Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANAJEMEN PROYEK SISTEM INFORMASI

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Firmawan Ardhiansyah (12211508)


Iqbal Dwi Fadilla (12211471)
Muhammad Azhar Setio (12211272)
Muhammad Rizal Fauzi (12210784)
Talita Kurnia Morinda (12200797)

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2023
Pada analisis biaya dan manfaat, ada beberapa metode kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan standar kelayakan proyek, sbb :

 Analisis Periode Pengembalian (Payback Period)


 Analisis Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)
 Analisis Pengembalian Investasi (Return On Investment)
 Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return)

Berikan contoh masing-masing kasus metode diatas lengkap dengan rincian perhitungannya.

JAWABAN

NO. 1

Analisis Periode Pengembalian (Payback Period)

Dalam Bahasa Indonesia, arti payback period adalah periode pengembalian. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), periode berarti kurun waktu; lingkaran waktu (masa).
Sedangkan pengembalian berarti proses, cara, perbuatan mengembalikan; pemulangan;
pemulihan. Secara singkat dan sederhana, payback period adalah jangka waktu yang
dibutuhkan supaya dana investasi yang masuk ke dalam kegiatan investasi bisa didapatkan
kembali secara utuh.

payback period memiliki rumus tersendiri yang memiliki konsep membagi nilai investasi
dengan aliran kas bersih yang masuk per tahun. Artinya, rumus tersebut bisa dituliskan sebagai
berikut:

PP = Investasi / Proceeds

Ket :
PP = payback period
Investasi = Nilai investasi
Proceeds = aliran kas netto (kas masuk bersih)
Rumus ini dihitung dengan asumsi bahwa nilai arus kas masuk bersih dievaluasi sama untuk
setiap periode atau tahun. Berbeda dengan cara menghitung payback period Jika arus kas yang
dimiliki perusahaan tiap tahun berbeda, maka rumus payback period berubah menjadi :

PP = n + a : b x 1 tahun

Ket :

PP = payback period

n = syarat periode pengembalian modal investasi

a = jumlah kumulatif arus kas pada tahun terakhir (n)

b = arus kas pada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)

CONTOH :

1. Manajemen PT ABC sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan untuk


memproduksi komponen elektronik. Jika membeli mesin produksi senilai Rp 250 juta
maka keuntungan bersih dari tambahan mesin tersebut adalah Rp 70 juta per tahun. Jadi
berapa periode pengembalian untuk mesin tersebut?

Jawab :

Nilai Investasi = Rp. 250.000.000,-

Kas Masuk Bersih = Rp. 70.000.000,-

Periode pengembalian modal = ?

PP = Investasi / Proceeds

PP = 250.000.000 / 70.000.000
PP = 3,57 tahun

Berdasarkan perhitungan diatas, maka payback period time atau periode pengembalian
modal untuk suatu mesin produksi adalah 3,57 tahun lamanya.

2. Ada sebuah usulan proyek investasi senilai Rp600 juta dengan umur ekonomis 5 tahun.
Syarat periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun berubah, mulai tahun
pertama sebesar Rp300 juta, tahun kedua sebesar Rp250 juta, tahun ketiga Rp200juta,
tahun keempat Rp150 juta, dan tahun kelima Rp100 juta. Berapa lama payback
periodnya?

Jawab :
Dalam soal diatas, diketahui arus kas setiap tahun tidak sama, sehingga bisa
digunakan rumus yang aliran kas tiap tahunnya berbeda.
Tahun 1: Rp300 juta
Tahun 2: Rp250 juta jadi Rp550 juta
Tahun 3: Rp200 juta jadi Rp750 juta
Tahun 4: Rp150 juta jadi Rp900 juta
Tahun 5: Rp100 juta jadi Rp1 miliar
PP = n + (a:b) x 1 tahun
PP = 2 + ((600.000.000 – 550.000.000) : (750.000.000 – 550.000.000)) x 1tahun
PP = 2 + 0,25 tahun
PP = 2,25 tahun
Dari perhitungan tersebut, diketahui bahwa payback period modal selama 2,25 tahun
atau bisa dibilang 2 tahun 3 bulan.

NO. 2

Analisis Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value)

Net present value atau sering disingkat dengan NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus
kas yang masuk dengan nilai dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu. NPV juga
bisa diartikan sebagai perbedaan antara nilai investasi sekarang dari arus kas masuk dengan
nilai dari arus kas keluar selama periode tertentu. Teknik ini digunakan untuk menghitung nilai
suatu aset. Dengan cara menggunakan harga pembelian awal dan nilai waktu uang (time value of
money). Jadi sederhananya, NPV adalah nilai sekarang atau saat ini dari suatu aset yang
dikurangi dengan harga pembelian awal.

1. Berikut merupakan rumus dari Analisis Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value) untuk
ukur Peluang Investasi.

Berikut ini adalah cara untuk melakukan perhitungannya dengan menggunakan rumus
diatas.

 Tahap pertama : menghitung present value (PV) atau dari total pengeluaran per
tahun dan future value (FV) dari total keuntungan per tahun.
 Tahap kedua : menjumlahkan setiap present value (PV) total keuntungan dan total
pengeluaran, lalu hitung selisih antara jumlah keduanya.

Ket :

Present value (PV) = jumlah nilai yang harus perusahaan investasikan pada masa
sekarang jika diinginkan sejumlah nilai tertentu pada masa yang akan datang.

Future value (FV) = jumlah nilai pada masa yang akan datang dari jumlah nilai yang
telah perusahaan investasikan pada masa yang sekarang.

2. Cara menghitung NPV untuk proyek investasi jarak pendek (misalnya 12 bulan) dengan
arus kas tunggal.

NPV = [Arus kas/ (1+i)^t] – Investasi awal


Ket :

i = tingkat diskon / pengembalian


t = jumlah masa waktu

3. Sementara untuk dapat menghitung NPV dalam investasi jangka panjang dengan
banyak arus kas, bisa menggunakan rumus di bawah ini :

NPV = Jumlah nilai saat ini dari arus kas yang diharapkan – Investasi awal

Ket :

 Jika nilai NPV yang positif (NPV > 0) menunjukan bahwa penerimaan lebih
besar dibandingkan dengan nilai yang diinvestasikan.
 Jika nilai NPV negatif (NPV < 0) menandakan penerimaan lebih kecil
dibandingkan dengan pengeluaran atau akan mengalami kerugian pada
investasinya setelah mempertimbangkan Nilai Waktu Uang (Time Value of
Money).
 Apabila hasil perhitungan NPV adalah Nol (NPV = 0), artinya investasi atau
pembelian tersebut hanya balik modal (tidak untung dan tidak rugi).

Semakin besar angka positifnya, akan kian besar pula penerimaan yang bisa
didapatkannya.

Komponen yang harus dimasukkan dalam dalam rumus perhitungan Analisis Nilai
Sekarang Bersih (Net Present Value)

 Arus Kas Bersih Tahunan


Untuk menghitung arus kas bersih setiap tahun, tambahkan arus kas masuk dari
pendapatan ke potensi penghematan tenaga kerja, bahan dan komponen lain dari
biaya investasi awal. Kemudian, kurangi biaya yang dikeluarkan untuk investasi
atau proyek baru, yaitu, arus kas keluar selama satu periode.
 Suku Bunga
Tingkat suku bunga atau tingkat diskonto adalah biaya modal atau pengembalian
yang dapat diperoleh dalam investasi alternatif. Suku bunga dapat diturunkan
dengan membandingkan tingkat pengembalian investasi atau proyek alternatif
dengan biaya awal yang serupa.
 Jangka Waktu
Komponen ini merupakan interval di mana arus kas baru diinvestasikan ke
dalam proyek baru. Jangka waktu yang dimaksud di sini adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk kembalinya semua modal, baik itu modal investasi awal
maupun modal variabel tahunan.

CONTOH :
1. Diketahui :
Ct = Rp 60 Juta
C0 = Rp 160 Juta
r = 12% => 0,12
jawab :
C1 C2 C3 C4 C5
NPV = + + + + −C 0
1+ r ( 1+r ) ( 1+r ) ( 1+r ) ( 1+r )5
2 3 4

60 60 60 60 60
NPV = + + + + −160
1+ 0 ,12 (1+0 , 12) (1+0 , 12) (1+0 , 12) (1+0 , 12)5
2 3 4

NPV = 53,57 + 47,83 + 42,71 + 38,13 + 34,05 – 160,00


NVP = 56,29

Jadi, nilai untuk NVP-nya adalah Rp 56,29 juta.

2. Suatu perusahaan sedang merencanakan sebuah proyek dengan investasi awal


sebesar Rp. 80.000.000. Investasi ini diproyeksikan menghasilkan arus kas Rp.
100.000.000 di tahun selanjutnya. Berapa NPV dari proyek tersebut dengan
asumsi bahwa tingkat pengembalian yang diminta adalah 10% atau 0,1 dan
tidak ada nilai sisa pada akhir proyek?
Jawab :

Arus kas = 100.000.000,00

Tingkat pengembalian [i] = 10% => 0,1

Jumlah masa waktu [t] =1

NPV = [Rp. 100.000.000 / (1+0,1) ^1] – Rp. 80.000.000

= Rp. 10.909.090

Jadi dapat dilihat dari hasil diatas bahwa hasil NPV positif dan kemungkinan besar
menguntungkan, sehingga manajer perusahaan tersebut dapat menerima proyek ini.

3. Suatu proyek membutuhkan investasi awal sebesar Rp. 700.000.000 dan diharapkan
menghasilkan Rp. 450.000.000 per tahun selama dua tahun. Jadi, berapa NPV jika
tingkat diskonto 8% atau 0,08?

Jawab :

Arus kas = 450.000.000,00

i = 8% => 0,08

t = 1 dan 2 (karena merupakan investasi jangka panjang yang memiliki


arus lebih dari satu)

investasi awal = Rp 700.000.000,00

NPV = [450.000.000/ (1+0,08) ^1] + [450.000.000/ (1+0,08) ^2] – 700.000.000


= (416.666.667 + 385.802.469) – 700.000.000
= 802.469.136 – 700.000.000
= Rp. 102.469.136
Hasilnya menunjukkan NPV proyek tersebut positif dan investasi akan menghasilkan
keuntungan.

NO. 3

Analisis Pengembalian Investasi (Return On Investment)

ROI adalah singkatan dari Return On Investment dan merupakan rasio yang digunakan untuk
menghitung pengaruh investasi tertentu. Secara teknis, Return on invesment (ROI) adalah rasio
yang menunjukkan hasil dari jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu
ukuran tentang efisiensi manajemen. ROI juga merupakan perhitungan laba bersih yang akan
dibuat dari modal investasi nominal yang dikeluarkan.

Dalam laman Kementerian Keuangan dijelaskan bahwa Return on Investment (ROI) adalah
persentase kenaikan atau penurunan investasi selama periode tertentu. Rasio ini menunjukkan
hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan, rasio ini
biasanya diukur dengan persentase.

Rumus perhitungan ROI adalah:

ROI = (Laba Bersih : Biaya Investasi) x 100


ROI = (total penjualan – biaya investasi) : biaya investasi x 100%

Bila hasilnya positif maka ada profit dari investasi yang dilakukan. Bila hasilnya negatif maka
ada pertanda investasi tersebut kehilangan profit dari investasi. Hasil ROI akan bervariasi
tergantung pada angka mana yang dimasukkan sebagai pendapatan dan biaya.

CONTOH :
1. X melakukan investasi senilai Rp 20.000.000 di perusahaan Y di tahun 2012, lalu
menjual investasi tersebut di tahun 2015 dengan nilai Rp 25.000.000. ROI?
jawab:
Investasi = Rp 20 juta
total penjualan = Rp25 juta
ROI = ((Rp 25.000.000 - Rp 20.000.000) : Rp 20.000.000) x 100%
= Rp 5.000.000 : Rp 20.000.000 x 100%
= 0,25 x 100%
= 25%

Maka nilai ROI investasinya adalah 25%.

NO. 4

Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return)

Internal rate of return (IRR) adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri yang
digunakan dalam menjalankan suatu usaha. Internal rate of return mengukur pemanfaatan
modal sendiri untuk menghasilkan laba. IRR juga disebut sebagai tingkat return tahunan yang
diharapkan dari investasi. IRR adalah sebuah metode untuk menghitung tingkat bunga suatu
investasi dan menyamakannya dengan nilainya saat ini berdasarkan perhitungan kas bersih di
periode mendatang. Sederhananya yaitu IRR adalah tingkat return dan efisiensi investasi.
Semakin IRR tinggi, berarti semakin tinggi pula investasi yang bisa ditanam.

