantong (Quran) tapi kulit kambing yang berteman dengan kayu (dijadikan bedug) tiap
waktu sholat orang memukulnya.´
BAB III
METODE PENELITIAN

1. PENGARUH MENONTON TELEVISI PADA ANAK


BERDASARKAN ANGKET DAN WAWANCARA

A. Pengaruh Positif

Seperti yang telah penulis bahas di BAB II mengenai fungsi televisi, sebenarnya televisi
mempunyai fungsi dan manfaat yang baik apabila dalam penggunaannya pun baik.
Berdasarkan data yang bersumber dari angket dan wawancara kepada murid dan
orang tua murid kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan 13 pagi, baik anak-anak yang gemar
menonton televisi dan orang tua sebagian besar menyadari bahwa pengaruh positif
yang paling menonjol dari menonton televisi adalah sebagai salah satu media belajar
anak dan sebagai sumber informasi yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia
luar lebih luas.
1. Sebagai salah satu media belajar anak Televisi bisa menjadi salah satu media
belajar anak apabila tayangan yang ditonton merupakan tayangan yang bersifat
edukatif. Sekitar 85% dari data angket menyatakan bahwa, anak-anak yang gemar
menonton televisi tersebut memperoleh cukup banyak pengetahuan dari acara yang
mereka saksikan di televisi. Acara kuis, program bimbingan rohani, talk show
pendidikan atau bidang pengetahuan lain sangat berguna bagi anak-anak. Bagi
sebagian anak yang memiliki pola belajar audio visual, menonton televisi bias dijadikan
sebagai alternatif pembelajaran. Tentunya program televisi itu haruslah benar-benar
mendidik dan tidak ada unsur ±unsur di dalamnya yang dapat merugikan pemirsa.
Pengaruh positif televisi sebagai media pembelajaran ini juga tidak lepas dari peran
orang tua. Sekitar 80% orang tua yang diwawancarai mengenai pemilihan acara yang
baik untuk anak menyatakan bahwa mereka memilihkan acara yang bersifat mendidik
dan cocok untuk usia anak mereka. Beberapa dari mereka juga menggunakan fasilitas
TV kabel yang memiliki paket khusus acara untuk anak-anak. Contoh acara yang
bersifat mendidik tersebut antara lain Barney and friends, Sesame Street atau Jalan
sesama, Dora the explorer, Laptop si Unyil, Upin dan Ipin, Surat Sahabat, Are You
Smarter than a 5th grader dsb.
2. Sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar 60% dari data angket
menyatakan bahwa selain sebagai media pembelajaran, televisi juga berpengaruh
positif sebagai sumber informasi bagi anak untuk mengenal dunia luar lebih luas.
Sebenarnya fungsi ini tidak terlalu jauh berbeda dengan fungsi televisi sebagai media
pembelajaran. Sumber informasi disini juga dapat diartikan dengan informasi informasi
yang didapat dari menyaksikan tayangan televisi yang bersifat mendidik dan
informative. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat.
Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh
informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton
televisi akan menambahkan wawasan. 70% orang tua murid yang diwawancarai
mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih tahu mengenai dunia luar dan saat
ditanya, anak tersebut menjawab Aku tahu dari TV ma’. Hal tersebut membuktikan
bahwa fungsi televisi sebagai sumber informasi untuk mengenal dunia luar cukup
berhasil. Namun hal ini perlu didukung dengan adanya pengawasan dari orang tua agar
informasi yang diterima oleh anak sesuai dengan usia mereka.

B. Pengaruh Negatif

Selain pengaruh positif, pengaruh negatif dari menonton televisi juga tidak kalah
banyak. Perbandingan antara pengaruh positif dan pengaruh negatif yang dirasakan
oleh koresponden sekitar 50:50 . Pengaruh negatif dari menonton televisi sangat
banyak jenisnya baik di lihat dari segi akhlak dan perilaku mauapun jika dilihat dari segi
lain seperti dari segi kesehatan.

