Anda di halaman 1dari 48

Capital Budgeting

Under Risk
Penganggaran Modal di bawah Risiko
Anggota Kelompok 6
01 16 19
Aisyah Dinda P. Miranda Zakia Putri Natalia Nur I.
2232510028 2232510026 2232510010
1D-AKT 1D-AKT 1D-AKT

23 27
Roiy Putra H. Vemas Putra P.
2232510101 2232510057
1D-AKT 1D-AKT
Pokok Pembahasan

Pembahasan 1 Pembahasan 2
Konsep dasar risiko (risk and Pengertian Analisis
uncertainty) dan contohnya Sensitivitas Risiko dan
contohnya

Pembahasan 3 Pembahasan 4
Pengertian distribusi
Penggunaan probabilitas dalam probabilitas dan contohnya
menghitung pengembalian dan
contohnya
Pokok Pembahasan

Pembahasan 5 Pembahasan 6
Pengertian standar deviasi Hubungan antara risiko dan
dan koefisien varians serta waktu serta contohnya
contohnya

Pembahasan 7 Pembahasan 8
Pengertian Risiko Portofolio Pengertian Pendekatan
dan contohnya Subjektif dan contohnya
Pokok Pembahasan

Pembahasan 9 Pembahasan 10
Definisi keputusan model bebas Memahamai NPV/payback
dan contohnya periode model dan contohnya

Pembahasan 11 Pembahasan 12
Pengertian padanan kepastian Risiko disesuaikan tingkat
dan contohnya diskonto dan contohnya
01
Konsep dasar
risiko
(Risiko dan Ketidakpastian) dan contohnya
Konsep dasar Risiko (Risiko dan Ketidakpastian)
Risk and Uncertainty (Risiko dan Ketidakpastian

Istilah risk and uncertainty akan digunakan secara silih berganti untuk menunjuk pada suatu
hal yang sama, yaitu “Variabilitas dari expected return” (variabilitas dari hasil yang
diharapkan) yang dikaitkan dengan proyek tertentu.
Contohnya :
Suatu proyek capital budgeting di mana pihak pemerintah telah menjamin return kepada
perusahaan sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun untuk jangka waktu 10 tahun tidaklah
mengandung risiko karena tidak adanya variabilitas yang dikaitkan dengan return yang akan
diterima.
Sebaliknya, suatu proyek capital budgeting di mana return yang akan diperoleh berkisar
antara Rp 0 – Rp 200.000,00 pertahun, mengandung suatu risiko yang tidak kecil karena
adanya variabilitas yang tinggi dari return yang akan diperoleh
Konsep dasar Risiko (Risiko dan Ketidakpastian)
Jadi, semakin pasti return yang akan diperoleh dari suatu proyek, semakin kecil variabilitasnya,
sehingga dengan demikian semakin kecil variabilitasnya, sehingga dengan demikian semakin kecil
risiko yang dihadapi.
Perbedaan antara risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty)
1. Risiko timbul bilamana decision maker mampu untuk mengestimasikan probabilitas dari hasil-hasil
yang akan diperoleh (distribusi probabilitas). Dalam keadaan seperti ini maka kita berbicara tentang
“Objective probability distributions” (distribusi probabilitas yang objektif) yaitu suatu distribusi
probabilitas yang didasarkan atas data historis.
Contohnya :
Apabila seseorang ingin menentukan distribusi probabilitas penjualan produk X di suatu daerah
pemasaran yang baru, maka dengan menggunakan data historis tentang penjualan produk X di
daerah-daerah lain yang keadaannya relatif sama dengan daerah baru tersebut (relatif sama dalam
hal income,pendidikan, dan sebagainya) maka dia dapat menentukan distribusi probabilitas
penjualan produk X tersebut di daerah pemasaran yang baru akan dimasukinya.
Konsep dasar Risiko (Risiko dan Ketidakpastian)

