BRANDING
Dr. Ir. Agustina Shinta, MP.
Destyana Ellingga Pratiwi, SP., MP., MBA
Laboratory of Agribusiness Financial and Marketing,
Faculty of Agriculture, University of Brawijaya
Email: shint4_71ub@yahoo.com, pratiwi.fp@ub.ac.id
5
1.2. Memilih kerangka acuan kompetitif
1.3. Membangun brand positioning
1.4. Positioning dan branding untuk usaha skala kecil
2. Menciptakan ekuitas brand
2.1. Definisi dan cara kerja ekuitas brand
2.2. Menciptakan, mengukur, dan mengelola ekuitas brand
2.3. Merancang strategi branding
Pendahuluan
Pada modul ini mengkaji tentang perilaku konsumen dalam
manajemen pemasaran, aspek-aspek psikologis manusia secara
keseluruhan, kekuatan faktor sosial budaya dan prinsip-prinsip
(SPEED)
ekonomis serta strategi pemasaran. Kemampuan dalam menganalisis
perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam mengetahui kondisi
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian berarti
pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan
pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa
kepuasan kepada konsumen.
Dalam perkembangan konsep pemasaran, konsumen ditempatkan
sebagai sentral perhatian. Dengan demikian diharapkan setelah
membaca modul ini, mahasiswa dapat mempelajari bagaimana suatu
perusahaan mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka
mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan mampu meraih
pangsa pasar yang tersedia.
Manajemen Pemasaran : Branding Universitas Brawijaya 2019
Page 2 of 6
Manajemen Pemasaran : Branding Universitas Brawijaya 2019
Proposisi nilai merupakan manfaat utama dari suatu produk atau jasa
yang ditujukan bagi konsumen untuk memberikan kepuasan maksimal sesuai
kebutuhan konsumen. Contoh dalam tabel menunjukkan bagaimana ketiga
perusahaan tersebut (Hertz, Volvo, dan Domino’s) telah memperoleh definisi
tentang proposisi nilai produk mereka setelah beberapa tahun dengan
konsumen yang mereka targetkan.
Page 3 of 6
Manajemen Pemasaran : Branding Universitas Brawijaya 2019
by the company); dan (iii) tingkat perbedaan dibandingkan pesaing
(differentiability from competitors).
B. Point-of-Parity (POP)
Point-of-Parity adalah atribut atau manfaat yang tidak terlalu unik bagi
suatu produk namun memiliki kesamaan dengan brand lainnya, biasanya
dalam bentuk: kategori, korelasi, dan kompetitif. POP kategori
merepresentasikan kondisi yang dibutuhkan–walaupun belum
mencukupi- yang harus dimiliki oleh suatu brand. POP kategori dapat
berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan teknologi, pengembangan
hukum, hingga tren di tingkat konsumen. POP korelasi adalah asosiasi
negative yang muncul karena adanya asosisasi positif dari suatu brand.
Seringkali atribut yang membentuk POD dan POP berhubungan secara
kuat. Misalnya, jika konsumen menganggap suatu produk memiliki harga
yang sangat mahal, konsumen sangat jarang memandang sisi positif lain
dari produk tersebut, seperti memiliki kualitas terbaik. POP kompetitif
adalah suatu asosiasi produk yang dibentuk untuk menutupi kelemahan
dari suatu brand terhadap POD pesaingnya. Salah satu cara menemukan
POP kompetisi adalah dengan memainkan positioning pesaing dan
menemukan POD yang dituju. Maka, POD pesaing dapat digunakan
sebagai POP brand perusahaan.
Page 4 of 6
Manajemen Pemasaran : Branding Universitas Brawijaya 2019
REFERENSI
Carolina, Etty dkk. 2014. Jurnal: Pengaruh Marketing Mix (7P) dan Perilaku
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk. Malang: Universitas
Brawijaya.
Dwiastuti, Rini dkk. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen. Malang: UB Press.
Sangadji, Etta M dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen (Pendekatan Praktis).
Page 5 of 6
Manajemen Pemasaran : Branding Universitas Brawijaya 2019
Yogyakarta: Andi Offset.
Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Solomon, Michael R. 2010. Consumer Behavior (Buying, Having and Being). New
York: Mc Graw-Hill.
Sumarwan, Ujang. 2014. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran). Bogor: Ghalia Indonesia.
Page 6 of 6