1. Dilihat dari segi akhlak dan perilaku anak


a) Mendorong anak menjadi konsumtif.
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama. 80% orang tua yang penulis
wawancarai mengatakan bahwa anak mereka menjadi lebih konsumtif setelah melihat
iklan di televisi. Mereka sering mengatakan Ma, aku mau mainan itu yang ada di TV´.
Hal tersebut menunjukan bahwa televisi bereperan besar dalam mendorong anak
menjadi konsumtif
b) Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin
anak menjadi malas belajar. Anak-anak yang terbiasa menghabiskan waktu nya dengan
menonton televise akan sangat sulit saat diajak beralih untuk belajar. Mereka akan lebih
senang menyaksikan acara favoritnya dibandingkan harus membuka buku dan
mengerjakan tugas. 70 % orang tua menyatakan bahwa anak mereka menjadi tidak
semangat belajar setelah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan.
c) Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk
bercengkrama bersama keluarga biasanya terpotong atau terkalahkan dengan TV. 40%
keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi
ajang berbagi cerita antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga
pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-
rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah
terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan
rumah yang berbeda. Sekitar 65% orang tua setuju dengan hasil penelitian tersebut.
d) Menonjolkan perilaku imitatif
Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran
masuknya pesan ± pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan
telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa
yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau
secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam
kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak-
anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat,tidak menutup
kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia
tonton. Salah satu ibu koresponden menyatakan bahwa anaknya merupakan salah
satu µkorban televisi dimana anak dari ibu tersebut sering menirukan apa yang ia lihat
di televisi. Seperti yang kita ketahui bahwa sinetron UFO yang mengemas cerita
manusia planet, cukup menarik perhatian anak-anak. Anak dari ibu koresponden ini
juga merupakan salah satu pemirsa setia sinetron tersebut. Dikesehariannya anak
tersebut sering bercakap-cakap dengan bahasa yang digunakan oleh manusia planet
dalam sinetron tersebut seperti bleketek bleketek brokotok brokotok´.Kasus lain juga
dapat kita lihat pada peristiwa tewas nya seorang anak akibat loncat dari lantai 4
bangunan rumahnya setelah menyaksikan film Superman di televisi.
Hal tersebut menunjukan bahwa dampak negatif yang cukup besar yang ditimbulkan
oleh menonton televisi adalah menonjolkan perilaku imitatif dari anak itu sendiri. 70 %
orang tua yang menjadi koresponden menyatakan bahwa anaknya menjadi lebih imitatif
akibat kebiasaan menonton televisi.

2. Dilihat dari segi kesehatan fisik


a) Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan).
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu
senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat.
Sekitar 85% orang tua dari data wawancara menyatakan bahwa lebih banyak anak
menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi
makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk
membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga
jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka
secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak
bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan
akhirnya menimbulkan kegemukan.
b) Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun .
Seperti kita ketahui bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan televisi
apabila ia sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain itu, jarak pandang
mereka dengan televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak pandang yang baik.
Hal ini tentu saja terjadi berulang- ulang dan terus-menerus apabila si anak telah
menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai kebiasaan. 65 % orang tua menyatakan
bahwa anak mereka yang pada awalnya memiliki kondisi mata yang sehat menjadi
harus menggunakan kacamata setelah terbiasa menonton televisi setiap hari. Hal ini
tentu saja dikarenakan oleh faktor jarak pandang yang tidak sesuai dan radiasi dari
televisi itu sendiri yang bias menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh ataupun
rabun dekat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyebab timbulnya kebiasaan menonton televisi

1. Faktor Internal
Timbulnya kebiasaan menonton televisi sebenarnya bisa saja dating dari dalam anak itu
sendiri. Menurut data angket, factor internal penyebab timbulnya kebiasaan yang
terbesar adalah iseng dan rasa ingin tahu dari anak itu sendiri. Iseng dan rasa ingin
tahu sebenarnya saling berkaitan erat dalam penyebab timbulnya kebiasaan menonton
televisi pada anak. Rasa ingin tahu yang besar yang memang lazim terdapat pada
anak-anak mendorong mereka untuk melihat dan menyaksikan apa yang ada dalam
acara-acara televisi yang di siarkan. Mereka penasaran mengenai tokoh ataupun cerita
yang ada di dalamnya. Kemudian alasan iseng sebagai penyebab timbulnya kebiasaan
juga sering digunakan. Anak-anak pada awalnya hanya ingin mencoba hal baru yang
belum pernah mereka coba sebelumnya, dalam hal ini menonton televisi. Saat di waktu
luang dimana tidak ada yang ingin mereka kerjakan, mereka iseng menyalakan televisi,
mencari saluran televisi yang menurut mereka menarik dan kemudian menyaksikannya.
Dari awal iseng tersebut kemudian berkembang menjadi kebiasaan yang tanpa disadari
sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.

