DISUSUN OLEH:
Nama : Chairunisah Putri
NIM : 195040201111052
Kelas :A
Berdasarkan informasi dari tabel di atas menjelaskan bahwa hasil analisis kelayakan
usahatani di Desa Karangcengis didapatkan nilai NPV dari tahum 2014 hingga 2016 yaitu
sebesar Rp. 12.942.363,16. Kemudian rata-rata produksi jeruk selama 3 tahun memiliki
rata-rata mencapai 6.993,3 kg. Untuk total pendapatan yang diterima petani selama tiga
tahun yaitu Rp. 19.471.242,59. Selain itu jika dilihat dari anaslisisnya, usahatani jeruk di
Desa Karangcengis menujukan bahwa usahatani tersebut layak untuk di jalankan serta
dikembangkan karena didapatkan tingkat suku bunga 18% dan karena nilai net B/C yang
didapatkan yaitu 2,519, NPV Rp 14.204.241 dan IRR 28,20% yang mana nilai-nilai
tersebut telah melibihi dari syarat kriteria usaha layak usahtani tanaman tahunan.
JURNAL 2
Kelayakan Dan Risiko Usahatani Jeruk Keprok Madura Di Kabupayen Sumenep
Potensi pengembangan tanaman jeruk keprok Madura di Kabupaten Sumenep cukup besarc
yakni sekitar seluas 400 hektar yang tersebar tiga kecamatan diantaranya Kecamatan Dasuk,
Kecamaran Ambunten dan kecamatam Pasongsong. Adapun salajh satu faktor yang dapat
menunjuang keberhasilan pengembangan komoditas jeruk ini adalah kelayakan ekonomis
atau menguntungkan secara finansial. Pengekuruan kelayakan finanasial dilakukan dengan
melihat kriteria investasi, dan pengukuran terhadap hubungan natara tingkat resiko dengan
keuntungan, diukut dengan alat statistika yang disebut dengan koefisien variasi dan batas
bawah keuntungan.
Biaya Investasi
Table 1. Rekap Biaya Investasi Usahatani Jeruk Keprok Madura Tahun 2012
Biaya Operasional
Analisa Kelayakan Usahatani Jeruk Keprok Madura
Dari tabel di atas didapatkan informasi bahwa niali IRR dari usahatani jeruk keprok
Madura memiliki besaran 23,7% yang dimana lebih besar dari pada tinglat suku bunga yang
berlaku dipasar yaitu 19% per tahun. Nilai IRR sebesar 23,7% menunjukkan bahwa ketika suku
bunga meningkat sampai mendekati 23,7% usahatani jeruk keprok Madura masih layak untuk
dilaksanakan. Periode yang diperlukan untuk menutup biaya investasi dari usahatani jeruk
keprok Madura yaitu 9 tahun 10 bulan sehingga dapat dikatakan bahwa usaha ini layak untuk
diusahakan. Untuk nilai NPV dari rencana invetasi usahatani jeruk Keprok Madura mencapai
Rp. 118,34,271 atau telah melebihi nol. Nilai NPV yang positif mengindikasikan usahatani
jeruk Madura layak untuk dijalankan. Dari hasil analisis NPV juga membuktikan bahwa
usahatani jeruk keprok Madura dapat diushakan. Dari nilai net B/C yang menunjukan nilai
sebesar 1.38 atau melebihi satu. Nilai net B/C ini lah yang dapat disimpulkan bahwa usahatani
jeruk keprok Madura memberikan manfaat 1.38 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan investor
sehingga proyek dapat dikatakan layak diusahakan.
4. Interpretasikan hasil tabel 1 dari contoh analisis kelayakan finansial dibawah ini
Jawab:
Berdasarkan tabel analisi finansial diatas untuk kriteria net B/C didapatkan nilai sebesar 11,75
yang berarti nilai B/V > 1, hal ini menyatakan bahwa usaha dapat dilaksanakan atau dijalankan.
Untuk NPV nilai yang didapatkab yakni sebesae 50.493.353, usaha ini layak untuk dijalankan
sebab nilai NPV bernilai positif atau NPV > 0. Selanjutkan untuk kriteria IRR didapatkan nilai
yaitu 40,60, Jika dilihat dari tabel analisis kelayakan finansial diatas dapat di katakana bahwa
usaha layak untuk dilakukan atau dijalankan
Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Apa yang dimaksud dengan tanaman tahunan dan beri contohnya
Jawab:
Tanaman tahunan merupakan tanaman perkebunan yang umumnya memiliki umur lebih
dari satu tahun dan biasanya pemanenan dilakukan satu kali masa panen untuk satu kali
pertanaman (Ayu et al., 2015). Contoh dari tanaman tahunan yaiu dinataranya karet, kelapa,
kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan, tanaman tahunan ini memiliki
peran yang cukup besar dalam penerimaan devisa dan juga peningkatan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat. Tanaman tahunan yang merupakan komoditi konvensional
seperti kelapa sawit, karet, kelapa dan jambu mete, ekspornya telah mencapai 93% dari
nilai ekspor tanaman perkebunan.
2. Apa yang dimaksud dengan
a. B/C Ratio
b. NPV
c. IRR
Jelaskan beserta indikatornya.
Jawab:
Berikur merupakan pengertian mengenai B/C, NPV, dan IRR menurut Saeri (2018) yaitu
sebagai berikut:
a. Benefit Cost Ratio (BCR)
B/C Ratio atau (Benefit Cost Ratio) adalah suatu analis yang digunakan untuk menilai
tingkat efisiensi penggunaan biaya dalam bentuk perbandingan jumlah nilai bersih positif
dimasa sekarang dengan jumlah nilai bersih negatif dimasa sekarang atau juga dapat
dikatakan Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan.
𝐵𝑡−𝐶1
∑𝑛
𝑡=1
𝐵 (1+𝑖)𝑡
Net 𝐶 = 𝑛 𝐵𝑡−𝐶1
∑𝑡=1
(1+𝑖)𝑡
Keterangan:
Net B/C = Net Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
i = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-1 sampai tahun ke-10
Indikator kelayakannya adala: jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1) maka usaha
layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika Net B/C lebih kecil dari satu (Net B/C<1) maka
usaha tidak layak untuk diusahakan
Keterangan:
NPV = Net Present Value (Rp)
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke-t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
i = suku bunga yang digunakan
t = tahun ke-t
Indikator kelayakannya adalah: jika NPV bernilai positif (NPV>0) maka usaha layak untuk
dijalankan. Sebaliknya, jika NPV bernilai negatif (NPV<0) maka usaha tidak layak untuk
di jalankan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat
mengembalikan biaya-biaya yang ditanam. IRR ialah nilai dari discount rate yang mana
hasil akhir dari NPV dari analisis cost dan benefit yang bernilai nol atau dapat dikatakan
bahwa kondisi dimana cost dan benefit dari suatu kegiatan usahatani bernilai sama. IRR
adalah bagian yang penting untuk mengukur dan melakukan penilaian terhadap diskon rate
yang telah ditetapkan dalam analisis cost dan benefit dalam suatu kegiatan usahatani
sehingga dapat diketahui apakah nilainya menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah
Penerapan pola tanam agroforestri dikatakan menguntungkan apabila IRR > i.
𝑁𝑃𝑉1
IRR = i1 + 𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 × (i1-i2)
1 2
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i1 = suku bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
Indikator kelayakannya adalah: jika IRR lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku
(IRR>DR) maka usaha layak untuk diusahakan. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari suku
bunga yang berlaku (IRR<DR) maka usaha tidak layak untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, H. Y., Rommy, Q., & Rudi, H. (2015). Analisi finansial dan Komposisi Tanaman Dalam
Rangka Persiapan Pengajuan Izin HKm (Studi Kasus Desa Margosari Kecamatan
Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu). Jurnal Sylva Lestari, 3(1), 31-40.
Saeri, M. (2018). Usahatani dan Analisisnya. Malang: Unidha Press.
Zulfiqoh, F. (2017). Analusa Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Kopi Arabika Di Kebun
Kalisat Jampit Wilayah II PTPN XII Bondowoso. Skripsi. Jember: Fakultas Pertanian.
Universitas Jember.