Anda di halaman 1dari 10

JAWABAN QUIZ MATEMATIKA BISNIS, PERTEMUAN-12

NAMA : RIKY PRASTIO UTOMO

NIM : 43120010130

PRODI : MANAJEMEN S1

KELAS : CA-110

NOMOR 1

Jelaskan maksud dari Metode NPV, apa keunggulan dan kelemahannya?


Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk
dan nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode. NPV biasanya digunakan
untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan dalam sebuah proyek yang akan
dilaksanakan. Net Present Value yang positf menandakan bahwa proyeksi pendapatan yang
dihasilkan oleh sebuah proyek atau investasi melebihi dari proyeksi biaya yang dikeluarkan.
Pada umumnya nilai NPV yang positif akan menjadi menguntungkan dan proyek yang
memiliki NPV negatif akan menghasilkan kerugian. Konsep ini merupakan dasar dari hukum
Net Present Value, yang mengindikasikan bahwa investasi yang bagus hanya dapat
dilakukan.
Keunggulan Metode NPV
a. Memperhitungkan nilai waktu dari uang.
b. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
c. Memperhitungkan nilai sisa proyek.
Kelemahan Metode NPV
a. Manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia
ekonomis proyek.
b. Jika proyek memiliki nilai investasi inisial yang berbeda, serta usia ekonomis yang juga
berbeda, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang lebih baik.
c. Derajat kelayakan tidak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi
oleh factor usia ekonomis proyek.
I. Metode Net Present Value (NPV)

Kelayakan investasi dengan metode Net Present Value (NPV) dinilai dari keuntungan bersih
yang diperoleh di akhir pengerjaan suatu proyek atau investasi. Keuntungan bersih tersebut
dihitung dari selisih nilai sekarang investasi dengan aliran kas bersih yang diharapkan dari
proyek atau investasi di masa yang akan datang atau pada periode tertentu. Penilaian
kelayakan investasi dengan pendekatan NPV ini merupakan metode kuantitatif yang mampu
menunjukkan layak tidaknya suatu proyek atau investasi. Perhitungan NPV dirumuskan
sebagai berikut:

NPV = ΣPVt – A0
NPV = (PV1 + PV2 + …) – A0
PV = NCF x Discount factor
Discount factor = 1/(1+r)t

Keterangan :

NPV =  Net Present Value


PV = Present Value
NCF = aliran kas
A0 = investasi yang dikeluarkan pada awal tahun
r = biaya modal
t = periode waktu investasi/proyek

Pengambilan keputusan investasi dalam metode ini menggunakan asumsi sebagai


berikut :

 Jika NPV0 > NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena berisiko
mengalami kerugian.
 Jika NPV0 < NPV1, maka investasi atau proyek dinilai layak karena berpotensi
menghasilkan keuntungan.
 Jika NPV0 = NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena tidak
menghasilkan keuntungan.

Kriteria diterima atau ditolaknya sebuah proyek atau investasi dengan NPV adalah :

 NPV > 0 terima


 NPV < o tolak

Dengan :

NPV = PV semua arus kas dari proyek/investasi – Investasi awal

NPV = PV – Io
n
CF i
NPV = ∑ – Io atau
i=1 (1+ k )i

CF 1 CF 2 CF n
NPV = + 2
+…+ n
−I 0
1+ k (1+ k ) ( 1+ k )

dengan I0 = Investasi awal

k = tingkat diskonto atau return yang diharapkan

CFi = A = arus kas tahun i

Contoh soal :

1. Seorang pengusaha sedang mempertimbangkan membuka usaha warnet di sebuah


ruko. Harga ruko, komputer, jaringan, dan semua perlengkapan yang diperlukan
untuk investasi ini adalah Rp. 400.000.000,- . Sedangkan kas bersih yang dapat
diperoleh dari usaha ini adalah Rp. 5.000.000,- per bulan terus menerus. Jika tingkat
return yang digunakan adalah 12 % p.a. Hitunglah NPV usaha ini dan tentukan
apakah proyek ini sebaiknya diterima atau ditolak ?

