Anda di halaman 1dari 11

1.

Miller-Or
Manajer Keuangan PT. Lancar Jaya mengamati bahwa pengeluaran kas setiap hari
dari perusahaan ternyata bersifat acak. Variance arus kas harian ditaksir sebesar Rp.6 juta.
Kas yang menganggur bisa diinvestasikan pada obligasi yang diharapkan memberikan
keuntungan 1,10% per bulan. Biaya transaksi untuk menjual obligasi ditaksir sebesar
Rp200.000 setiap transaksi. Perusahaan menetapkan batas bawah sebesar Rp. 6 juta. Manajer
tersebut ingin menetapkan model miller dan orr untuk pengelolaan kas perusahaan.
Pertanyaannya :
1. Berapa batas atas saldo kas perusahaan ?

2. Berapa jumlah obligasi yang harus dibeli pada saat saldo kas mencapai saldo batas
atas ?
3. Berapa rata-rata saldo kas perusahaan ?
Diketahui :
b : Rp200.000 i : 1,10% / bulan
r2 : Rp6 juta L : Rp6.000.000
Jawaban :

3 3𝑏𝑟 2
1. Z = √ + L
4𝑖

3 3(200.000)(6.000.000)
=√ + Rp6.000.000
4(0,011/30)

=Rp10.947.278 + Rp6.000.000
= Rp16.947.278 ( batas atas kas)
2. h= 3Z = 3(Rp16.947.278)
= Rp50.841.834 (nilai kas optimal)
h – z = Rp50.841.834 - Rp16.947.278
= Rp33.894.556
Jadi jumlah obligasi yang harus dibeli ketika kas mencapai batas atas adalah Rp33.894.556
(𝑧+ℎ)+𝐿
3. Nilai kas rata-rata = 3
(Rp16.947.278 + Rp50.841.834)+Rp6.000.000
= 3
= Rp 24.596.371
2. Boumel
Andi mengamati bahwa pengeluaran kas setiap hari dari perusahaan tempat ia bekerja,
relatif konstan. Setiap bulan pengeluaran yang dilakukan perusahaan rata-rata mencapai
Rp700 juta. Kalau kas tersebut dibelikan obligasi milik BUMN, setiap bulan akan
memperoleh keuntungan sekitar 1%. Biaya transaksi untuk membeli obigasi sebesar
Rp50.000 setiap kali transaksi.

1. Berapa banyak nilai obligasi yang seharusnya dijual kalau dipergunakan model
Boumel ?
2. Sesuai dengan jawaban pada soal nomor 1, berapa saldo kas rata-rata yang
dimiliki perusahaan tempat andi bekerja

Diketahui :

b : Rp700juta

i : 2%

T : Rp50.000

Penyelesaian :

2𝑏𝑇
1. C* =√ 𝑖

2(700)(50.000)
=√ 0,02

= Rp59.161 juta

Ini berarti perusahaan perlu menjual surat berharga senilai Rp59.161 juta setiap kali
saldo kas mencapai 0 (nol). Dengan cara tersebut perusahaan akan meminimumkan biaya
karena kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada surat berharga dan biaya
transaksi.

2. C/2 = Rp59.161 juta/2


= Rp29.580

Jadi saldo kas rata-rata yang dimiliki oleh perusahaan tempat andi bekerja sebesar
Rp29.580

3. Manajemen Piutang Dagang

PT. Lancar Jaya suatu perusahaan dagang selama ini menjual tunai dengan penjualan
yang dicapai Rp850juta. Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan mempertimbangkan
penjualan kredit dengan syarat n/30. Penjualan diperkirakan mencapai Rp1.150juta. Profit
margin 20%. Kemungkinan piutang tak tertagih 2%. Kalau biaya modal 18%, apakah
perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit ?

Jawab :
Tunai(juta
n/30(juta rupiah)
rupiah)
Penjualan Rp850 Rp 1.150
Keuntungan 20% Rp170 Rp 230
Rata-rata hari pengumpulan piutang 0 30 hari
Perputaran piutang 0 (360:30) = 12
Rata-rata piutang 0 (1150:12)= Rp 96
Investasi pada piutang 0 (80%x96) = Rp 77
Biaya modal 18% 0 Rp 14
Piutang tak tertagih 2% 0 Rp 23
Manfaat :
Tambahan Keuntungan
(Rp230-Rp170) Rp 60
Pengorbanan :
Biaya Modal Rp 14
Piutang tak tertagih Rp 23
Jumlah Rp 37
Manfaat bersih Rp 23

Kesimpulan :

Perusahaan tersebut akan mengambil keputusan untuk beralih ke penjualan kredit


karena manfaat bersih yang diperoleh dari penjualan kredit lebih besar dari pada penjualan
tunai.

Kemudian PT. Lancar Jaya sekarang mempertimbangkan perubahan kebijakan


penjualan dari n/30 menjadi 2/10, n/30. Penjualan diperkirakan meningkat menjadi
Rp1.250juta. 40% pelanggan diperkirakan memanfaatkan diskon. Piutang tak tertagih tetap
2%. Apakah perusahaan akan mengubah kebijakan kreditnya ?
n/30(juta
2/10, n/30 (juta rupiah)
rupiah)
Penjualan Rp1.150 Rp 1.350
Keuntungan 20% Rp230 Rp 270

(40%x10)+(60%x30
Rata-rata hari pengumpulan piutang 30 hari ) 22
Perputaran piutang 12 16 x
Rata-rata piutang Rp96 Rp 78,125
Investasi pada piutang Rp77 80% x 78,125 Rp 63
Biaya modal 18% Rp14 Rp 11
Piutang tak tertagih 2% Rp23 Rp 27
Biaya diskon 0 40% x 2% x 1.350 Rp 11

Manfaat :
Tambahan Keuntungan
(Rp270-Rp230) Rp 40
Penghematan biaya modal (Rp14-
Rp11) Rp 3
Jumlah Rp 43
Pengorbanan :
Biaya Diskon Rp 11
Tambahan Kerugian Rp 4
Jumlah Rp 15
Manfaat bersih Rp 28

Kesimpulan :

Ternyata dengan perubahan persyaratan kredit tersebut perusahaan memperoleh


keuntungan dan manfaat yang lebih besar dari kebijakan kredit sebelumnya oleh karena itu
perusahaan akan mengubah kebijakan kreditnya dari n/30 menjadi 2/10, n/30.

4. Manajemen Persediaan

1. Akuntansi Persediaan

Kasus:
Perusahaan dagang “ sejahtera” selama bulan juli 2015 mempunyai data keuangan
sbb:
2/7 Persediaan 30.000 kg a’ Rp 400,-
4/7 Pembelian 40.000 kg a’ Rp 350,-
8/7 penjualan 40.000 kg a’ Rp 460,-
11/7 pembelian 50.000 kg a’ Rp 300,-
14/7 penjualan 38.000 kg a’ Rp 480,-
16/7 penjualan 36.000 kg a’ Rp 490,-
26/7 pembelian 56.000 kg a’ Rp 450,-
28/7 penjualan 50.000 kg a’ Rp 500,-

Pembahasan kasus
Pembelian
2/7 30.000 x 400 = Rp 12.000.000,-
4/7 40.000 x 350 = Rp 14.000.000,-
11/7 50.000 x 300 = Rp 15.000.000,-
26/7 56.000 x 450 = Rp 25.200.000,-
176.000 Rp 66.200.000,-
Penjualan
8/7 40.000 x 460 = Rp 18.400.000,-
14/7 38.000 x 480 = Rp 18.240.000,-
16/7 36.000 x 490 = Rp 17.640.000,-
28/7 50.000 x 500 = Rp 25.000.000,-
164.000 Rp 79.280.000,-

Persediaan Akhir : 176.000 – 164.000 = 12.000 kg

Metode-metode:
a. Identifikasi Khusus

Misalkan sisa persediaan akhir 31/12/2015 terdiri dari:


3.000 kg x 400 = Rp 1.200.000
4.000 x 300 = Rp 1.200.000
5.000 x 450 = Rp 2.250.000
12.000 Rp 4.650.000

b. Rata-rata Sederhana
400+350+300+450
Harga rata-rata = = Rp 375
4
Jadi nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 375 = Rp 4.500.000

c. Rata-rata tertimbang
66.200.000
Harga Rata-rata = = Rp 376,14
176.000

Jadi persediaan akhir = 12.000 x Rp 376,14 = Rp 4.513.680

d. FIFO- Periodik
Nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 450 = Rp 5.400.000

