Anda di halaman 1dari 10

CAPITAL BUDGETING ANALYSIS

Dr.Mutamimah,SE,MSi
Setiap perusahaan yang melakukan investasi baru dalam aktiva tetap selalu
dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh kembali dana yang tertanam
dalam investasi tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah diantisipasikan.
Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
dana, yang melebihi jangka waktu satu tahun, disebut sebagai capital budgeting.
Capital budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan karena
beberapa hal:
1. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka waktu yang lama, sehingga
perlu diperhitungkan secara cermat untung ruginya.
2. Kebutuhan dana harus diperhitungkan secara tepat karena jika dana yang tersedia
melebihi kebutuhan akan menimbulkan beban tetap tambahan. Sebaliknya jika
dana yang tersedia kurang dari seharusnya, mengakibatkan kegiatan produksi akan
terganggu karena tidak didukung oleh peralatan yang cukup. Capital budgeting
bersangkutan dengan pengeluaran dana untuk pembelian aktiva tetap dan
pengeluaran lain untuk jangka panjang yang tergolong dalam capital expenditure.

Investasi dalam proyek yang baru, yang menyangkut dalam aktiva tetap, terutama
dalam pembelian alat-alat produksi, harus diperhitungkan secara seksama. Sebab
apabila investasi sudah dijalankan, tetapi kemudian terjadi kekeliruan perhitungan,
sukar untuk menariknya kembali. Dan ini berarti kerugian besar. Alat-alat tahan
lama terutama mesin-mesin tidak mudah untuk dijual kembali dalam waktu yang
singkat. Lain halnya dengan investasi dalam modal kerja. Dasar yang dipakai
adalah penerimaan (cash inflows) dan pengeluaran (cash outflows) sebagai akibat
adanya investasi, yang harus dihitung berdasarkan metode-metode tertentu.
Investment proposal dibedakan dalam beberapa katagori yaitu :
1. Replacement atau investasi penggantian
Suatu saat mesin-mesin yang telah ada, sudah semakin tua atau out of date,
sehingga perlu diganti. Dari penggantian ini diharapkan diperoleh cash saving
yang menguntungkan.
2. Expansion investment atau investasi untuk perluasan. Prospek yang cerah dari
suatu usaha yang telah ada menimbulkan gagasan untuk mengembangkan lebih
jauh sehingga perlu dilakukan investasi baru. Tetapi masalahnya tidak selalu
ekspansi itu akan memberikan keuntungan finansial.
3. New product activities atau memperluas usaha baru guna memproduksi jenis
produk yang baru.
Investasi di bidang usaha yang baru, memerlukan pemecahan yang tepat, terutama
yang menyangkut proyeksi dari keuntungan keuntungan yang akan diperoleh,
yang dapat menjamin pengembalian modal yang mungkin berasal dari pinjaman.
Resiko yang dihadapi, harus berimbang dengan kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
Untuk memilih salah satu atau lebih dari beberapa alternatif investasi yang
mungkin dilakukan atau diterima, ada beberapa kriteria investasi (metode pemilihan),
yang digunakan sebagai alat analisis, antara lain: a). Net Present Value method, b).
Internal Rate of Return Method, c). Pay Back Period Method, dan d).Average Rate of
Return Method.e).Discounted Pay Back Period Method

1
1. Net Present Value Method . Konsep net present value merupakan model yang
memperhitungkan pola cash flows keseluruhan dari suatu investasi, dalam kaitannya
dengan waktu, berdasarkan discount rate tertentu. Net Investment (outlay) adalah
bentuk investasi yang merupakan cash outflows yang dapat dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu:
a. Capital expenditure yaitu jenis pengeluaran yang memberikan manfaat jangka
panjang seperti, pembelian tanah, mesin-mesin bangunan dan aktiva tetap
lainnya yang sering disebut dengan istilah outlay.
b. Revenue expenditure yaitu jenis pengeluaran yang diperhitungkan sebagai
biaya seperti : biaya material, tenaga kerja, biaya pabrik, operating expenses
dan lain sebagainya. Besarnya nilai investasi (net investment) merupakan
capital expenditure.
Cara menetukan besarnya net investment

Harga pokok
( + ) Biaya pemasangan =
( - ) Proceed atas penjualan assets lama =
( ±) Pajak atas penjualan assets =
Net investment : =

Konsep Net Present Value


PV of proceeds : tahun ke 1 : Rp x DF = Rp
ke 2 : Rp x = Rp
ke N : Rp x = Rp
Total PV = Rp
Net investment = Rp
(outlay)
Net Present Value = Rp

Profitability index adalah sama dengan net present value tetapi alat analsis ini
melakukan perbandingan antara present value cash inflow dengan initial investment.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana penerimaan melebihi investasi. Dari format ini
dapat pula dihitung benefit cost ratio (B/C ratio) atau profitability index, yaitu :

PV of proceeds
PI = ……………………………………………..(1)
Net investment
Kriteria yang dipakai untuk menolak atau menerima suatu investasi adalah :
apabila NPV adalah positif atau PI lebih besar dari satu, maka proyek investasi
diteriman. Namun jika NPV adalah negatif atau PI lebih kecil dari satu, maka proyek
investasi ditolak.
Proyek A Proyek B
Tahun 1 Rp 400.000,- Rp 100.000,-
2 Rp 400.000,- Rp 200.000,-
3 Rp 200.000,- Rp 200.000,-
4 Rp 100.000.- Rp 200.000,-
5 - Rp 300.000,-
6 - Rp 400.000,-

2
Proyek manakah yang paling menguntungkan bila perhitungan atas dasar konsep net
present value. Discount rate diperhitungkan 8%. Net investment 800.000,-

Pemecahan :
Discount faktor (DF) pada discount rate 8% (dapat dilihat pada tabel A.1).

Proyek A
PV of proceeds, tahun Rp 400.000,- x 0,926 = Rp 370.400,-
1
2 Rp 400.000,- x 0,857 = Rp 342.800,-
3 Rp 200.000,- x 0,794 = Rp 158.800,-
4 Rp 100.000,- x 0,735 = Rp 73.500,-
Total present value = Rp 945.500,-
Net investment = Rp 800.000,-
Net present value = Rp 145.500,-

(B/C ratio) = Rp 945.500,− = 1,18


Rp 800.000,−
Benefit Cost ratio (B/C) = profitability index

Proyek B
PV of proceeds, tahun Rp 100.000,- x 0,926 = Rp 92.600,-
1
2 Rp 200.000,- x 0,857 = Rp 171.400,-
3 Rp 200.000,- x 0,794 = Rp 158.800,-
4 Rp 200.000,- x 0,735 = Rp 147.000,-
5 Rp 300.000,- x 0,681 = Rp 204.300,-
6 Rp 400.000,- x 0,630 = Rp 252.000,-
Total present value = Rp 1.026.100,-
Net investment Rp 800.000,-
Net present value Rp 226.100,-

Rp 1.026.100,−
B/C ratio = = 1,28
Rp 800.000,−

Dari hasil perhitungan di atas, proyek B lebih menguntungkan, karena NPV


yang lebih besar dan B/C ratio yang juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan
proyek A tetapi kedua proyek tersebut dapat diterima karena NPV dan B/C rationya
sama-sama positif.

2. Internal Rate of Return (IRR). Prinsip dari konsep internal rate of return adalah
bagaimana menentukan discount rate yang dapat mempersamakan present value of
proceeds dengan outlay, sehingga pada keadaan ini net present valuenya = nol. Dalam
hal ini ada hubungan antara konsep NPV dengan IRR. Konsep NPV, mencari discount
rate tertentu, sedangkan konsep IRR, justru mencari discount rate yang diinginkan.
Untuk menentukan discount rate yang dicari, dapat dirumuskan sebagai berikut :

3
A1 A2 A3 An
Outlay = + +  +  (2)
(1 + r ) (1 + r ) (1 + r )
2 3
(1 + r )n

Prinsip dari konsep internal rate of return adalah bagaimana menentukan


discount rate yang dapat mempersamakan present value of proceeds dengan outlay.
Sehingga pada keadaan ini net present valuenya = nol. Dalam hal ini ada hubungan
antara konsep NPV dengan IRR. Suatu proyek menurut pertimbangan IRR hanya
dapat diterima jika IRR lebih besar dari cost of capital proyek tersebut. Konsep NPV,
mencari discount rate tertentu, sedangkan konsep IRR, justru mencari discount rate
yang diinginkan. Untuk menetukan discount rate yang dicari dapat dirumuskan
sebagai berikut :

A1 A2 A3 An
Outlay = + +  +  (7.2)
(1 + r ) (1 + r ) (1 + r )
2 3
(1 + r )n
Guna mencari besarnya “r” dapat dilakukan dengan metode trial and error (coba-
coba).Dalam hubungannya dengan contoh dari tabel 4 di muka maka, untuk proyek A
dan B dapat dicari internal rate of return-nya, dengan menggunakan discount rate
pada alternatif 8%, 15%, 17% dan 18%

Proyek A

N DF Proceeds PV Proceeds

Discount rate 8% 1 0,926 Rp 400.000,- Rp 370.400,-


2 0,857 Rp 400.000,- Rp 342.800,-
3 0,794 Rp 200.000,- Rp 158.800,-
4 0,735 Rp 100.000,- Rp 73.500,-
Total PV Rp 945.500,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV Rp 145.000,-

Discount rate 15% 1 0,870 Rp 400.000,- Rp 348.000,-


2 0,756 Rp 400.000,- RP 302.400,-
3 0,658 Rp 200.000,- RP 131.600,-
4 0,572 Rp 100.000,- RP 57.200,-
Total PV Rp 839.200,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV Rp 145.500,-

Discount rate 18% 1 0,847 Rp 400.000,- Rp 338.800,-


2 0,718 Rp 400.000,- Rp 287.200,-
3 0,609 Rp 200.000,- Rp 121.800,-
4 0,516 Rp 100.000,- Rp 51.600,-

4
Total PV Rp 799.400,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV Rp -(600),-

Discount rate 17% 1 0,855 Rp 400.000,- Rp 342.000,-


2 0,731 Rp 400.000,- Rp 292.400,-
3 0,624 Rp 200.000,- Rp 124.800,-
4 0,534 Rp 100.000,- Rp 53.400,-
Total PV Rp 812.600,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV Rp 12.600,-

Dari hasil perhitungan di atas, discount rate yang dicari terletak antara 17% dan 18%.

Untuk menentukan discount rate yang tepat, dapat dilakukan interpolasi sebagai
berikut :

Discount rate Present value


17% Rp 812.600,-
18% Rp 799.400,-
Perbedaan 1% Rp 13.200,-
Pada r = 17% PV proceeds = Rp 812.600,-
Net investment = Rp 800.000,-
Perbedaan Rp 12.600,-
12.600
Persentase perbedaan = x 1% = 0,95%
13.200
r yang dicari = 17% + 0,95% = 17,95%
IRR = 17,95%

Proyek B

N DF Proceeds PV Proceeds

Discount rate 18% 1 0,847 Rp 100.000,- Rp 84.700,-


2 0,718 Rp 200.000,- Rp 143.600,-
3 0,609 Rp 200.000,- Rp 121.800,-
4 0,516 Rp 200.000,- Rp 103.200,-
5 0,437 Rp 300.000,- Rp 131.100,-
6 0,370 Rp 400.000,- Rp 148.000,-
Total PV Rp 732.400,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV (-) Rp (67.600)

Discount rate 16% 1 0,862 Rp 100.000,- Rp 86.200,-


2 0,743 Rp 200.000,- Rp 148.600,-
3 0,641 Rp 200.000,- Rp 128.200,-
4 0,552 Rp 200.000,- Rp 110.400,-

5
5 0,476 Rp 300.000,- Rp 142.800,-
6 0,410 Rp 400.000,- Rp 164.000,-
Total PV Rp 780.200,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV (-) Rp (19.800),-

Discount rate 15% 1 0,870 Rp 100.000,- Rp 87.000,-


2 0,756 Rp 200.000,- Rp 151.200,-
3 0,658 Rp 200.000,- Rp 131.600,-
4 0,572 Rp 200.000,- Rp 114.400,-
5 0,497 Rp 300.000,- Rp 149.100,-
6 0,432 Rp 400.000,- Rp 172.800,-
Total PV Rp 806.100,-
Net investment Rp 800.000,-
NPV Rp 6.100,-

“r” yang dicari terletak antara 15% dan 16%.


