Anda di halaman 1dari 6

BAB 13

EVALUASI PROYEK

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan :

1. Analisis Konsep Net Present Value


2. Analisis Internal Rate of Return
3. Pencatuan Kapital
4. Kriteria Perputaran Modal
5. Kriteria Produktivitas Marginal Sosial
6. Kriteria Reinvestasi
7. Kriteria Deret Waktu

Pengantar

Pemahaman tentang evaluasi proyek menuntut kita untuk memahami juga kriteria investasi.
Kriteria investasi ini menyangkut prinsip-prinsip yang mendasari proses pengalokasian
investasi dengan cara yang rasional agar pendapatan nasional dan daerah dapat
dimaksimumkan. Pengambilan keputusan investasi mempunyai 2 orientasi yaitu : sisi
pemerintah dan sisi swasta. (HALAMAN 253)

KAIDAH NILAI SEKARANG BERSIH (NET PRESENT VALUE)

Net Present Value (NPV) dari suatu proyek adalah selisih antara nilai arus manfaat sekarang
dengan nilai arus biaya sekarang.

T
By−Ct
NPV : ∑
t =0 (1+i)t

Dimana :

Bt = manfaat (benefit) social kotor yang dihasilkan oleh suatu proyek pada tahun t

Ct = Biaya (cost) social kotor proyek yang bersangkutan pada tahun t

T = umur ekonomis proyek


i = Biaya oportunitas social penggunaan modal (social opportunity cost of capital) yang
digunakan sebagai social discount rate. (HALAMAN 254)

Selain menghitung nilai bersih penerimaan sekarang, perlu juga dimasukkan factor
ketidakpastian (uncertainty) dan memperhitungkan nilai sekarang (expected present value)
dari suatu proyek. Dengan memasukan factor ketidakpastian tersebut kita dapat
mendefinisikan nilai sekarang bersih yang diharapkan (expected net presents value) dari
suatu investasi j sebagai :

E (NPVj) = E(PVj) – (Biaya investasi j)

T
E ( NCFj . t )
=∑ −Co
t =0 ( 1+rj . t ) t

Dimana :
E(NCFj.t) = aliran kas bersih yang diharapkan
j = investasi
t = periode waktu
T = umur ekonomis proyek (HALAMAN 255)

Untuk melihat bagaimana hal ini dicapai, kita lihat contoh berikut ini :

Keputusan Investasi dengan Menggunakan Kaidah Expected NPV

Parman adalah Direktur Utama dari PD Rindu Laba, sebuah perusahaan daerah (BUMD)
yang beroperasi pada pasar yang kompetitif dengan swasta. Dia merencanakan untuk
membeli suatu fasilitas produksi baru dengan harga beli sebesar Rp5,3 miliar. Fasilitas
tersebut sama dengan fasilitas yang ada sekarang. Parman merencanakan untuk menggunakan
fasilitas tersebut selama 5 tahun dan kemudian menjualnya.

Parman meminta saran dari Warno, kepala staf litbangnya. Warno memberikan informasi dan
rekomendasi berikut ini : (HALAMAN 256)
1. Perkiraan Penerimaan

Para staff litbang perusahaan tersebut sebelumnya telah mempersiapkan prakiraan harga dari
produk perusahaan tersebut untuk 5 tahun yang akan datang. Mereka meringkas distribusi
probabilitas untuk harga-harga yang akan datang dengan 3 skenario (kemungkinan) harga :
tinggi, sedang, dan rendah dengan probabilitas masing-masing 30%, 50%, dan 20%.
Peramalan harga sebagai berikut :

Prakiraan Harga (000) rupiah)


Harga Tinggi Sedang Rendah
1 20 15 7
2 20 15 10 (HALAMAN 257)
3 24 20 10
4 24 20 15
5 24 20 15
Probabilitas 30% 50% 20%

2. Perkiraan Biaya Proyek

Oleh karena rencana pembelian barang tersebut sama dengan barang/peralatan yang sudah
ada, maka biaya fasilitas yang akan dibeli tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan data
dari fasilitas yang ada. Fungsi AVC untuk setiap peralatan telah diestimasi sebagai berikut :

AVC = 20 – 3Q + 0,25Q2

Dimana output Q adalah 100.000 unit/tahun. Biaya tetap tahunan adalah Rp3,5 miliar.
Dengan menggunakan estimasi tersebut dan dihubungkan dengan tingkat output yang
disajikan diatas. (HALAMAN 258)
3. Aliran Kas Bersih yang Diharapkan

Dengan menggabungkan penerimaan yang diharapkan (expected revenues), nilai jual kembali
yang diharapkan (expected resale value) dari peralatan tersebut, dan biaya operasi yang
diperkirakan dari peralatan tersebut, Ulil memperoleh aliran kas bersih yang diharapkan dari
proyek tersebut sebagai berikut :