FIFO-Perpetual :
Masu Kelua Sald
Tg
Uni Harg k Jumla Uni Harg r Jumla Uni Hargo Jumla
l
02- t 30.00 aR 40 hR 12.000.00 t a h t 30.00 aR 40 hR 12.000.00
Jul 0 p 0 p 0 0 p 0 p 0
04- 40.00 R 35 R 14.000.00 30.00 R 40 R 12.000.00
Jul 0 p 0 p 0 0
40.00 p 35
R 0 p 14.000.00
R 0
0 p 0 p 0
08- 30.00 R 40 R 12.000.00
Jul 0
10.00 p
R 0
35 p
R 03.500.00
0 p 0 p 0 30.00 R 35 R 10.500.00
0 p 0 p 0
11- 50.00 R 30 R 15.000.00 30.00 R 35 R 10.500.00
Jul 0 p 0 p 0 0
50.00 p
R 0
30 p
R 0
15.000.00
14- 30.00 R 35 R 10.500.00 0 p 0 p 0
Jul 08.00 p
R 0
30 p
R 02.400.00
0 p 0 p 0 42.00 R 30 R 12.600.00
16- 3600 R 30 R 10.800.00 06.00 p
R 0
30 p
R 01.800.00
Jul 0 p 0 p 0 0 p 0 p 0
26- 56.00 R 45 R 25.200.00 6.00 R 30 R 1.800.00
Jul 0 p 0 p 0 0
56.00 p
R 0
45 p
R 0
25.200.00
0 p 0 p 0
6.00 R 30 R 1.800.00
0
44.00 p
R 0
45 p
R 0
19.800.00
0 p 0 p 0 12.00 R 45 R 5.400.00
0 p 0 p 0
e. LIFO-Periodik

Nilai persediaan akhir = 12.000 x Rp 400 = Rp 4.800.000

LIFO- Perpetual:
Masuk Keluar Saldo
Tgl
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
02-Jul 30.000 Rp 400 Rp 12.000.000 30.000 Rp 400 Rp 12.000.000
04-Jul 40.000 Rp 350 Rp 14.000.000 40.000 Rp 350 Rp 14.000.000

08-Jul 40.000 Rp 350 Rp 14.000.000


30.000 Rp 400 Rp 12.000.000
11-Jul 50.000 Rp 300 Rp 15.000.000 50.000 Rp 300 Rp 15.000.000

14-Jul 38.000 Rp 300 Rp 11.400.000


30.000 Rp 400 Rp 12.000.000
12.000 Rp 300 Rp 3.600.000
16-Jul 12.000 Rp 300 Rp 3.600.000
24.000 Rp 400 Rp 9.600.000
6.000 Rp 400 Rp 2.400.000
26-Jul 56.000 Rp 450 Rp 25.200.000 56.000 Rp 450 Rp 25.200.000

28-Jul 50.000 Rp 500 Rp 25.000.000


6.000 Rp 400 Rp 2.400.000
6.000 Rp 450 Rp 2.700.000

12.000 Rp 5.100.000

Perhitungan Lifo-periodik dengan perhitungan Lifo-perpetual terjadi


perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena sistem periodik menandingkan total
penarikan selama bulan bersangkutan dengan total pembelian untuk bulan yang
sama dalam mengaplikasikan metode Lifo, sementara sistem perpetual
menandingkan setiap penarikan dengan pembelian terakhir yang mendahuluinya.
f. Rata-rata bergerak

Masuk Keluar Saldo


Tgl
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
02-Jul 30.000 Rp 400 Rp 12.000.000 30.000 Rp 400 Rp 12.000.000

04-Jul 40.000 Rp 350 Rp 14.000.000 70.000 Rp 371,43 Rp 26.000.000

08-Jul 40.000 Rp 371,43 Rp 12.697.200 30.000 Rp 371,43 Rp 9.522.900

11-Jul 50.000 Rp 300 Rp 15.000.000 80.000 Rp 306,54 Rp 24.522.900

14-Jul 38.000 Rp 306,54 Rp 11.648.520 42.000 Rp 306,54 Rp 12.874.680

16-Jul 36.000 Rp 306,54 Rp 11.035.440 6.000 Rp 306,54 Rp 1.839.240

26-Jul 56.000 Rp 450 Rp 25.200.000 62.000 Rp 436,12 Rp 27.039.240

28-Jul 50.000 Rp 436,12 Rp 21.806.000 12.000 Rp 436,12 Rp 5.233.440

2. Economical Order Quantity ( EOQ)

a. Apabila Carrying cos/s-nya dinyatakan dalam prosentase dari persediaan


rata-rata.