2. Faktor Eksternal
Selain faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, tentu saja faktor yang berasal
dari luar atau eksternal juga berpengaruh dalam pembentukan kebiasaan. Menurut data
yang bersumber dari angket, faktor eksternal yang cukup berpengaruh diantaranya
adalah kebiasaan orang tua, teman, waktu luang dan acara televisi yang ditayangkan.
Kebiasaan menonton televisi pada orang tua tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut
menyumbang banyak dalam membentuk kebiasaan anak yang sama. Sebagian besar
anak berdasarkan data angket menyatakan bahwa awal mula mereka menonton televisi
dikarenakan orang tua mereka menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai hobi.
Beberapa anak yang diwawancarai juga menyatakan bahwa orang tua mereka hanya
menasihati untuk tidak terlalu sering menonton televisi namun orang tua mereka tetap
menjadikan menonton televisi sebagai kebiasaan.
Faktor teman juga membentuk kebiasaan tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya
yaitu orang tua. Teman seringkali mempengaruhi anak untuk menonton televisi dengan
mensugestikan acara-acara yang menurut teman tersebut tergolong acara yang
menarik. Untuk anak usia dini mereka juga masih sering saling mengajak satu sama
lain untuk menonton televisi bersama-sama sepulang sekolah. Dapat kita dilihat juga
dari angket bahwa waktu luang dan acara televisi cukup menyumbang dalam
pembantukan kebiasaan. Apabila ada waktu luang, anak cenderungmencari kegiatan
yang bisa dia lakukan dan saat melihat ada acara televisi yang menarik maka ia
langsung memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi.
B. Frekuensi Menonton Televisi

Kebiasaan menonton televisi telah menyita banyak waktu anak dalam kehidupannya
sehari-hari. Menurut data penelitian pada tahun 2002, jam tonton televisi anak-anak 30-
35 jam/hari atau 1.560 ± 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang
dari 1.000jam/tahun. Bisa kita lihat bahwa jam menonton televisi anak lebih banyak
daripada jem belajarnya.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan kepada murid
kelas 5 SDN Utan Kayu Selatan selaku responden dari karya ilmiah ini. Hasil angket
menunjukan bahwa sekitar ... % anak menghabiskan waktu nya sebanyak lebih dari 5
jam sehari untuk menonton televisi. Dan dari data wawancara didapat bahwa waktu
anak menonton televisi antara lain saat jam makan, sebelum dan sesudah berangkat
sekolah, di jam tidur siang dan pada malam hari dimana banyak acara menarik yang
disiarkan.

C. Pengetahuan para orang tua mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan


menonton televisi

Banyak orang tua yang pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari kebiasaan
menonton televisi nya dapat dikatakan cukup minim. Kebanyakan dari orang tua
menganggap bahwa pengaruh negatif dari kebiasaan menonton televisi pada anak
hanya berupa kerugian secara fisik seperti sakit mata atau penurunan semangat
belajar. Jika dibandingkan dengan pengaruh negatif sesungguhnya yang ditimbulkan
dari kebiasaan menonton televisi, tentu saja hal tersebut tergolong terlalu sempit.
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket dan wawancara, orang tua yang
mengetahui hampir semua pengaruh negatif yang ditimbulkan dari kebiasaan menonton
televisi hanya sekitar 35 %. Untuk mengatasi hal ini para orang tua baiknya banyak
membaca dari buku ataupun media lain mengenai dampak negatif yang dapat
ditimbulkan dari kebiasaan menonton televisi sehingga dapat membantu mengurangi
kebiasaan menonton televisi pada anak.

CARA MENGATASI DAMPAK NEGATIF MENONTON TELEVISI PADA ANAK

A. Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anak

Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan
anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang
memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak.
Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia
mereka.
Selain itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi.
Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan
orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak.
Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan
membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan
kehidupan yang sebenarnya.Orang tua juga harus mengetahui acara favorit anak dan
bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton, ajak mereka
menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.
Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk
mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang
seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggudan beralih
ke televisi.

B. Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat

Orang tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang mana
acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu beribadah, waktu
belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua di rumah dan berikan sanksi
bila melanggar.

Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang
akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan
mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut
sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan. Orangtua juga
harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan
untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton
acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton
televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak
diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil.

C. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak

Orang tua dapat mengajak anak untuk melekukan banyak aktivitas lain selain hanya
menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam
dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru. Kegiatan
alternatif tersebut antara lain:

1) Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat


Membiasakan anak membaca buku merupakan hal yang baik. Bila sempat, sisakan
waktu setiap hari, jika tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita
kepada anak atau biarkan sekali-kali anak yang membacakan cerita. Jangan lupa untuk
membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang
ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca
beragam macam bacaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar
rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah
ulangtahun, liburan atau lebaran.
2) Bercocok tanam
Kebiasaan menonton televisi menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa
diajarkan oleh alam, dan yang tidak bias didapatkan dari menonton televisi. Dengan
mengajak anak bercocok tanam, bisa mengajarkan kepada anak banyak hal. Mulai
membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar
makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi
hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh,
berkembang dan kelak layu dan mati.

3) Melihat awan
Melihat awan mungkin kedengarannya adalah hal yeng aneh karena kita tidak
dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-
bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan
kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat
terbang.Para orang tua bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang
dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang
berbeda. Orang tua dan anak juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan.
Atau biarkan mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa
hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.

4) Menulis surat
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita.
Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan
telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain
mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos),
menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan.

5) Jalan-jalan
Jalan-jalan itu sebenarnya merupakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan mudah dan
murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau
sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa
berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-
jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena
penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bias mengurangi
berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena
dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta
mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih
sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7
milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor
pertahunnya.

6) Mendengarkan radio atau membaca koran


Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran.
Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya
dibanding mendengarkan berita di televisi. Radio bisa melatih anak untuk
mendengarkan dengan baik dan Koran bisa mengajak anak untuk menambah
wawasannya tentang dunia.

7) Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan.
Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa
dilakukan bersama keluarga.

8) Bakti sosial
Orang tua sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang- orang di lingkungan
sekitar yang tidak seberuntung mereka. Dengan mengajak anak untuk bersama-sama
membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan
tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar
rumah dapat meningkatkan rasa social yang tinggi pada anak.

9) Mengikuti Kursus
Pelajaran di sekolah sebagian besar hanya melatih otak kiri. Baiknya orang tua tidak
lupa untuk melatih otak kanan anak . Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat
anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari
mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi orang tua
harus memperhatikan jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah
menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat
juga.

10) Mengerjakan keterampilan tangan


Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita
bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk
bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun
mandi.

11) Kunjungan ke kebun binatang atau museum


Kegiatan mengunjungi kebun binatang akan selalu menyenangkan karena kita bisa
melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya
menyukai hal-hal tersebut. Bila ada waktu dan transportasi, mengunjungi taman safari
dan bersentuhan dengan binatang-binatang secara langsung juga bisa dijadikan
kegiatan alternatif mengisi waktu luang. Selain itu, museum juga menarik untuk
dikunjungi. Dari museum anak-anak bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat
langsung artefak-artefak menarik tentang sejarah tersebut.