2. Ketidakpastian (uncertainty) timbul bilamana decision maker tidak memiliki data historis
dari mana distribusi probabilitas akan dikembangkan. Dalam keadaan yang begini maka
decision maker harus membuat suatu “perkiraan” untuk mengembangkan distribusi
probabilitas yang subjektif (subjective probability distribution)
Contohnya :
Apabila proyek yang direncanakan merupakan suatu hal yang sama sekali baru bagi
perusahaan, maka dengan mengadakan riset dan berkonsultasi dengan pihal-pihak
lainnya, decision maker akan dapat menetapkan “secara subyektif” probabilitas dari
hasil-hasil yang diharapkan.
02
Analisis Sensitivitas Risiko
Sensitivity analysis yang berarti bahwa di
dalam menilai suatu proyek digunakan
beberapa jumlah return/penghasilan yang
mempunyai “Kemungkinan” untuk diperoleh.
Sensitivity analysis ini dilakukan dengan jalan
mengevaluasi suatu proyek berdasarkan
sejumlah estimasi atas cash inflow yang
mungkin akan diterima.
Maka risiko dari suatu proyek akan direfleksikan oleh “range” dari hasil yang diharapkan.
Range dapat ditentukan dengan melihat selisih antara hasil yang terbaik dengan hasil
yang terjelek (antara yang sangat pesimis dengan yang sangat optimis). Semakin besar
range suatu proyek maka semakin besar variabilitas atau risiko yang dikandung oleh
proyek tersebut.
Contoh :
Perusahaan ban mobil “Tahun Baik” sedang mengevaluasi dua buah proyek, A dan B,
yang mutually exclusive. Initial invesment untuk masing-masing proyek tersebut adalah
Rp 10.000.000,00 dan cash inflow yang “paling mungkin terjaadi” masing-masing sebesar
Rp 2.000.000,00 per tahun untuk jangka waktu 15 tahun dan cost of capital perusahaan
adalah sebesar 10%. Untuk menentukan atau memperkirakan tingkat risiko dari masing-
masing proyek, maka manajemen perusahaan telah mengestimasikan cash inflow yang
sangat pesimis dan sangat optimis untuk masing-masing proyek tersebut.
Dengan membandingkan range dari cash flow untuk masing-masing
proyek maka dapat dilihat bahwa risiko yang dikandung oleh proyek
A lebih rendah daripada proyek B karena range-nya hanya sebesar Rp
1.000.000,00 (Rp 2.500.000,00 – Rp 1.500.000,00) dibandingkan
dengan proyek B sebesar Rp 4.000.000,00 (Rp 4.000.000,00 – Rp 0).
NPV proyek A untuk cash inflow yang terlalu pesimis

Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel berikut


Dari Tabel 15.2. tampak bahwa sensitivity analysis dapat
memberikan informasi yang bermanfaat tentang proyek-proyek
karena sekalipun dua buah proyek akan memberikan hasil yang
sama apabila didasarkan atas cash inflow yang paling mungkin,
tetapi apabila range cash inflow ikut dipertimbangkan maka
keadaannya menjadi lain. Dengan membandingkan range net
present value antara proyek A sebesar Rp 7.606.000,00 dengan
proyek B sebesar Rp 30.424.000,00, maka jelaslah bahwa risiko
proyek B lebih besar dibandingkan dengan proyek A.
03
Penggunaan probabilitas dalam menghitung
pengembalian

Probabilitas digunakan untuk memperkirakan risiko yang


terkandung dalam suatu proyek secara lebih akurat. Probabilitas
dapat dikatakan sebagai persentase "kemungkinan" terjadinya
suatu hasil. Dengan per kataan lain, misalnya, apabila sudah
ditentukan bahwa suatu hasil. Dengan perkataan lain, misalnya,
apabila sudah ditentukan bahwa suatu hasil mempunyai
probabilitas 80% (kemungkinan terjadinya 80%), maka sudah
diperkirakan bahwa dalam 10 kali, hasil tersebut akan terjadi 8
kali. Apabila satu hasil mempunyai probabilitas 100% maka hal
tersebut sudah pasti akan terjadi, dan sebaliknya, hasil yang
mempunyai probabilitas 0% tidak akan pernah terjadi
Dengan menentukan probabilitas dari suatu hasil, maka dapat dihitung besarnya
"expected value” dari suatu proyek yang sedang dianalisa. Expected value dari
suatu proyek adalah merupakan hasil rata-rata tertimbang (weighted average
retum) di mana penimbang atau weight yang digunakan adalah probabilitas dari
masing-masing hasil. Sekalipun mungkin expected value tidak pernah direalisir,
tetapi hal ini menunjukkan pada "kemungkinan hasil" yang akan diperoleh
apabila proyek tersebut dilakukan secara berulang-ulang atau terus-menerus.
Aspek yang paling sulit dalam menentukan expected value adalah dalam hal
pengestimasian atan penetapan probabilitas dari hasil-hasil yang diharapkan.
Contoh:

Evaluasi terhadap estimasi-estimasi sangat pesimis, sangat mungkin,


dan gat optimis dari perusahaan ban mobil "Tahun Baik" menunjukkan
bahwa probabilitas untuk cash inflow yang pesimis adalah 25%, sangat
kin 50%, dan optimis 25% (jumlah keseluruhan probabilitas harus 1 atau
100%, karena hal tersebut didasarkan atas keseluruhan alternatif).
Tabel 15.3. menyajikan perhitungan expected value dari
cash inflow present value proyek A dan B.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari Tabel 15.3, yaitu:

a. Jumlah probabilitas untuk masing – masing proyek adalah 1 atau 100%


b. Karena pembagian hasil yang diharapkan (pesimis, sangat mungkin dan
optimis) adalah sama untuk kedua proyek, maka probabilitasnya pun harus
sama.
c. Expected value dari cash inflow adalah sama dengan hasil dalam kategori
"sangat mungkin". Hal ini tidak selalu terjadi; tetapi contoh di atas dibuat
sedemikian rupa untuk memperjelas gambaran tentang risiko.

Pengukuran risiko suatu proyek adalah sangat penting dalam mengadakan


penilaian atas proyek capital budgeting secara menyeluruh. Dengan adanya
kemampuan untuk mengukur risiko yang terkandung dalam masing – masing
proyek, maka akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang proyek-
proyek yang mempunyai return yang sama secara beda karena adanya
perbedaan tingkat risiko. Untuk dapat mengukur risiko dari suatu proyek maka
haruslah dibedakan variabilitas return dari masing-masing proyek.
04

Distribusi Probabilitas
Sekalipun perhitungan expected value telah memberikan input
yang lebih baik kepada decision maker daripada hanya
menggunakan satu angka estimasi saja ataupun dengan
menggunakan sensitivity analysis, namun hal tersebut belum
menunjukkan tingkat risiko dari masing- masing proyek.
Dalam Tabel 15.3 sebelumnya dapat dilihat bahwa expected
value dari cash inflow proyek A dan B sama, akan tetapi
dengan membandingkan distribusi probabilitas dari masing-
masing proyek akan memungkinkan seseorang untuk
memperoleh suatu gambaran mengenai perbedaan tingkat
risiko dari proyek-proyek yang sedang dianalisa tersebut.
Bentuk distribusi probabilitas yang paling sederhana adalah
"Bar Chart", seperti yang disajikan dalam Gambar 15.1
Dengan membandingkan kedua bar chart
di samping, maka akan dapat diketahui
bahwa sekalipun proyek A dan B
mempunyai expected value cash inflow
yang sama, tetapi range cash inflow
proyek B menunjukkan penyebaran yang
lebih besar dibandingkan dengan range
proyek A, yaitu: Rp 4.000.000,00 Vs Rp
1.000.000,00.
05

Standar Deviasi
Perhitungan statistik yang paling sering digunakan untuk mengukur risiko
dari suatu proyek adalah “standar deviasi”, yang tujuannya adalah untuk
mengetahui berapa deviasi cash inflow suatu proyek dari “mean”atau
expected valuenya. Untuk dapat mengetahui “ coefficient of variation”
dari suatu proyek,maka standar deviasi yang diperoleh dibagi dengan
“mean” atau expected value of return, dimana pengukuran dengan
coefficient of variation ini akan memungkinkan seseorang untuk
membandingkan risiko dari proyek-proyek yang besarnya berbeda satu
sama lain.
Standar Deviasi
Standar Deviasi

Setelah mengetahui expected value dari cash inflow, maka perhitungan standar
deviasi, dapat dilakukan dengan sebagai berikut:

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa standar deviasi merupakan akar dari
jumlah keseluruhan masing masing deviasu dikuadratkan, dan dikaliakan dengan
probabilitas.
Maksud utama dari perhitungan standar deviasi disini adalah untuk
membandingakan risiko dari masing masing proyek
Jumlah standard deviasi ,z, yang menyatakan tentang penyimpangan atau deviasi
suatu nilai tertentu dari E dapat dihitung sebagai berikut:

Contoh :Berapakah kemungkinan terjadinya suatu return sebesar Rp. 1.505.025,39


untuk proyek A?
Jawab :

Nilai z, sebesar – 1,40 menunjukkan bahwa return sebesar Rp. 1.505.025,39 berada
1,40 standard deviasi dibawah mean
Koefisien Varians

Standar Deviasi akan kurang tepat apabila digunakan untuk mengukur proyek proyek yang
berbeda besarnya. Dalam keadaan seperti ini maka sebaiknya digunakan pengukuran “
coefficient of variation”. Pengukuran ini mempertimbangkan variabilitas yang relatif antara
masing masing proyek sehingga akan sangat tepat untuk digunakan dalam pengukuran
proyek proyek yang berbeda besarnya.
Coefficient of variation/ koefisien varians ,v, didefinisikan sebagai ratio dari standard deviasi
terhadap ecpected return dari suatu proyek :

Proyek A :

Semakin tinggi koefisien varians suatu proyek,semakin besar risiko yang dikandung
oleh proyek tersebut, demikian pula sebaliknya. Tetapi dengan catatan expected value
antar proyek harus sama besar.
06 Hubungan antara Risiko dan
Waktu
Waktu merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
menilai risiko dan proyek proyek capital budgeting. Tapi untuk menilai
proyek dalam hubungannya dengan capital expenditure, maka manfaat
atau hasil yang akan diperoleh adalah lebih dari satu tahun bahkan
kadang kadang sampai melebihi jangka waktu lima tahun.

Untuk menilai proyek proyek capital expenditure tersebut maka


harus dipertimbangkan bahwa kondisi industri dan ekonomi pada
masa masa yang akan datang mungkin akan sangat mempengaruhi
hasil dari suatu proyek. Risiko seharusnya tidak dilihat hanya dalam
hubungannya dengan periode berjalan, tetapi juga untuk jangka
waktu yang panjang.
Gambar dibawah ini mengilustrasikan suatu asumsi expected value yang besarnya sama,
tetapi dengan berlalunya waktu, dispersi pun akan semakin membesar. Garis diatas dan
dibawah menunjukkan area ±1 standard deviasi, dari expected value.
07
Portofolio Risk
Proyek yang dipilih haruslah mempunyai diversifikasi yang
paling baik atau yang dapat mengurangi risiko yang dihadapi
oleh perusahaan secara keseluruhan, dan pada seat yang
sama mampu memberikan return yang telah ditetapkan.

Diversifikasi yang baik akan memungkinkaan risiko dari


keseluruhan aktiva atau portofolio akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan risiko dari masing masing proyek secara
individual. Dalam rangka menyebarkan risiko untukdapat
menciptakan portfolio yang efisien, yaitu yang memungkinkan
perusahaan untuk mencapai return yang maksimum pada
tingkat risiko tertentu, ataupun untuk meminimumkan risiko
pada tingkat return tertentu , maka terlebih dahulu haruslah
dipahami konsep korelasi.
Dari tabel 15.5 dapat dilihat bahwa apabila proyek
proyek tersebut berdiri sendiri maka expected value
untuk masing masing proyek adalah Rp. 30,00 dan
standar deviasi untuk masing masing proyek adlah
sebesar Rp.14,14. Berdasarkan daat tersebut maka
dapatdisimpulkan bahwa masing masing proyek
mempunyai tingkat risiko yang sama , sekalipun pola cash
inflownya berbeda.
08 Definition of Subjective Approach
and Examples
Subjective Approach (Pendekatan Subjektif)

Pengertian dari Subjective approach (pendekatan


subjektif) adalah keputusan tentang berapa besar
tingkat discount rate minimum yang akan
digunakan untuk menghitung present value dari
cash inflow yang akan diterima pada masa-masa
yang akan datang, ditentukan secara subjektif atas
dasar "perasaan" decision maker (Pembuat
keputusan).
Contoh nya seperti. Semakin besar risiko yang "diyakininya" yang
terkandung dalam suatu proyek, semakin besar tingkat discount
(cost of capital ditambah dengan risk premium tertentu) yang
digunakan untuk menentukan present value dari cash inflow
tersebut.

Penggunaan sensitivity analysis yang sudah dibicarakan di mana


kemungkinan cash inflow dibagi ke dalam kategori, pesimis,
sangat mungkin, dan optimis, pada dasarnya juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor subjektif, akan tetapi pendekatan subjektif
dalam mengadakan penyesuaian terhadap risiko proyek ini akan
memungkinkan decision maker untuk membuat suatu estimasi
yang lebih baik (educated guess) karena tersirat adanya
"pengakuan" terhadap tingkat risiko proyek yang berbeda satu
sama lain.
Definition of Decision free model and 09
examples
Decision tree model

Sekalipun decision tree model ini memberikan mekanisme yang


memungkinkan decision maker untuk menganalisa proyek-proyek yang
direncanakan secara lebih jelas dan kemudian menentukan proyek mana
yang akan dipilih, tetapi pendekatan ini tidaklah terlalu berarti dalam
mengevaluasi risiko yang terkandung dalam suatu proyek. Input utama dari
pendekatan ini didasarkan pada estimasi probabilitas yang dikaitkan
dengan hasil yang akan diperoleh dari suatu tindakan (course of action)
yang dilakukan. Hasil dari masing-masing tindakan dikalikan dengan
probabilitasnya dan kemudian hasil-hasil perkalian tersebut dijumlahkan
untuk menentukan present value tertimbang dari cash inflow yang
diperoleh. Pilihan terakhir mengenai proyek mana yang akan dipilih dalam
pendekatan.
Contoh :

Perusahaan "Andika" bermaksud untuk


memilih salah-satu dari dua proyek yang
ada, proyek A atau proyek B. Sehubungan
dengan hak tersebut, maka pos
perusahaan "Andika" sudah
mengumpulkan data untuk masing-
masing proyek seperti tampak dalam
decision tree pada (Gambar 15.5.)
Understanding the NPV/payback
10 period model and example

NPV/Payback period model


NPV/payback period model merupakan kombinasi dari teknik NPV dan
teknik payback period. Seperti sudah dijelaskan bahwa payback period
adalah merupakan jangka waktu tertutupnya kembali modal yang
diinvestasikan dalam suatu proyek. Mengingat eratnya kaitan antara
waktu dan risiko, maka contoh nya seperti semakin panjang jangka
waktu yang diproyeksikan semakin tidak menentu atau semakin tinggi
risiko yang dihadapi. Dengan pendekatan ini maka payback period
akan digunakan sebagai titik batas penentuan umur suatu proyek yang
dapat diterima. Dengan demikian, proyek-proyek akan diterima hanya
apabila mempunyai NPV yang positif dan umurnya tidak melebihi
payback period yang ditetapkan sebelumnya.
11

CERTAINTY EQUIVALENT
Pendekatan Certainty equivalent menggambarkan suatu
faktor yang mereleksikan "persentasi penurunan cash inflow
yang dapat diterima" oleh decision maker dari jumlah (cash
inflow) yang diharapkannya. Dengan demikian, cash inflow
suatu proyek disesuaikan terlebih dahulu tingkat risikonya
dengan menggunakan certainty equivalent factor, dan
kemudian hasil penyesuaian tersebut didiskonto pada "risk
free rate of return" (tingkat bunga yang tidak mengandung
risiko). Di sini tidak digunakan risk-adjusted rate (tingkat
discount yang sudah disesuaikan dengan risiko) karena hal
tersebut akan berarti adanya "double counted of risk".
Dengan adanya kesedian untuk mengadakan penyesuaian atas cash inflow yang
dianggap mengandung risiko ke dalam suatu jumlah cash inflow tertentu dengan
menggunakan certainty equivalent, pada dasarnya decision maker tersebut sudah
menunjukkan preferensi risiko atau kemauan untuk menanggung risiko (risk
preference) di mana hal ini dipandang sebagai aspek yang sangat positif dalam
penggunaan certainty equivalent.
Contoh:
Perusahaan "Dunlop" yang menghasilkan barang- barang untuk keperluan
olahraga berusaha untuk memilih satu di antara dua cara promosi yang akan
digunakan dalam usaha untuk meningkatkan penjualan hasil produksinya. Kedua
cara promosi tersebut masing-masing membutuhkan initial investment sebesar
Rp2.000.000,00. Promosi X menggunakan propaganda yang bersifat konservatif,
sementara promosi Y menggunakan propaganda yang sebaliknya, suatu cara
yang baru dan lebih aktif. Promosi X diharap menghasilkan benefit sebesar
Rp750.000,00 per tahun selama 5 tahun, dan promosi Y akan memberikan hasil
sebesar Rp800.000,00 per tahun untuk jangka waktu 5 tahun.
Tabel 15.6 menyajikan cash inflow, certainty equivalent yang dianggap tetap
(risiko yang dapat diterima), dan hasil perhitungan antara cash inflow dengan
certainty equivalent.