Biaya Penyimpanan dan pemeliharaan di gudang adalah 80% dari nilai rata-
rata persediaan. Biaya pemesanan adalah Rp 30.000 setiap kali pesan. Jumlah
material yang dibutuhkan selama setahun sebanyak 2.400 unit dengan harga Rp
2.000 per unitnya.

Diketahui:
R = 2.400 unit

S = Rp 30.000

I = Rp 2.000

P = 40%

Jawab:

2𝑅𝑆
EOQ = √ 𝑃𝐼

2(2.400)(30.000)
=√
0,40(1.000)

= 600 unit

Total biaya yang dikeluarkan adalah :

Biaya pemesanan (S) ( 2.400/600 x Rp 30.000) = Rp 120.000

Biaya Simpan (C) ( 600/2 x Rp 1.000 x 0,40) = Rp 120.000

Total Biaya = Rp 240.000

b. Apabila Carrying cos/s-nya dinyatakan dalam Rupiah per Unit

Kebutuhan bahan selama satu periode adalah 60.000 unit, biaya setiap kali
pesan adalah Rp 30.000 biaya simpan per unit sebesar Rp 300 dan Harga per unit
bahan Rp 3.000

Diketahui:

R = 60.000 unit

S = Rp 30.000

C = Rp 300

Jawab:

2𝑅𝑆
EOQ = √
𝐶
2(60.000)(30.000)
=√
100

= 6.000 Unit

Dengan Total biaya yang dikeluarkan adalah :

Biaya pemesanan (S) (60.000/6.000 x Rp30.000 = Rp 300.000

Biaya simpan (C) ( 6.000/2 x Rp 100) = Rp 300.000

Total Biaya Rp 600.000

3. Reorder Point dan Safety Stock


Misalnya kebutuhan akan bahan baku sudah diketahui secara pasti yaitu sebesar
6.000 unit. Tetapi untuk melakukan pesanan diperlukan waktu 7 hari. Dalam satu
tahun perusahaan beroperasi selama 300 hari, maka berarti dalam selama setahun
perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 10 kali pesanan atau
perusahaan harus memesan setiap 30 hari. Itu berarti bahwa persediaan sebesar
6.000 unit akan habis diproses selama 30 hari. Untuk itu perusahaan harus
melakukan pemesanan saat persediaan yang ada hanya cukup untuk beroperasi
selama waktu menunggu hingga pesanan yang baru tiba atau lead time.

6000
ROP = x 7 = 1.400 Unit
30
Berarti pesanan harus dilakukan pada saat persediaan mencapai 1.400 Unit.
Apabila pemakaian setiap periode tidak pasti maka perusahaan perlu
mempertahankan safety stock agar ketidakpastian atau misalnya keterlambatan
datangnya pesanan yang baru dan pemakaian bahan tidak menunggu operasi
perusahaan. Misalnya suatu perusahaan menentukan safety stock sebesar 800 unit
maka reorder point harus dilakukan saat persediaan mencapai 2.200 Unit, atau
sebesar pemakaian selama leadtime ditambah safety stock.

4. Potongan Harga

Dengan menggunakan soal b diatas misalnya suatu perusahaan akan mendapatkan


potongan sebesar 10% dari harga jual apabila perusahaan membeli sebesar 12.000
unit setiap kali pembelian. Apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan potongan
atau tidak?

1. Apabila perusahaan akan memanfaatkan tawaran potongan ini maka biaya


yang harus ditanggung adalah:
a. Harga Bahan Baku
( 60.000 x Rp 3.000 x 90%) = Rp 162.000.000
b. Biaya Pemesanan
(60.000/12.000 x Rp 30.000) = Rp 150.000

c. Biaya Simpan (12.000/2 x Rp 3.000) = Rp 18.000.000

Total Biaya = Rp 180.150.000

Lalu apabila misalnya perusahaan tidak memanfaatkan potongan harga tersebut maka biaya
yang timbul adalah sebagai berikut:

a. Harga bahan baku


(60.000 x Rp 3.000) = Rp 180.000.000

b. Biaya Pemesanan

( 60.000/6.000 x Rp 30.000) = Rp 300.000

c. Biaya simpan (6.000/2 x Rp 3.000) = Rp 9.000.000

Total Biaya = Rp 189.300.000

Dengan demikian maka sebaiknya perusahaan memanfaatkan potongan tersebut karena


perusahaan akan mendapatkan penghematan sebesar Rp. 9.150.000,- penghematan ini timbul
karena potongan harga cukup tinggi sehingga dapat menutup kenaikan biaya simpan.

Anda mungkin juga menyukai