D. Pembinaan hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua di
rumah

Yang menarik adalah hasil studi pakar psikiatri Universitas Harvard, Robert Coles .
Temuannya menunjukan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi, justru terdapat
pada keharmonisan di keluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu
kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh buruk televisi.
Sebaliknya keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua
benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan negatif
televisi. Lebih lanjut Cole menunjukan bahwa mempermasalahkan kualitas tayangan
televisi tidak cukup tanpa mempertim-bangkan kualitas kehidupan keluarga. Ini berarti
menciptakan keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan
televisi sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif di kalangan anak dan remaja.
Mungkin kita akan lebih yakin terhadap temuan Coles apabila mengkaji bagaimana
proses pembentukan perilaku manusia. Pembentukan perilaku didasarkan pada
stimulus yang diterima melalui pancaindra yang kemudian diberi arti dan makna
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keyakinan yang dimilikinya. Anak, sebagai
individu yang masih labil dan mencari jati diri, sangat rentang dengan perilaku peniruan
yang akhirnya akan terinternalisasi dan membentuk pada kepribadiannya.
Tayangan televisi yang dilihatnya setiap saat masuk ke dalam otaknya. Bagi anak yang
berasal dari mutu kehidupan keluarganya baik, semua yang ia lihat di layar televisi
dapat disaring melalui suasana keluarga yang harmonis, dimana orang tuanya bisa
menjadi panutan. Komunikasi dan contoh orang tua dalam perilaku sehari-hari
membuat benteng yang kokoh dalam membendung semua pengaruh buruk di layar
televisi. Sebaliknya, anak yang berasal dari keluarga yang mutu kehidupan keluarganya
rendah, semua tayangan di televisi sulit disaring, karena mereka belum bisa
membedakan mana perilaku yang baik/buruk. Begitu pula dalam lingkungan keseharian
di keluarganya tidak ditemukan sikap dan perilaku normatif yang dapat dijadikan filter
tayangan televisi.

Salah satu kegiatan yang bisa membantu proses pembinaan komunikasi antara anak
dan orang tua di dalam rumah adalah bercengkrama satu sama lain. Bercengkrama
dengan keluarga merupakan sesuatu yang mahal karena penelitian mengatakan bahwa
54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan
ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40
menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan
dengan keluarga tidak bias dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu untuk
keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-
hari.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat


ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Kebiasaan menonton televisi pada anak usia dini merupakan kebiasaan yang dapat
ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal meliputi rasa ingin tahu dan
iseng, serta faktor eksternal meliputi orang tua, teman dan acara televisi itu sendiri.
2. Disamping memberikan dampak positif, televisi juga dapat memberikan dampak
negatif bagi pemirsannya khususnya anak-anak. Bahkan apabila dikaji lebih jauh,
dampak negatifnya jauh lebih besar dibandingan dampak positifnya. Dampak negatif
tersebut antara lain , mendorong anak menjadi berperilaku konsumtif, mengurangi
semangat belajar, merenggangkan hubungan antara anak dengan orang tua dan
menonjolkan peilaku imitatif.
3. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mengawasi tayangan dan jam menonton
televisi yang baik untuk anak, memilihkan kegiatan alternative untuk anak selain
menonton televisi dan membina hubungan komunikasi yang baik antara anak dan
orang tua di rumah.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan uraian diatas yaitu :

1. Setiap Orangtua harus bisa mengontrol tontonan anaknya. Disamping itu orang tua
juga harus bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televise untuk memberikan saran
ataupun kritikan bahkan menentang acara televisi yang bisa berdampak negatif bagi
pemirsannya.
2. Bagi Pemerintah harus melakukan penyaringan terhadap setiap acara televisi, serta
harus adanya standarisasi film yang layang untuk di tayangkan atau tidak layak.
3. Bagi pihak yang berwajib hendaknya menggiatkan peraturan yang telah ada dalam
melindungi anak ± anak dari kekeliruan dan kesalahan persepsi tentang tayangan yang
tidak sesuai mereka tonton.
4. Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi
harus mempertimbngkan dampaka dari acra tersebut. Pihak penyiar juga harus
mengatur acara televisi agar fungsi dari televisi sebagai sarana informatif, edukatif,
rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-
pemahaman baik yang lama maupun yang baru, dapat berjalan sebagaimana
fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA

This is the html version of the file http://j3sra3l.files.wordpress.com/2010/11/pengaruh-


negatif-menonton-televisi-pada-anak-usia-dini-terhadap-akhlak-dan-perilaku-sehari-
hari.pdf.
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.

Anda mungkin juga menyukai