Secara tepat, dapat dicari dengan interpolasi sebagai berikut :

Discount rate Present value


15% Rp 806.100,-
16% Rp 780.200,-

Perbedaan 1% Rp 25.900,-
pada r = 15% PV proceeds = Rp 806.100,-
Net investment = Rp 800.000,-
Perbedaan Rp 6.100,-
6.100
Persentase perbedaan = x 1% = 0,24%
25.900
“r” yang dicari = 15% + 0,24% = 15,24%
IRR = 15,24%

Dari hasil pehitungan ini, baik proyek A maupun B dapat diterima karena IRR lebih
besar dari cost of capital-nya (8%). Tetapi bila dibandingkan, manakah yang
menguntungkan, apakah proyek A atau B, dengan menggunakan IRR, ternyata proyek
A lebih menguntungkan. Hal ini bertentangan dengan pertimbangan NPV, dimana
proyek B lebih baik. Dalam konflik ini memang tidak ada jaminan, bahwa masing-
masing metode akan menghasilkan rangking proyek yang sama, tetapi bagaimanapun
semua metode menghasilkan kesimpulan yang sama tentang menerima atau menolak
suatu proyek.

Perbandingan di bawah ini menunjukkan pengertian lebih jelas.

Ranking
Petimbangan N P V : 1. Proyek B
sama-sama diterima
NPV +
B/C ratio > 1
2. Proyek A

6
Pertimbagan I R R 1. Proyek A
sama-sama diterima
NPV +
B/C ratio > 1
2. Proyek B IRR > cost of capital

Pay Back Period Method


Metode pay back period mengabaikan konsep time value of money, sehingga cash
flows tidak dikaitkan dengan discount rate tertentu.
Inti dari konsep ini adalah, menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan investasi seperti semula, melalui proceeds yang dihasilkan dalam
setiap periode.
Keburukan dari metode ini ialah mengabaikan besarnya proceeds setelah periode pay
back.

Contoh perhitungan :
Dana proyek A dan B merupakan investasi sebesar Rp 10.000.000,- (masing-masing
proyek).
Berdasarkan perhitungan, pola cash inflows (EAT + Depresiasi), diharapkan seperti
berikut :

Tabel

Tahun Cash inflows


Proyek A Proyek B
1 Rp 5.000.000,- Rp 3.000.000,-
2 Rp 5.000.000,- Rp 4.000.000,-
3 Rp 1.000.000,- Rp 3.000.000,-
4 Rp 100.000,- Rp 4.000.000,-
5 Rp 100.000,- Rp 3.000.000,-

Dari data di atas, maka pay back period dapat dihitung :


Proyek A = 2 tahun
Proyek B = 3 tahun
Proyek yang diterima adalah yang menghasilkan period pay back yang terpendek,
yaitu proyek A. Tetapi kelemahan konsep ini terlihat, yaitu proceeds setelah period
tersebut kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan proyek B.

Average Rate of Return Method


Average rate of return dapat dihitung dengan cara :

Earning after taxes


Average rate of return = (7.3)
Average investment

7
Total investment
Average investment = (7.4)
2

Contoh perhitungan :
Dua alternatif proyek A dan B
Investasi proyek A = Rp 600.000,- usia investasi 6 tahun.
proyek B = Rp 720.000,- usia investasi 6 tahun.
Profit after taxes + depresiasi untuk proyek A dan B, diperkirakan sebagai berikut:

Tabel

Tahun Proyek A Proyek B


1 Rp 200.000,- Rp 450.000,-
2 Rp 200.000, Rp 220.000,-
3 Rp 200.000, Rp 200.000,-
4 Rp 200.000, Rp 130.000,-
5 Rp 200.000, Rp 130.000,-
6 Rp 200.000,- Rp 130.000,-

Proyek manakah yang dipilih berdasarkan average rate of return ?


Pemecahan :

Rp 600.000,−
Depresiasi untuk proyek A = = Rp 100.000,-
6
Rp 720.000,−
proyek B = = Rp 120.000,-
6

Earning after taxes untuk proyek A dan B adalah

Proyek A Proyek B
Net investment Rp 600.000,- Rp 720.000,-
Average investment Rp 300.000,- Rp 360.000,-

EAT EAT
Tahun : 1 Rp 100.000,- Rp 330.000,-
2 Rp 100.000, Rp 100.000,-
3 Rp 100.000, Rp 80.000,-
4 Rp 100.000, Rp 10.000,-
5 Rp 100.000, Rp 10.000,-
6 Rp 100.000, Rp 10.000,-
Rp 600.000,- : 6 Rp 540.000,- :6
Average E A T Rp 100.000,- Rp 90.000,-
100.000 90.000
Average rate of return : = 33,33 % = 25 %
300.000 360.000

8
SOAL ANALISIS INVESTASI AKTIVA TETAP
(DR. TAMI)

1. Dua buah proyek yaitu proyek A dan proyek B.


Proyek A memerlukan investasi sebesar Rp 120.000.000,- sedangkan proyek B
memerlukan investasi sebesar Rp 60.000.000,- usia masing-masing proyek adalah
6 tahun. Proyeksi perhitungan laba setelah pajak, baik untuk proyek A maupun
proyek B, diketahui sebagai berikut:

N Proyek A Proyek B
1 Rp 20.000.000,- Rp 30.000.000,-
2 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,-
3 Rp 20.000.000,- Rp 20.000.000,-
4 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,-
5 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,-
6 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,-

Metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus tanpa salvage value.
Discount factors 10%, dengan nilai sebagai berikut :
Tahun 1. 0,909 4. 0,683
2. 0,826 5. 0,621
3. 0,751 6. 0,564
a. Hitunglah Net Present Value untuk kedua proyek
b. Hitunglah Profitability Indeks
c. Hitunglah Pay Back Period
d. Hitunglah Average Rate Of Return
e. Metode mana yang sebaiknya digunakan? Jelaskan

2. Tiga buah proyek yaitu proyek A, B dan C.


Proyek A memerlukan investasi sebesar Rp 100.000.000,- sedangkan proyek B
memerlukan investasi sebesar Rp 80.000.000,- dan proyek C membutuhkan
investasi 120.000.000,- usia masing-masing proyek adalah 6 tahun. Proyeksi
perhitungan laba setelah pajak, baik untuk proyek A, B maupun proyek C,
N Proyek A Proyek B Proyek C
1 Rp 30.000.000,- Rp 30.000.000,- Rp 70.000.000,-
2 Rp 40.000.000,- Rp 60.000.000,- Rp 60.000.000,-
3 Rp 50.000.000,- Rp 20.000.000,- Rp 50.000.000,-
4 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,- Rp 20.000.000,-
5 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,- Rp 20.000.000,-
6 Rp 20.000.000,- Rp 10.000.000,- Rp 10.000.000,-

Metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus tanpa salvage value.
Discount factors 10%, dengan nilai sebagai berikut :
a. Hitunglah net present value untuk kedua proyek
b. Hitunglah Profitability Indeks
c. Hitunglah Pay Back Period
d. Hitunglah Average Rate Of Return
Metode mana yang sebaiknya digunakan? Jelaskan

9
3. Tiga buah proyek yaitu proyek A, B dan C.
Proyek A memerlukan investasi sebesar Rp 140.000.000,- sedangkan proyek B
memerlukan investasi sebesar Rp 180.000.000,- dan proyek C membutuhkan
investasi 150.000.000,- usia masing-masing proyek adalah 6 tahun. Besarnya
pajak yang harus dibayar untuk masing-masing proyek adalah 15%, depresiasi
dengan metode garis lurus tanpa salvage value. Proyeksi perhitungan laba
sebelum pajak (EBT), baik untuk proyek A, B maupun proyek C sebagai
berikut:
N Proyek A Proyek B Proyek C
1 Rp 50.000.000,- Rp 60.000.000,- Rp 70.000.000,-
2 Rp 40.000.000,- Rp 40.000.000,- Rp 70.000.000,-
3 Rp 40.000.000,- Rp 40.000.000,- Rp 70.000.000,-
4 Rp 50.000.000,- Rp 40.000.000,- Rp 70.000.000,-
5 Rp 30.000.000,- Rp 40.000.000,- Rp 70.000.000,-
6 Rp 30.000.000,- Rp 40.000.000,- Rp 10.000.000,-

Discount factors 10%, dengan nilai sebagai berikut : Tahun 1. 0,909 4. 0,683
2. 0,826 5. 0,621
3. 0,751 6. 0,564
a. Hitunglah net present value, Pay Back Period, dan Average Rate Of
Return
b. Metode mana yang lebih baik antara IRR dengan NPV?
c. Jelaskan pengaruh inflasi terhadap perhitungan NPV.
---------------------------------------------------------------------

10

Anda mungkin juga menyukai