Jawab :k = 12% p.a atau 1% perbulan = 0,01


CFi = A = Rp. 5.000.000 per bulan
I0 = Rp. 400.000.000
Penyelesaian :
CF
1
PV =
k
NPV = PV – Io
A
= −Io
k
Rp .5 .000 .0000
= −Rp.400 .000 .000
0,01
= Rp. 100.000.000

Karena NPV > 0 proyek diterima


2. Seorang manajer keuangan berencana membeli mesin baru untuk menambah
kapasitas produksi. Mesin baru itu berharga Rp. 1.000.000.000 dan memberikan
tambahan arus kas sebesar Rp. 300.000.000 ditahun pertama. Rp. 400.000.000
ditahun kedua, dan Rp. 500.000.000 di tahun ketiga hingga tahun kelima.
Menggunaka tingkat diskonto 14% p.a. tentukanlah keputusan yang harus diambil
manajer itu.
Jawab :
I0 = Rp. 1.000.000.000
k = 14% = 0,14
CF1 = Rp. 300.000.000
CF2 = Rp. 400.000.000
CF3 = CF4 = CF5 = Rp. 500.000.000

CF 1 CF 2 CF 3 CF 4 CF 5
NPV = + + + + −I
1+ k (1+ k ) (1+k ) (1+ k ) (1+k )5 0
2 3 4

NP V =

Rp .300 .000 .000 Rp.400 .000 .000 Rp .500.000 .000 Rp .500 .000 .000 Rp.500 .000 .000
+ + + + – Rp .1 .000.000
1+0,14 (1+ 0,14)2 (1+0,14)3 (1+0,14)4 (1+ 0,14)5

= Rp. 464.155.135

Karena, NPV > 0, proyek diterima

Untuk meghitung tingkat diskonto adalah :

k = wmkm + wuku
Keterangan :
wm = persentase pendanaan dari modal sendiri
wu = persentase pendanaan dari utang
km = bunga modal sendiri
ku = bunga modal setelah pajak

wm + wu = 1 atau wu = 1-wm
Contoh soal
ku =: (1-pajak penghasilan) x bunga utang nominal
1. Sebuah proyek pembangunan pabrik baru akan didanai 60% dari utang, dan
sisanya dari modal sendiri. Untuk itu, perusahaa akan mengeluarkan obligasi
berkupon 15%. Pajak penghasilan diketahui 30%. Jika bunga modal sendiri
diketahui 18%, hitunglah tingkat diskonto yang akan digunakan untuk investasi
ini.
Jawab :
Wm = 40% → 0,4
wu = 60% → 0,6
km = 18%
ku = (1-0,3) x 15%
= 10,5%

k = wmkm + wuku

= 0,4(18%) + 0,6(10,5%)

= 13,5 %
Jadi, tingkat diskonto yang digunakan untuk investasi adalah 13,5 %

II. Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode  Internal Rate of Return (IRR) mengukur kelayakan suatu investasi berdasarkan


tingkat suku bunga yang dapat menjadikan jumlah nilai sekarang keuntungan yang
diharapkan sama dengan jumlah nilai sekarang dari biaya modal (NPV = 0). Bagaimana bisa?
Dalam metode ini, time value of money telah diperhitungkan sehingga arus kas yang
diterima telah didiskontokan atas dasar biaya modal atau tingkat bunga yang diterapkan.

Untuk menghitung nilai IRR harus dilakukan dengan cara trial and error atau menggunakan
tabel tingkat bunga. Adapun formula perhitungan IRR sebagai berikut.

IRR = R1 + (PV1 – PV0/PV1 – PV2) x (R1 – R2)

Keterangan :

IRR = Internal Rate of Return


R1 = tingkat bunga pertama
R2 = tingkat bunga kedua
PV = Present Value

Pengambilan keputusan investasi berdasarkan metode IRR menggunakan asumsi


sebagai berikut :

 Suatu investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat
bunga yang diterapkan.
 Suatu investasi dikatakan tidak layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih kecil dari
tingkat bunga yang diterapkan.

Untuk mencari IRR adalah :

CF 1 CF 2 CF n
+ + …+ −I 0=0
( 1+ IRR ) ( 1+ IRR )2 ( 1+ IRR )n

atau

CF 1 CF 2 CF n
+ 2
+ …+ =I 0
( 1+ IRR ) ( 1+ IRR ) ( 1+ IRR )n

Jika IRR > k → terima

Jika IRR < k → ditolak

Contohnya :
1. Hitunglah IRR dari sebuah investasi yang dapat memberikan arus kas bersih Rp.
5.000.000 secara terus menerus jika investasi awal yang diperlukan Rp.400.000.000
dan return yang diharapkan adalah 14% .

Jawab :

CF1 = A = Rp. 5.000.000

I0 = Rp. 400.000.000

NPV = PV- Io

A
NPV = -I =0
IRR o

A
= Io
IRR

A
IRR=
I0

Rp .5 .000 .000
=
Rp .400 .000 .000

= 1,25 % p.a
III. Metode EAV

Rumus :

NPV
EAV =
1−¿ ¿ ¿
Contohnya :

Seorang manajer keuangan sedang mempertimbangkan dua proyek yang berbeda jangka
waktunya. Proyek 1 hanya memerlukan waktu 5tahun yang memerlukan investasi awal
sebesar Rp. 1.000.000.000, dan setiap tahun selama 5 tahun ke depan dpat menghasilkan kas
sebesar Rp400.000.000. sedangkan proyek 2 berjangka waktu dua kalinya, memerlukan
investasi awal Rp. 1.500.000.0000 dengan arus kas bersih sebesar Rp. 350.000.000 setiap
tahun selama 10 tahun. Menurut Anda, proyek mana yang lebih menguntungkan pada
tingkat diskonto 12% p.a ?

Jawab :

Proyek 1
n= 5
A= Rp. 400.000.000
Io = Rp. 1.000.000.000
k= 12% p,a = 0,12
n
CF i
NPV =∑ – Io
i=1 (1+ k )i
1−( 1+0,12 )−5
=
( 0,12 )
Rp .400.000 .000−Rp .1 .000.000 .000

= Rp. 441.910.481

NPV
EAV == 1+ k−n
1−
k
Rp .441 .910.481
= 1−(1+ 0,12)
−5

0,12
= Rp. 122.590.268
Proyek 2
n = 10
A = Rp. 350.000.000
I0 = Rp.1.500.000.000

1−( 1+0,12 )−10


NPV = ( 0,12 ) Rp.350 .000 .000−Rp .1 .500.000 .000

= Rp. 477.578.060

Rp .477 .578 .060


EAV = 1−(1+ 0,12)
−10

0,12
= Rp. 84.523.754

Jadi proyek yang diambil adalah proyek 1 . karena menggunakan kriteria EAV.
IV. Metode EAC

EAC (Equivalent Aannual Cost) hampir sama dengan EAV. Dalam konsep EAV menghitung
nilai atau selisih bersih hasil investasi dari investasi awal, namun konsep EAC hanya
menghitung biaya saja. Oleh karena itu, jika dalam kriteria EAV, kita memilih proyek dengan
EAV terbesar, dalam kriteria EAC, kita memilih peralatan dengan EAC terendah.

Contoh soal :
Sebuah pabrik sedang mempertimbangkan pembelian sebuah mesin. Ada dua produk
tersedia di pasar. Produk pertama, katakan mesin A, berharga Rp. 10.000.000 dan
memerlukan biaya operasional Rp. 1.000.000 setiap tahunnya dan harus diganti setiap 2
tahun. Sedangkan mesin B berharga Rp. 14.000.000 dengan biaya operasional tahunan
sebesar Rp. 800.000 dan dapat digunakan selama 3 tahun. Mesin mana yang sebaiknya dibeli
jika tingkat diskonto adalah 10% ?
Jawab :
Present cost atau present value dari cost mesin A
.000 .000 .1.000 .000
= - Rp. 10.000.000 + ( −Rp.11+0,1 )+( −Rp(1+0,1) )2

−Rp.1 .000 .000 −Rp .1.000 .000


= - Rp. 10.000.000 + ( ) +
( )
1,1 1,1 2

= - Rp. 11.736.000

Present cost atau present value dari cost mesin B


.000 −Rp.800 .000 −Rp.800 .000
= - Rp.14.000.000 + ( −Rp.800
1+ 0,1 )+
( (1+0,1) ) ( ( 1+0,1) )
+ 2 3

−Rp.800 .000 −Rp.800 .000 −Rp.800 .000


= - Rp.14.000.000 + ( 1,1 )+
( ( 1,1) ) ( (1,1 ) )
2
+ 3

= - Rp.15.989.000

Karena mempunya nilai yang berbeda, maka tidak dapat dibandingkan secara langsung.
Oleh karena itu harus menghitung biaya tahunann selama umur mesin yang dibayarkan
masing-masing mesin.

Present cost A
EAC Mesin A =
1−¿ ¿ ¿
−Rp.11.736 .000
=
1−¿ ¿¿
= - Rp. 6.762.000
Present cost B
EAC Mesin B =
1−¿ ¿ ¿
−Rp.11.736 .000
= = - Rp. 6.429.000
1−¿ ¿¿

Anda mungkin juga menyukai