1. Metode Payback Period (PP)
Payback period atau yang dapat diartikan sebagai periode pengembalian merupakan jangka
waktu yang dibutuhkan, untuk mengembalikan nilai dari investasi melalui penerimaan-
penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi yang berkaitan.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa cara menghitung payback period secara
sederhana cukup membagi nilai investasi awal dengan arus kas kemudian dikalikan 1 tahun.
Namun tidak semua arus kas yang dimiliki perusahaan sama. Untuk arus kas yang berbeda,
PP = n + a : b x 1 tahun
Keterangan :
PP = Payback Periode
b = Arus kas pada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1)
Suatu usulan proyek investasi senilai Rp 600.000.000 juta umur ekonomis 5 tahun, Syarat
periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun adalah Tahun 1 sebesar Rp
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa arus kas setiap periode (tahun) tidak sama,
sehingga untuk menghitung payback period bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Tahun 1 : Rp 300.000.000
Tahun 2 : Rp 250.000.000 menjadi Rp 550.000.000
Tahun 3 : Rp 200.000.000 menjadi Rp 750.000.000
Tahun 4 : Rp 150.000.000 menjadi Rp 900.000.000
Tahun 5 : Rp 100.000.000 menjadi Rp 1.000.000.000
PP = n + (a : b) x 1 tahun
= 2 + ((Rp 600.000.000 – Rp 550.000.000) : (Rp 750.000.000 – Rp 550.000.000)) x 1
tahun
= 2 + 0.25 tahun
= 2.25 tahun
Dari contoh payback period di atas, dapat diketahui periode pengembalian modal yaitu
sebesar 2,25 tahun atau tepatnya 2 tahun lebih 3 bulan. Proyek investasi tidak hanya
Namun sebelumnya kita harus tahu dahulu bahwa metode ini mengestimasikan nilai sekarang
pada suatu proyek, aset ataupun investasi berdasarkan arus kas masuk yang diharapkan pada
masa depan dan arus kas keluar yang disesuaikan dengan suku bunga dan harga pembelian
awal. Metode ini menggunakan harga pembelian awal dan nilai waktu uang (time value of
money) untuk menghitung nilai suatu aset. Dengan mengetahui prinsip dasar tersebut, kita
akan mudah memahami rumusnya.
(atau)
Selain rumus NPV di atas, kita juga dapat menggunakan tabel PVIFA (Present Value Interest
Factor for an Annuity) kemudian masukkan hasilnya ke persamaan atau rumus NPV di
bawah ini.
Harga mesin produksi yang baru tersebut adalah Rp150 juta dengan suku bunga pinjaman
sebesar 12 persen per tahun. Arus kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp50 juta per tahun
selama lima tahun.
Pertanyaannya, apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaian:
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban:
(C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
= 180,24 – 150
NPV = 30,24
Berdasarkan tabel PVIFA, angka yang didapat dari suku bunga 12% (r) dan periode lima
tahun (t) adalah sebesar 3.6048. Angka tersebut dimasukan ke rumus NPV berikut.
(Ct x PVIFA(r)(t)) – C0
= (50 x PVIFA(12%)(5)) – C0
= 180,24 – 150
NPV = 30,24
Hasilnya juga sama dengan nilai yang didapat dari rumus NPV pertama, yaitu 30,24 atau
Rp30,24 juta.
Sesuai dengan penghitungan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa rencana investasi
pembelian mesin produksi baru dapat dilanjutkan.
Nilai yang positif (> 0) menunjukkan bahwa penerimaan lebih besar dibandingkan
dengan nilai yang diinvestasikan.
Nilai yang negatif (< 0) menandakan penerimaan lebih kecil dibandingkan dengan
pengeluaran atau akan mengalami kerugian pada investasinya setelah
mempertimbangkan Nilai Waktu Uang (Time Value of Money).
Nilai yang netral atau sama dengan nol berarti investasi atau pembelian tersebut hanya
balik modal (tidak untung dan tidak rugi).
Maka Investasi yang akan dijalankan, Investasi pasti menguntungkan. Jika merugikan
Nilai
diproyeksikan akan mendatangkan maka hal tersebut bukanlah investasi sehingga
NPV < 0
kerugian bagi perusahaan proyek direkomendasikan untuk dibatalkan.
Dengan demikian, semakin besar angka positifnya, maka semakin besar pula penerimaan
yang bisa didapatkan. Oleh karena itu, penghitungan ini tidak saja digunakan untuk
mengevaluasi layak atau tidaknya untuk berinvestasi, namun juga digunakan untuk
membandingkan investasi mana yang lebih baik jika terdapat dua pilihan investasi atau lebih.
Namun perlu diketahui juga, meskipun penghitungan rumus NPV adalah alat yang sangat
bagus untuk membuat keputusan dalam berinvestasi, namun tidak selalu akurat.
Hal ini dikarenakan persamaannya bergantung pada banyak perkiraan dan asumsi yang
realisasinya sulit diprediksi. Satu-satunya yang diketahui secara pasti oleh manajemen
perusahaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada saat ini. Sebagai langkah
perlindungan aset, manajemen perusahaan dapat memanfaatkan asuransi, terutama asuransi
properti yang akan memberikan ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan aset.
Dalam dunia bisnis, perhitungan ini bermanfaat mengukur kemampuan dan peluang sebuah
perusahaan dalam mengelola investasinya hingga beberapa tahun mendatang. Terutama
ketika nilai mata uang berubah yang akan berdampak pada cash flow perusahaan. Metode ini
dapat digunakan oleh pengusaha atau perusahaan untuk memproyeksikan investasi yang
mereka kelola di masa depan.
1. Ekspektasi yang terdapat pada arus kas yang masuk dan juga NPV harus bisa
ditetapkan dan sama nilainya dengan nol. Artinya, biaya yang dibayar harus sama
dengan nilai investasi saat ini dari arus kas di masa depan.
2. Internal rate of return akan membandingkan biaya modal. Bila nilai Internal rate of
return ternyata lebih besar atau setidaknya sama dengan biaya modal, maka itu
artinya prospek investasi yang dilakukan sudah berjalan dengan baik.
Contoh Kasus : Sebuah perusahaan mempertimbangkan usulan proyek investasi Rp 150 juta.
Umur proyek tersebut diperkirakan 5 tahun tanpa nilai sisa.
Tahun 1 : Rp 60.000.000
Tahun 2 : Rp 50.000.000
Tahun 3 : Rp 40.000.000
Tahun 4 : Rp 35.000.000
Tahun 5 : Rp 28.000.000
Penyelesaian
Total PV = Rp 167.202.200
NPV = Rp 17.202.200
Total PV = Rp 100.131.700
NPV = Rp – 49.868.300
Perhitungan interpolasi
IRR = 11,5388%
Kesimpulannya, proyek investasi tersebut bisa diterima. Karena IRR > 10%.
1. Internal rate of return memiliki fungsi sebagai sumber acuan seseorang saat ingin
menyimpan uang ataupun membuka suatu deposito bank
2. Internal rate of return berguna untuk membantu memberikan suatu perbandingan
pada tingkat laju pengembalian dalam hal menentukan bentuk investasi yang
diperkirakan akan lebih mampu memberikan keuntungan.
3. Internal rate of return juga berguna untuk menilai laju pengembalian setelah
sebelumnya dikenakan pajak, sehingga para investor di dalamnya akan mengetahui
tingkat pengembalian dana yang lebih tinggi walaupun dikenakan pajak.
Selain itu, manfaat lainnya dari perhitungan Internal rate of return adalah agar bisa
mengetahui tingkat laju pengembalian investasi, sehingga setiap kegiatan operasional dalam
bentuk apapun bisa dievaluasi tingkatan pada laju pengembalian dengan lebih akurat.
Selain itu, perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini juga mampu
mengidentifikasi ukuran investasi untuk berbagai proyek yang tingkat keuntungannya bisa
lebih bersaing dengan investasi lain.
Bila kita membahas tentang investasi, tentu akan selalu banyak risiko di dalamnya. Semakin
tinggi tingkat resiko dari investasi tersebut, maka akan semakin tinggi juga tingkat
keuntungannya.
Contoh kasus :
Seorang Pembisnis menganalisis kondisi usahanya, dimana nilai Kas netto yang dimilik
dalam 1 (satu) tahun adalah Rp.85.500,000,-. Dari nilai kas yang dikeluakan untuk kebutuhan
Investasi adalah Rp.55.700.000,-. Maka berdasarkan data ini hitunglah Probability Index dan
tentukan kelayakannya.
PV
PI =
I
Rp .85 .500,000
=
Rp .55 .700 .000
= 1,535
Maka Bisnis tersebut layak (Fleksible)