Diketahui pula bahwa risk free rate of


return, f, adalah sebesar 12% per tahun.
Dengan menggunakan f sebesar 12%,
maka net present value untuk masing-
masing certain cash inflow dapat dihitung
sesuai dengan yang terlihat pada tabel
15.7 dan 15.8.
Dari hasil perhitungan net present value of certain cash inflow di atas, maka jelaslah
bahwa promosi X lebih baik dibandingkan dengan promosi Y karena net present
value of certain cash inflow promosi X, Rp 517.600,00blebih besar dibandingkan
dengan net present value of certain cash inflow promosi Y, Rp 84.560,00.
RISK-ADJUSTED DISCOUNT
12 RATE
Pendekatan risk-adjusted discount rate ini mengadakan
penyesuaian atas discount rate yang digunakan untuk
menghitung net present value dari proyek yang sedang
dievaluasi. Dalam pendekatan risk-adjusted discount rate
ini, tingkat discount yang akan digunakan untuk
menghitung net present value dari suatu proyek adalah
pada tingkat discount yang sudah disesuaikan, k.
(adjusted risk). Besarnya, k, tergantung pada hubungan
antara risiko proyek secara individual dengan risiko cash
inflow perusahaan secara keseluruhan.
Untuk menghitung, k, maka risk free rate, , (tingkat bunga bank pemerintah
yang bebas risiko ) akan dilakukan.
Perbedaan atau selisih antara rate of return yang disyaratkan dengan risk-free
rate, adalah merupakan "average risk premium" yang pada intinya adalah
merupakan kompensasi bagi para investor, karena perusahaan tempat mereka
menanamkan modalnya telah "bersedia" menghadapi risiko yang lebih besar
atas modal yang ditanamkan dalam perusahaan.
Hubungan antara average risk premium, rate of return yang disyaratkan dan
risk-free rate dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

α=k-
dengan:
α = avarage risk premium
k = rate of return yang disyaratkan
= risk-free rate of return
Coefficient Of Variation Approach

Pendekatan coefficient of variation memberikan suatu dasar yang lebih objektif dalam menentukan risk
premium suatu objek.
Contoh:
Untuk menentukan risk premium proyek A, , maka harus dipertimbangkan hubungan antara coefficient of
variation proyek A dengan coefficient of variation keseluruhan cash inflow perusahaan.
Hubungan dari ketiga variabel tersebut dapat diekspresikan dalam persamaan sebagai berikut:
Dengan:
VA αA = risk premium proyek A
αA = α
VT = coefficient of variation dari cash inflow proyek A
= coefficient of variation dari cash inflow perusahaan
secara keseluruhan
α = avarage risk premium untuk perusahaan
Dengan menggunakan αA, maka risk-adjusted discount rate untuk proyek A, , dapat dihitung sebagai
berikut:

𝐤 𝐀 =𝐫 𝐟 +𝛂 𝐀
Dengan:
= risk-adjusted discount rate untuk proyek A,
= risk-free rate of return
= risk premium proyek A
 Contoh:
"Yuanna Indah” sedang mempertimbangkan untuk memilih salah-satu dari dua mutually exclusive
project yang tersedia, di mana keduanya masing-masing membutuhkan initial investment sebesar Rp
2.000.000,00. Proyek A diharapkan untuk menghasilkan cash inflow sebesar Rp 800.000,00 per tahun
untuk jangka waktu 5 tahun dengan standard deviasi sebesar Rp 400.000,00. Proyek B, yang
mengandung risiko yang lebih kecil, diharapkan untuk menghasilkan cash inflow sebesar Rp 760.000,00
per tahun untuk jangka waktu 5 tahun dengan standard deviasi sebesar Rp 266.000,00. Risk free rate, r,
yang berlaku adalah 12%, dan cost of capital perusahaan adalah 18%. Coefficient of variation dari cash
inflow perusahaan secara keseluruhan adalah 0,30.
Untuk menghitung menggunakan risk-adjusted discount rate, maka perlu ditempuh langkah
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan besarnya avarage risk premium:
α =k-
= 18% - 12%
= 6%
2. Menentukan coefficient of variation untuk masing-masing proyek sebagai berikut:
Proyek A:

 
Proyek B:
3. Menentukan risk premium untuk 4. Menemukan risk adjusting discount rate
masing-masing proyek sebagai berikut: untuk masing-masing proyek sebagai
Proyek A  berikut:
Proyek A:

 
Proyek B:  
Proyek B:

 
 
Hubungan antara risk premium untuk masing-masing proyek dengan risk-free rate
of return dapat digambarkan dalam sebuah curve yang disebut sebagai “risk-
return function” atau "Market Indifference Curve".

 
5. Menentukan net present value masing-masing proyek dengan menggunakan risk
adjusted discount rate yang sudah dihitung dalam langkah ke-4 di atas.

Dengan menggunakan risk adjusted discount rate, net present value proyek
B lebih besar dibandingkan dengan net present value proyek A.
Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai