Si
Kelas/Ruang : MAB-B2/BS B08 Waktu : 07.00-11.000
Oleh :
SEKOLAH VOKASI
IPB UNIVERSITY
2019
PEMBAHASAN
I. Asumsi
a. Umur bisnis yaitu selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis mesin-mesin
pembuatan adonan roti
b. Sumber modal yaitu modal sendiri dan modal pinjaman, besar modal sendiri
sebanyak Rp482.000.000 sedangkan modal pinjamaban sebanyak
Rp100.000.000
c. Bunga pinjaman yaitu 9% dari Bank BNI untuk kredit usaha dan bunga sendiri
sebesar 3,65% sesuai dengan Bank BRI berlaku dari tahun 2018.
( 482.000 .000 x 3,65 % ) +(100.000 .000 x 9 %)
Rata-rata tertimbang =
482.000 .000+100.000 .000
17.593.000+ 9.000.000
= =4.57 %
582.000 .000
d. Pinjaman sebesar Rp100.000.000 dengan jangka waktu pengembalian selama
enam tahun.
e. Masa persiapan selama enam bulan, pada tahun pertama produksi selama enam
bulan dan tahun kedua sampai tahun ke sepuluh produksi selama 12 bulan.
f. Kapasitas produksi dihitung dari kapasitas bahan baku yang tersedia
menghasilkan 300 pcs roti per satu kali produksi, dalam seminggu produksi tiga
kali, maka jumlah per minggu menghasilkan 900 pcs roti. Dalam sebulan
menghasilkan 3600 pcs roti. Tahun kedua dan seterus nya kapasitas produksi
meningkat 50%
Keterangan:
NPV = Net Present Value (Rp)
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
i = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
Indikator kelayakannya adalah : jika NPV bernilai positif (NPV>0) maka usaha
layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika NPV bernilai negatif (NPV<0) maka
usaha tidak layak untuk dijalankan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Rasio ini diperoleh dengan membagi nilai sekarang arus manfaat (PV) dengan nilai
sekarang arus biaya, yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah
biaya yang dikeluarkan pada suatu usaha terhadap manfaat yang akan
diperolehnya.
Secara matematis, perhitungan Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut: :
Keterangan:
Net B/C = Net Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
I = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-1 sampai tahun ke-10
Indikator kelayakannya adalah : jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1)
maka usaha layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika Net B/C lebih kecildari satu
(Net B/C<1) maka usaha tidak layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. Secara matematis perhitungan IRR
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = suku bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
Indikator kelayakannya adalah : jika IRR lebih besar dari suku bunga bank yang
berlaku (IRR>DR) maka usaha layak untuk diusahakan. Sebaliknya jika IRR lebih
kecil dari suku bunga yang berlaku (IRR<DR) maka usaha tidak layak untuk
diusahakan.
d. Gross B/C
Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon dengan
cost secara keseluruhan yang telah didiskon. Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek
tidak layak dikerjakan Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
e. Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Perhitungan payback
period secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
I = Nilai investasi
Ab = Kas masuk bersih yang telah di-diskonto
Kriteria payback period ini tidak memiliki indikator standar dan bersifat relatif
tergantung umurproyek dan besarnya investasi. Usaha layak dijalankan jika
payback period usaha tidak terlalu lama mendekati akhir proyek atau lebih lama
dari Payback period yang relatif cepat lebih disukai untuk investasi.
Tabel 2 Hasil analisis kelayakan investasi pada bisnis Rotuna
III. Sensitivitas
Analisis Switching Value adalah analisis yang digunakan untuk meneliti
kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Analisis ini ditujukan untuk
melihat pengaruh yang terjadi apabila keadaan berubah.
Analisis switching value yang digunakan pada bisnis Rotuna yaitu penurunan
produksi Rotuna sebesar 45.26% dan penurunan harga sebesar 53.25%. Analisis
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil analisis switching value pada penurunan produksi Rotuna
sebesar 45.26% tersebut dapat disimpulkan bahwa “ Batas toleransi maksimum
penurunan jumlah produksi Rotuna sebesar 45.26% agar bisnis tersebut tetap layak,
apabila lebih besar dari 45.26% maka bisnis tersebut menjadi tidak layak ”.
Berdasarkan hasil analisis switching value pada penurunan harga Rotuna
sebesar 53.25% tersebut dapat disimpulkan bahwa “ Batas toleransi maksimum
penurunan harga pada produk Rotuna yaitu sebesar 53.25% agar bisnis tersebut tetap
layak, apabila lebih besar dari 53.25% maka bisnis tersebut menjadi tidak layak ”.