NIM : 43120010130
PRODI : MANAJEMEN S1
KELAS : CA-110
NOMOR 1
Kelayakan investasi dengan metode Net Present Value (NPV) dinilai dari keuntungan bersih
yang diperoleh di akhir pengerjaan suatu proyek atau investasi. Keuntungan bersih tersebut
dihitung dari selisih nilai sekarang investasi dengan aliran kas bersih yang diharapkan dari
proyek atau investasi di masa yang akan datang atau pada periode tertentu. Penilaian
kelayakan investasi dengan pendekatan NPV ini merupakan metode kuantitatif yang mampu
menunjukkan layak tidaknya suatu proyek atau investasi. Perhitungan NPV dirumuskan
sebagai berikut:
NPV = ΣPVt – A0
NPV = (PV1 + PV2 + …) – A0
PV = NCF x Discount factor
Discount factor = 1/(1+r)t
Keterangan :
Jika NPV0 > NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena berisiko
mengalami kerugian.
Jika NPV0 < NPV1, maka investasi atau proyek dinilai layak karena berpotensi
menghasilkan keuntungan.
Jika NPV0 = NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena tidak
menghasilkan keuntungan.
Kriteria diterima atau ditolaknya sebuah proyek atau investasi dengan NPV adalah :
Dengan :
NPV = PV – Io
n
CF i
NPV = ∑ – Io atau
i=1 (1+ k )i
CF 1 CF 2 CF n
NPV = + 2
+…+ n
−I 0
1+ k (1+ k ) ( 1+ k )
Contoh soal :
CF 1 CF 2 CF 3 CF 4 CF 5
NPV = + + + + −I
1+ k (1+ k ) (1+k ) (1+ k ) (1+k )5 0
2 3 4
NP V =
Rp .300 .000 .000 Rp.400 .000 .000 Rp .500.000 .000 Rp .500 .000 .000 Rp.500 .000 .000
+ + + + – Rp .1 .000.000
1+0,14 (1+ 0,14)2 (1+0,14)3 (1+0,14)4 (1+ 0,14)5
= Rp. 464.155.135
k = wmkm + wuku
Keterangan :
wm = persentase pendanaan dari modal sendiri
wu = persentase pendanaan dari utang
km = bunga modal sendiri
ku = bunga modal setelah pajak
wm + wu = 1 atau wu = 1-wm
Contoh soal
ku =: (1-pajak penghasilan) x bunga utang nominal
1. Sebuah proyek pembangunan pabrik baru akan didanai 60% dari utang, dan
sisanya dari modal sendiri. Untuk itu, perusahaa akan mengeluarkan obligasi
berkupon 15%. Pajak penghasilan diketahui 30%. Jika bunga modal sendiri
diketahui 18%, hitunglah tingkat diskonto yang akan digunakan untuk investasi
ini.
Jawab :
Wm = 40% → 0,4
wu = 60% → 0,6
km = 18%
ku = (1-0,3) x 15%
= 10,5%
k = wmkm + wuku
= 0,4(18%) + 0,6(10,5%)
= 13,5 %
Jadi, tingkat diskonto yang digunakan untuk investasi adalah 13,5 %
Untuk menghitung nilai IRR harus dilakukan dengan cara trial and error atau menggunakan
tabel tingkat bunga. Adapun formula perhitungan IRR sebagai berikut.
Keterangan :
Suatu investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat
bunga yang diterapkan.
Suatu investasi dikatakan tidak layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih kecil dari
tingkat bunga yang diterapkan.
CF 1 CF 2 CF n
+ + …+ −I 0=0
( 1+ IRR ) ( 1+ IRR )2 ( 1+ IRR )n
atau
CF 1 CF 2 CF n
+ 2
+ …+ =I 0
( 1+ IRR ) ( 1+ IRR ) ( 1+ IRR )n
Contohnya :
1. Hitunglah IRR dari sebuah investasi yang dapat memberikan arus kas bersih Rp.
5.000.000 secara terus menerus jika investasi awal yang diperlukan Rp.400.000.000
dan return yang diharapkan adalah 14% .
