Anda di halaman 1dari 20

Analisis Kelayakan

Finansial
TUJUAN

Menentukan apakah suatu proyek itu secara finansial mampu hidup. menjelaskan
suatu kegiatan investasi tersebut akan menjanjikan keuntungan atau tidaknya dan
juga menjelaskan apakah alternatif pilihan yang diambil merupakan pilihan
terbaik.
METODE MENIlAI
INVESTASI
Net Present Value (NPV)

Benefit Cost Ratio (BCR)

Internal Rate of Return (IRR)

Break Even Point


Net Present Value Net Present Value

Adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi dengan Present Value
Cost. NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang
diukur pada tingkat suku bunga tertentu.

Perhitungan NPV sering dipakai sebagai salah satu metode kuantitatif dalam
mengukur apakah suatu proyek dapat dinyatakan feasible (layak) atau tidak.
Jenis Model Persamaan umum metode ini : Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan
layak secara ekonomi adalah yang
menghasilkan nilai NPV bernilai positif.

Indikator NPV :
Dimana :
• Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak
NPV = Nilai sekarang bersih
(go) untuk dilaksanakan.
Ct = Aliran kas masuk bersih (net cash inflow) selama
periode t • Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak
Co = Total biaya investasi layak (not go) untuk dilaksanakan.

i = Suku bunga diskonto (discount rate)


• Jika NPV = 0, maka manfaat proyek akan
t = Jangka waktu/umur ekonomi proyek
sama dengan biaya proyek
Jenis Model Contoh soal

Manajer keuangan PT. Asia Utara sedang melakukan analisa pada tiga usulan
proyek/investasi yang bersifat mutually exclusive. Kebutuhan dana untuk investasi
tersebut diperkirakan sebesar Rp.12.000,- dari masingmasing investasi, dan biaya
modal (cost of capital) yang ditetapkan adalah 2%. Tentukan proyek/investasi yang
paling feasible dari data proyek (dalam rupiah) sbb :

Tahun Proyek/ Investasi A Proyek/ Investasi B Proyek/ Investasi C

1 10.000 15.000 12.000

2 21.000 22.500 19.500


 
Jenis Model Jawab

- NPV A = - 12.000

= 9.803,9 + 20.184,5 – 12.000 = 17.988,4

• NPV B = - 12.000

Maka proyek yang paling


= 14.705,9 + 21.626,3 – 12.000 = 24.332,2
layak (feasible) untuk
- NPV C = - 12.000 dikerjakan adalah proyek B.

= 11.764,7 + 18.742,8 – 12.000 = 18.507,2


Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio Adalah perbandingan antara present value benefit dibagi dengan present
value cost. BCR mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh.

Nilai BCR yang lebih kecil dari 1 (satu), menunjukkan investasi ekonomi yang
tidak menguntungkan.

Indikator BCR adalah

• Jika Net BCR > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan.

• Jika Net BCR < 1, maka proyek tidak layak (not go) untuk dilaksanakan.

• Jika Net BCR = 1, maka manfaat proyek sebanding dengan biaya yang dikeluarkan
Contoh Soal
Benefit Cost Ratio Sebuah perusahaan ingin merenovasi bangunan apartemen yang mereka miliki
dengan profit tahunan yang mereka harapkan sebesar $100.000 selama tiga
tahun ke depan. Saat ini mereka mengeluarkan dana $50.000 untuk menyewa
peralatan. Jika tingkat inflasi adalah 2% maka apakah gedung tersebut layak untuk
direnovasi?

Penyelesaian :

Pertama kita perhitungkan dulu nilai Present Value sebagai berikut :


= ($100,000 / (1 + 0.02)^1) + ($100,000 / (1 + 0.02)^2) + ($100,00 / (1 + 0.02)^3)
= $288,388
BCR = $288,388/$50,000
= 5,77

Karena nilai BCR memiliki angka 5,77 yang nilainya lebih besar dari 1 maka
kegiatan perusahaan untuk merenovasi apartemen dianggap dapat memberikan
keuntungan di masa yang akan datang sehingga proyek ini layak untuk dijalankan
Internal Rate of Return Internal rate of return (IRR)

Merupakan tingkat pengembalian berdasarkan pada penentuan nilai


tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa depan yang
dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya kapital
atau present value dari total biaya.

Nilai ini digunakan untuk memperoleh suatu tingkat bunga dimana nilai
pengeluaran sekarang bersih (NPV) adalah nol.
Internal Rate of Return

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif


i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = Net present value yang positif
NPV2 = Net present value yang negatif
Internal Rate of Return Contoh Soal

Sebuah perusahaan mempertimbangkan usulan proyek investasi Rp


150 juta. Umur proyek tersebut diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.

Arus kas yang dihasilkan:

Tahun 1 : Rp 60.000.000
Tahun 2 : Rp 50.000.000 Tahun 4 : Rp 35.000.000

Tahun 3 : Rp 40.000.000 Tahun 5 : Rp 28.000.000


Diasumsikan RRR = 10%
Interna Rate of Return Jawab

Cari PV (present value) Dicoba dengan faktor diskonto 10%:


 Tahun 1 arus kas : Rp 60.000.000 x 0,9090 = Rp 54.540.000
 Tahun 2 arus kas : Rp 50.000.000 x 0,8264 = Rp 41.320.000
 Tahun 3 arus kas : Rp 40.000.000 x 0,7513 = Rp 30.052.000
 Tahun 4 arus kas : Rp 35.000.000 x 0,6830 = Rp 23.905.500
 Tahun 5 arus kas : Rp 28.000.000 x 0,6209 = Rp 17.385.200

Total PV = Rp 167.202.200
Investasi Awal = Rp 150.000.000
NPV = Rp 17.202.200
Internal Rate of Return Jawab

Cari PV (present value) Dicoba dengan faktor diskonto 16%:


 Tahun 1 arus kas : Rp 60.000.000 x 0,8621 = Rp 51.726.000
 Tahun 2 arus kas : Rp 50.000.000 x 0,7432 = Rp 37.160.000
 Tahun 3 arus kas : Rp 40.000.000 x 0,6417 = Rp 25.668.000
 Tahun 4 arus kas : Rp 35.000.000 x 0,5523 = Rp 19.330.500
 Tahun 5 arus kas : Rp 28.000.000 x 0,419 = Rp 17.973.200

Total PV = Rp 100.131.700
Investasi Awal = Rp 150.000.000
NPV = Rp – 49.868.300
Internal Rate of Return
 
Hitung nilai IRR nya

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif


  𝑁𝑃𝑉 1
𝐼𝑅𝑅=𝑖 1+ 𝑥 ( 𝑖 2 −𝑖 1 ) i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif
( 𝑁𝑃𝑉 1 − 𝑁𝑃𝑉 2)
NPV1 = Net present value yang positif

NPV2 = Net present value yang negatif

Kesimpulannya, proyek investasi tersebut feasible karena


nilai IRR > nilai RRR (10%)
Break Even Point Break Event Point
adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas
menunjukan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama
besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Biaya yang terkandung dalam analisis break even point

1. Biaya variabel (variable cost)

Merupakan biaya yang berubah-ubah mengikuti jumlah volume penjualan yang


dihasilkan dari suatu usaha.

2. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tetap jumlah pengeluarannya dan tidak
bergantung oleh besar-kecilnya hasil yang didapat sehingga disebut biaya konstan

3. Biaya total (total cost)

Seluruh biaya yang akan dikeluarkan perusahaan (variabel+fixed cost)


Break Even Point Persamaan
  Umum

BEP (unit rupiah) BEP (unit prduk)

Dimana :

FC = fixed cost

VC = Variable Cost

P = Price
Break Even Point Contoh Soal

Seorang akuntan manajer perusahaan XYZ, yang bertanggung jawab dalam


operasional produksi dan persediaan supply ingin mengetahui jumlah sales
yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000 dan
menginginkan keuntungan sebesar Rp.20.000.000, Penyabaran biaya yang
dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut:

Total biaya tetap             =  50.000.000

Biaya variabel per unit =  30.000

Harga jual per unit        =  50.000

Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000


Break Even Point Penyelesaian

BEP = 50.000.000 : (margin kontribusi)

BEP = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)

BEP = 50.000.000 : 20.000

BEP = 2500 Unit

Artinya adalah perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak


mengalami kerugian, tetapi jika hanya menjual 2500 unit perusahaan XYZ
juga tidak akan memperoleh keuntungan. 
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai