Tujuan Penelitian
Kulon Progo.
Kerangka Pemikiran
III METODE PENELITIAN
mendeskripsikan suatu data yang didapatkan secara jelas, sistematis, akurat, dan
hubungan antara variable yang diteliti. Berdasarkan metode deskriptif dan analitik
tersebut dapat diketahui biaya dan benefit usahatani kakao dan kelayakan
Progo.
A. Pengambilan Sample
1. Lokasi
Istimewa Yogyakarta.
Populasi yaitu keseluruhan jumlah yang meliputi obyek atau subyek yang
memiliki karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
untuk penelitian. Teknik pengambilan sample atau teknik sampling yang akan
pengambilan sample yang tidak akan memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap anggota populasi atau unsur untuk dipilih menjadi sampel.
Pengertian dari purposive sampling itu sendiri adalah teknik penentuan sampel
Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 227 orang dan tergabung dalam empat
kelompok tani. Sedangkan sampel yang akan diambil oleh peneliti yaitu 35 orang
petani kakao yang kemudian akan menjadi responden utama. Responden yang
telah dipilih akan dibagi berdasarkan umur tanaman kakao yang dimiliki petani.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder
dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui lembaga atau
instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik atau BPS. Data
primer adalah data utama yang akan digunakan dalam penelitian dan didapatkan
secara langsung dari responden yang terkait. Data primer dapat diperoleh dengan
dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan terhadap suatu obyek yang
ingin diamati. Sedangkan teknik pengumpulan data primer dengan cara survey
1. Pembatasan Masalah
2. Asumsi
E. Teknik Analisis
digunakan untuk memperkirakan apakah suatu proyek atau usaha layak atau
tidak untuk dijalankan (Kusmiati & Wati, 2020). Suatu bisnis dapat disebut
layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterima melebihi biaya yang
dikeluarkan (Nurmalina et al., 2018). Perhitungan NPV dilakukan dengan
Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor (Kusmiati & Wati, 2020).
Secara singkat dan matematis, Net Present Value (NPV) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
n
bt−ct
NPV= ∑
i=1 ( 1+i )t
Keterangan:
n: Tahun (waktu)
Kriteria pengambilan keputusan dalam NPV antara lain jika NPV lebih dari 0
(NPV>0) maka usaha layak untuk diusahakan, jika NPV kurang dari 0
(NPV<0) maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan, dan jika nilai
NPV sama dengan 0 (NPV=0) artinya usaha tersebut berada pada kondisi
impas (BEP).
memiliki nilai positif dengan manfaat bersih yang memiliki nilai negative.
Keterangan:
n: Tahun (waktu)
Kriteria pengambilan keputusan dalam Net B/C ratio diantaranya jika Net B/C
lebih dari 1 (Net B/C>1) artinya usaha tersebut layak untuk diusahakan, jika
Net B/C kurang dari 1 (Net B/C<1) artinya usaha tersebut tidak layak untuk
diusahakan, dan jika Net B/C sama dengan 1 (Net B/C=1) artinya usaha
bisnis adalah Gross B/C. Baik biaya maupun manfaat termasuk nilai kotor
adalah nilai total produksi. Gross B/C adalah nilai perbandingan antara
jumlah present value benefit dengan jumlah present value cost (W.P.
Keterangan:
n: Tahun (waktu_
Gross B/C lebih dari 1 (Gross B/C>1) artinya usaha tersebut layak untuk
diusahakan, jika Gross B/C kurang dari 1 (Gross B/C<1) artinya usaha
tersebut tidak layak untuk diusahakan, dan jika Gross B/C sama dengan 1
(Gross B/C=1) artinya usaha tersebut berada pada kondisi impas (BEP).
bisnis terhadap jumlah investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat diukur
discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang
sebuah usaha setiap tahunnya dan merupakan alat ukur kemampuan proyek
dalam pengembalian bunga pinjaman (Kusmiati & Wati, 2020). Sebuah usaha
dikatakan layak jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari opportunity cost of
sebagai berikut:
NPV 1
IRR= i1+ (i2 – i1)
NPV 1−NPV 2
Keterangan:
PR=
∑ PV Benefit−¿ ∑ PV B . operasional ¿
∑ PV B investasi
Kriteria pengambilan keputusan dalam PR diantaranya apabila PR lebih dari
1 (PR>1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan, sebaliknya jika nilai
PR kurang dari 1 (PR<1) maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.
bentuk present value. Semakin cepat biaya investasi yang kembali dalam
sebuah usaha atau proyek, maka hal itu akan semakin baik karena perputaran
modal dalam usaha tersebut akan semakin lancar. Berikut adalah cara
n n
PP=
∑ I i−∑ Bicp−1
T p−1+ i=1 i=1
Bp
Keterangan: