Pertemuan XI
Ekonomi Rekayasa
Keterangan :
Bt = benefit pada tiap tahun
Ct = cost pada tiap tahun
t = 1,2,3,…
n = jumlah tahun
i = tingkat suku bunga
A. Net Present Value (NPV)
Contoh soal :
Sebuah pabrik pencetak CLC (Cellular Light Concrete) merencanakan
menambah satu paket mesin cetak seharga Rp100.000.000,00 pada
pemakaian standar memiliki usia ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa
Rp10.000.000,00. Perkiraan pendapatan bersih tetap dengan rata-rata
Rp25.000.000,00 pertahun selama 5 tahun pemakaian. Tingkat
pengembalian yang disepakati oleh tim manajemen adalah sebesar 15%.
Pertanyaan : Apakah rencana tersebut dapat diterima?
Jawab :
NPV = {(pendapatan bersih x ∑DF1-5)+(nilai sisa xDF5)} – investasi
= {(Rp25.000.000,00 x 3,3522) + (Rp10.000.000,00 x 0,4972)} –
Rp 100.000.000,00
= {Rp 83.805.000,00 + Rp 4.972.000,00) – Rp 100.000.000,00
= – Rp 11.223.000,00 (ditolak)
A. Net Present Value (NPV)
Keterangan :
PWOB = present worth of benefits
PWOC = present worth of cost
Bt = benefit pada tiap tahun
Ct = cost pada tiap tahun
1/(1+i)t = rumus present value
t = 1,2,3,…
n = jumlah tahun
i = tingkat suku bunga
B. Benefit Cost Ratio (BCR)
Contoh soal:
Seorang pengusaha rumah sewaan ingin merenovasi dua unit rumah
dengan biaya yang diperkirakan Rp 50.000.000,00. Setelah direnovasi,
harga kontrak dua rumah tersebut dapat dinaikkan menjadi Rp
60.000.000,00/tahun. Harga tersebut tetap hingga tiga tahun ke depan.
Tingkat inflasi diperhitungkan sebesar 2%.
Pertanyaan :
Apakah rumah tersebut layak direnovasi ?
Jawab :
PV = ((Rp 60.000.000,00 / (1+0,02)1) + ((Rp 60.000.000,00 /
(1+0,02)2) + ((Rp 60.000.000,00 / (1+0,02)3)
= Rp 58.823.529,40 + Rp 57.670.126,87 + Rp 56.539.340,07
= Rp 173.032.996,00
B. Benefit Cost Ratio (BCR)
Keterangan :
Bt = benefit pada tiap tahun
Ct = cost pada tiap tahun
t = 1,2,3,…
n = jumlah tahun
i = tingkat suku bunga
C. Internal Rate of Return (IRR)
Keterangan :
DF1 = discount factor yang menghasilkan NPV positif
DF2 = discount factor yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = net present value pada DF1
NPV2 = net present value pada DF2
Kelemahan IRR:
1. Cukup sulit perhitungannya karena harus dilakukan dengan metode
coba-coba (trial and error) sehingga dapat dilakukan berkali-kali.
Perhitungan akan lebih mudah bila menggunakan komputer.
2. Dalam menghitung IRR, diasumsikan bahwa hasil dari arus kas bersih
setiap tahun diinvestasikan kembali dengan tingkat bunga sama
dengan IRR. Dalam kenyataannya hal tersebut tidak benar.
C. Internal Rate of Return (IRR)
Contoh soal:
Seorang kontraktor mempertimbangkan untuk membeli sebuah truk
pengangkut material seharga Rp 230.000.000,00. Umur ekonomis truk
5 tahun dan akhir tahun pemakaian truk masih laku dijual Rp
30.000.000,00. Tingkat pengembalian yang diperhitungkan tim
manajemen sebesar 12%. Prediksi pendapatan bersih yang diperoleh
menurun dengan jumlah setiap tahunnya sebagai berikut :
Tahun I sebesar Rp 65.000.000,00
Tahun II sebesar Rp 63.000.000,00
Tahun III sebesar Rp 60.000.000,00
Tahun IV sebesar Rp 57.000.000,00
Tahun V sebesar Rp 53.000.000,00
Pertanyaan :
Apakah pertimbangan untuk membeli sebuah truk tersebut dapat
dilaksanakan?
C. Internal Rate of Return (IRR)
Jawab :
Tabel Perhitungan IRR
C. Internal Rate of Return (IRR)
Perhitungan interpolasi :
Selisih DF = 16% – 12% = 4%
Selisih PV = Rp 217.395.800,00 – Rp 198.014.500,00
= Rp 19.381.300,00
Selisih PV positif dengan investasi
= Rp 247.395.800,00 – Rp 230.000.000,00
= Rp 17.395.800,00
Maka perhitungan nilai IRR adalah :
IRR = 12% + (Rp 17.395.800 : Rp 19.381.300) x 4%
= 12% + 3,59%
= 15,59% > 12% (diterima)
Nilai IRR lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang
diinginkan oleh manajemen, maka pertimbangan untuk membeli truk dapat
dilaksanakan.
D. Break Even Point (BEP)
Keterangan :
TR = total pendapatan
TC = total biaya
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
BE = besaran biaya saat impas
TM = waktu terjadinya impas
Contoh soal:
Sebuah perusahaan yang mencetak bata ringan (CLC) akhir tahun
2019 mencatat sebagai berikut :
Penjualan 100.000 buah @ Rp 10.000,00
Biaya variabel perbuah Rp 4.000,00
Biaya tetap setahun Rp 240.000.000,00
Pertanyaan :
1. Hitunglah BEP dalam unit/buah !
2. Berapakah penjualan minimal jika menginginkan laba Rp
400.000.000,00 ?
D. Break Even Point (BEP)
Jawab :
Analisis laporan rugi/laba perusahaan :
Penjualan Rp 1.000.000.000,00 (100.000 unit x Rp 10.000,00)
Biaya variabel/unit Rp 400.000.000,00 (100.000 x Rp 4.000,00)
Pendapatan Rp 600.000.000,00
Biaya tetap/tahun Rp 240.000.000,00
Laba Rp 360.000.000,00
D. Break Even Point (BEP)
Pengecekan :
Penjualan 40.000 unit @Rp 10.000,00 Rp 400.000.000,00
Biaya variabel Rp 4.000,00 x 40.000 Rp 160.000.000,00
Pendapatan Rp 240.000.000,00
Biaya tetap Rp 240.000.000,00
Laba Rp 0
Jadi titik impas (BEP) terjadi saat produk terjual 40.000 unit.
D. Break Even Point (BEP)
Pengecekan :
Penjualan Rp 1.066.666.667,00
Biaya variabel Rp 426.666.667,00 (Rp 4000,00 x 106.666,67 unit)
Pendapatan Rp 640.000.000,00
Biaya tetap Rp 240.000.000,00
Laba Rp 400.000.000,00