Tahu Expected Expected Resale Expected Expected Next


n Revenue (miliar Value (miliar Rp) Cost (miliar Cash Flow (miliar
Rp) Rp) Rp)
1 10,2 - 10,4 -0,2
2 10,2 - 10,4 -0,2
3 10,4 - 11,6 2,6
4 16,3 - 13,2 3,1
5 16,3 3,5 13,2 6,0

(HALAMAN 259)

4. Tingkat Diskonto yang Tepat

Ulil menanyakan kepada Direktur Keuangan berapakah tingkat diskonto yang tepat
(appropriate discount rate) untuk masing-masing aliran kas bersih (net cash flows) dari
fasilitas baru tersebut. Direktur keuangan mengatakan bahwa, karena proyek investasi
tersebut sama seperti fasilitas perusahaan yang ada, maka premium resiko yang tepat
(appropriate risk premium) untuk pabrik baru tersebut yakni tingkat diskonto yang tepat, akan
sama dengan premium risiko perusahaan tersebut.

Perusahaan tersebut sekarang menggunakan capital asset pricing model (CAPM)


untuk menentukan tingkat diskonto yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
keuangan. Estimasi dari model tersebut, dengan menggunakan return on share dari saham
perusahaan tersebut adalah : r perush =0,023+0,82 r pasar

(HALAMAN 260)
5. Nilai Sekarang yang Diharapkan (Expected Present Value)

Dengan mendiskontokan aliran kas bersih yang diharapkab dengan tingkat diskonto yang
tepat dan menjumlahkannya. Ulil memperoleh nilai sekarang yang diharapkan (EPV) dari
pabrik baru tersebut.

Tahun Expected Net Cah Flow Discount Expected Present Value


(miliar Rp/tahun) Rate (%) (miliar Rp/tahun)
1 -0,2 13,13 -0,18
2 -0,2 13,38 -0,16
3 2,6 13,63 1,77
4 3,1 13,88 1,84
5 6,6 14,13 3,41
Total 6,68

6. Nilai Sekarang Bersih yang Diharapkan (ENPV)


Dengan mengurangkan biaya proyek tersebut (sebesar Rp5,3 miliar) dari Nilai Sekarang yang
Diharapkan (sebesar Rp6,68 miliar) diperoleh Nilai Sekarang Bersih yang Diharapkan
(ENPV) yaitu sebesar Rp1,5 miliar.

Rekomendasi : oleh karena ENPV dari proyek tersebut positif, maka proyek tersebut
seyogyanya dijalankan.

Dari contoh diatas tampak bahwa tingkat diskonto berperan sentral dalam penentuan ENPV
dan oleh karena itu berperan juga dalam pengambilan keputusan investasi. Persamaan EPV
menunjukan ENPV dengan tingkat diskonto. Jika tingkat diskonto naik, maka ENPV
menurun.

(HALAMAN 261)

KAIDAH INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)


IRR adalah nilai tingkat diskonto sosial (sosial discount rate = i) yang menyebabkan nilai
NPV sama dengan nol, hal ini dirumuskan sebagai berikut :

T
NPV = ∑ By−Ct
(1+i)t
=0
t =0

Untuk mencari nilai t yang akan menyebabkan nilai NPV sama dengan nol merupakan hal
yang tidak mudah. Seseorang dapat melakukan metode coba-coba (trial and error) untuk
mendapatkan nilai IRR tersebut. Namun demikian metode tersebut ternyata tidak praktis,
mengingat nilai IRR hanya satu, dan seringkali dalam bentuk pecahan, sehingga akan cukup
menguras waktu untuk menghitungnya. (HALAMAN 262)

Metode penghitungan IRR yang lebih mudah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

NPV 1
IRR = i 1+ + (i 1−i 2 ¿
NPV 1+ NPV 2

Dimana : i 1= nilai sembarang tingkat diskonto yang rendah

i 2 = nilai sembarang tingkat diskonto yang tinggi

NPV1 = nilai NPV dari tingkat diskonto i 1

NPV2 = nilai NPV dari tingkat diskonto i 2


Jika ternyata IRR suatu proyek sama dengan nilai tingkat pengembalian sosial, maka nilai
NPV yang dihasilkan akan sama dengan nol. Apabila IRR ternyata bernilai lebih besar
daripada tingkat diskonto sosial, maka akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari
nol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu proyek akan bermanfaat dan dapat
dilaksanakan jika nilai IRR proyek tersebut sama atau lebih besar daripada nilai tingkat
diskonto sosial. (HALAMAN 263)

Anda mungkin juga menyukai