Saat menghitung IRR, akan didapat net present value (NPV) ditetapkan nol. Agar dapat
mengetahui hasil akhir IRR, Anda harus mencari tahu discount rate yang dapat menimbulkan
NPV positif. Maka dari itu dibutuhkan rumus penghitungan sebagai berikut.

NPV 1
IRR=i1 +
(NPV ¿ ¿ 1−NPV 2)(i ¿ ¿ 1−i 2)¿ ¿

Ket :

IRR : Internal Rate of Return

i1 : Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV (+)

i2 : Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV (-)


NPV1 : Net Present Value positif

NPV2 : Net Present Value negatif.

Selain rumus di atas, IRR Formula dapat dihitung dengan cara berikut:

T
Ct
0=NPV ∑ −C 0
t=1 (1+ IRR)t

Ket :

Ct = Net cash inflow selama periode t

C0 =Total biaya investasi awal

IRR = Tingkat pengembalian internal

t = Jumlah periode

CONTOH :

1. Sebuah pabrik mengusulkan nilai investasi sebesar Rp150.000.000 dan menghasilkan


arus kas setiap tahun Rp25.000.000 selama 5 tahun. Diasumsikan bahwa rate of return-
nya sebesar 15% dan ketika melakukan penghitungan diskonto, nilai NPV-nya adalah
Rp7.756.000 dengan diskonto sekitar 13% dan Rp745.000 dengan diskonto sekitar 10%.
Selisih bunga diskonto yaitu sekitar 2% atau sebesar Rp8.501.000. Menggunakan rumus
di atas, perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jawab :

IRR = 10% + (745.000 : 8.501.000) x 2%


IRR = 10,175%

Jadi, asumsi rate of return-nya sekitar 15% dan hasil perhitungannya lebih kecil dari nilai
tersebut. Maka, berdasarkan prinsip IRR, sebaiknya Anda tidak melakukan investasi
terhadap aset ini.
2. Perusahaan A ingin mendiversifikasi bisnisnya dan berencana untuk menjalankan
proyek baru yang membutuhkan investasi awal sebesar Rp 4 miliar. Mereka akan
melunasinya dalam 4 tahun. Investasi tersebut menghasilkan Rp 500 juta di tahun
pertama, Rp 1 miliar di tahun kedua, Rp 2 miliar di tahun ketiga, dan Rp 2,5 miliar di
tahun keempat. Jika tingkat diskonto 8%, maka cara mengetahui kelayakan proyek
investasi ini menggunakan rumus IRR adalah :

n=4

t = 0,1,2,3,4

CF0= – Rp 4 miliar

CF1 = Rp 500 juta

CF2 = Rp 1 miliar

CF3 = Rp 2 miliar

CF4 = Rp 2,5 miliar

Tingkat Diskonto = 8%

Jika tingkat pengembalian internal proyek adalah 8%, maka NPV adalah:

500 juta 1 miliar 2 miliar 2 , 5 miliar


NPV = 2
+ 2
+ 2
+ 2
+(−4 miliar)
(1+0 , 08) (1+0 , 08) (1+ 0 , 08) (1+0 , 08)
= 428.669.410 + 857.338.820 + 1.714.677.640 + 2.143.347.050 –
4.000.000.000

= 1.144.032.920

Kemudian, mari kita asumsikan bahwa tingkat pengembalian internal adalah


10% dan NPV = 0.
500 juta 1 miliar 2 miliar 2 , 5 miliar
NPV = 2
+ 2
+ 2
+ 2
+(−4 miliar)
(1+0 , 1) (1+0 , 1) (1+0 , 1) (1+0 , 1)
= 413.223.140 + 826.446.280 + 1.652.892.561 + 2.066.115.702 –
4.000.000.000

= 958.677.683

IRR = 8% (Rp 958.677.683 : 1.144.032.920) x (10% – 2%)

= 9,6%

Jadi, jika IRR adalah 10%, maka angka 9,6% belum mencapai impas.
Berdasarkan prinsip IRR, sebaiknya proyek ini ditolak.

Anda mungkin juga menyukai