Jawab :
I0 = Rp. 400.000.000
NPV = PV- Io
A
NPV = -I =0
IRR o
A
= Io
IRR
A
IRR=
I0
Rp .5 .000 .000
=
Rp .400 .000 .000
= 1,25 % p.a
III. Metode EAV
Rumus :
NPV
EAV =
1−¿ ¿ ¿
Contohnya :
Seorang manajer keuangan sedang mempertimbangkan dua proyek yang berbeda jangka
waktunya. Proyek 1 hanya memerlukan waktu 5tahun yang memerlukan investasi awal
sebesar Rp. 1.000.000.000, dan setiap tahun selama 5 tahun ke depan dpat menghasilkan kas
sebesar Rp400.000.000. sedangkan proyek 2 berjangka waktu dua kalinya, memerlukan
investasi awal Rp. 1.500.000.0000 dengan arus kas bersih sebesar Rp. 350.000.000 setiap
tahun selama 10 tahun. Menurut Anda, proyek mana yang lebih menguntungkan pada
tingkat diskonto 12% p.a ?
Jawab :
Proyek 1
n= 5
A= Rp. 400.000.000
Io = Rp. 1.000.000.000
k= 12% p,a = 0,12
n
CF i
NPV =∑ – Io
i=1 (1+ k )i
1−( 1+0,12 )−5
=
( 0,12 )
Rp .400.000 .000−Rp .1 .000.000 .000
= Rp. 441.910.481
NPV
EAV == 1+ k−n
1−
k
Rp .441 .910.481
= 1−(1+ 0,12)
−5
0,12
= Rp. 122.590.268
Proyek 2
n = 10
A = Rp. 350.000.000
I0 = Rp.1.500.000.000
= Rp. 477.578.060
0,12
= Rp. 84.523.754
Jadi proyek yang diambil adalah proyek 1 . karena menggunakan kriteria EAV.
IV. Metode EAC
EAC (Equivalent Aannual Cost) hampir sama dengan EAV. Dalam konsep EAV menghitung
nilai atau selisih bersih hasil investasi dari investasi awal, namun konsep EAC hanya
menghitung biaya saja. Oleh karena itu, jika dalam kriteria EAV, kita memilih proyek dengan
EAV terbesar, dalam kriteria EAC, kita memilih peralatan dengan EAC terendah.
Contoh soal :
Sebuah pabrik sedang mempertimbangkan pembelian sebuah mesin. Ada dua produk
tersedia di pasar. Produk pertama, katakan mesin A, berharga Rp. 10.000.000 dan
memerlukan biaya operasional Rp. 1.000.000 setiap tahunnya dan harus diganti setiap 2
tahun. Sedangkan mesin B berharga Rp. 14.000.000 dengan biaya operasional tahunan
sebesar Rp. 800.000 dan dapat digunakan selama 3 tahun. Mesin mana yang sebaiknya dibeli
jika tingkat diskonto adalah 10% ?
Jawab :
Present cost atau present value dari cost mesin A
.000 .000 .1.000 .000
= - Rp. 10.000.000 + ( −Rp.11+0,1 )+( −Rp(1+0,1) )2
= - Rp. 11.736.000
= - Rp.15.989.000
Karena mempunya nilai yang berbeda, maka tidak dapat dibandingkan secara langsung.
Oleh karena itu harus menghitung biaya tahunann selama umur mesin yang dibayarkan
masing-masing mesin.
Present cost A
EAC Mesin A =
1−¿ ¿ ¿
−Rp.11.736 .000
=
1−¿ ¿¿
= - Rp. 6.762.000
Present cost B
EAC Mesin B =
1−¿ ¿ ¿
−Rp.11.736 .000
= = - Rp. 6.429.000
1−¿ ¿¿