Anda di halaman 1dari 27

ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

INTERNATIONAL MARKETING: CASE STUDY


Dwi Retnoningsih, SP., MP., MBA.
Anisa Aprilia, SP., M.P., MBA
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya
Email : dwiretnoningsih@ub.ac.id

A. DESKRIPSI MODUL
1. Peluang dan Tantangan dalam International Marketing MODUL
2. Lingkungan International Marketing
3. International Market Organization

3
4. Proses internasionalisasi
5. Strategi memasuki pasar internasional Presentasi mengenai
contoh-contoh pemasaran internasioal dalam bidang
agribisnis/agroindustri
6. Memasuki pasar global

B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Pembelajaran

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


2. Studi Kasus: Coke dan Pepsi Belajar untuk Bersaing di India

A. DESKRIPSI MODUL
Modul ini menguraikan Peluang
dan Tantangan dalam International
Marketing, Lingkungan
International Marketing,
International Market Organization,
Proses internasionalisasi, Strategi
memasuki pasar internasional
(SPEED)

Presentasi mengenai contoh-contoh


pemasaran internasioal dalam
bidang agribisnis/agroindustri,
Memasuki pasar global dan studi
kasus yang berkaitan dengan pemasaran internasional, khususnya
pada perusahaan-perusahaan terkemuka dengan pangsa pasar yang
besar untuk lebih mendalami strategi-strategi pemasaran yang
mereka jalani.

B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat:
 Memahami studi kasus berkaitan dengan international
marketing
 Menemukan solusi dalam setiap permasalahan dalam studi
kasus pemasaran internasional

Page 1 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

1. Pemasaran Internasional (Bisnis Global)

Peluang dan tantangan pemasaran internasional (bisnis global) Dipengaruhi oleh:


- Pertumbuhan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) dan
area-area perdagangan bebas regional, seperti: Area Perdagangan Bebas
Amerika Utara.
- Tren menuju diterimanya sistem pasar bebas di antara negara-negara
berkembang di Amerika Latin, Asia dan Eropa.
- Berkembangnya pengaruh internet, telepon selular dan media global lainnya
yang besar dalam memudarnya batas-batas nasional.
- Mandat untuk mengelola sumber daya dan lingkungan global dengan baik.

WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)


Berfungsi:
- Mengadministrasikan persetujuan yang dihasilkan Uruguay Round dan
mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar.
- Mengawasi praktek-praktek perdagangan internasional, secara reguler meninjau
kebijakan perdagangan negara anggota.
- Sebagai forum penyelesaian perselisihan perdagangan dan menyediakan
mekanismenya.
- Menyediakan bantuan teknik.
NAFTA
Perjanjian perdagangan bebas antara Kanada, Amerika Serikat dan Meksiko (40%
dari perdagangan dunia).
EU (EFTA) European Free Trade
Merupakan gabungan dari negara-negara Uni Eropa dalam melaksanakan
perdagangan bebas intra Eropa (40% dari perdagangan dunia).
MERCUSOR
Suatu aliansi perdagangan regional di kawasan Amerika Latin yang beranggotakan
Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay.
AFTA (Asean Free Trade Area)
Merupakan kerjasama sesama negara Asean untuk menghilangkan hambatan-
hambatan perdagangan, dimulai Januari 1993 (6 – 10 negara).
SURAT KETERANGAN ASAL (SKA)
Suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam Perjanjian Bilateral, Regional
dan Multilateral serta kekuatan sepihak dari suatu negara tertentu wajib disertakan
pada waktu barang ekspor dari Indonesia akan memasuki wilayah negara tertentu
yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di
Indonesia

SIFAT DINAMIS PASAR INTERNASIONAL


- Pandangan lebih mendalam atas berbagai penyebab perbedaan-perbedaan
kultural.
- Internet dan telepon selular, dan perannya yang berkembang dalam pemasaran
- internasional.
- Negoisasi-negoisasi dengan pelanggan, rekan dan regulator.
Page 2 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

- Pasar-pasar besar yang sedang muncul (Big Emerging Markets – BEMs).


- Rumah tangga berpenghasilan menengah global yang berkembang.
- Organisasi Perdagangan Dunia.
- Perjanjian perdagangan bebas.
- Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik.
- Riset multikultural.
- Riset kualitatif dan kuantitatif.
- Pengaruh negara asal dan merek-merek global.
- Pameran perdagangan industri.
- Penekanan yang semakin besar, baik pada jasa konsumen maupun industri.
- Tren-tren dalam struktur-struktur saluran di Eropa, Jepang dan negara-negara
berkembang.
- Keputusan etika dan tanggung jawab sosial.
- Pemasaran hijau.

TAHAPAN DARI PELIBATAN PEMASARAN INTERNASIONAL


1. Tanpa Pemasaran Asing Langsung Tahapan ini tidak secara aktif mengolah
konsumen di luar batasan nasional; tetapi, produk perusahaan ini mungkin
meraih pasar asing. Penjualan mungkin dilakukan terhadap perusahaan
perdagangan serta pelanggan asing yang datang secara langsung kepada
perusahaan. Atau produk mungkin menjangkau pasar asing melalui pedagang
grosir atau distributor yang menjual di luar negeri tanpa dorongan yang nyata
atau bahkan sepengetahuan dari produsen.
2. Pemasaran Asing Secara Jarang Penjualan ke pasar asing dilakukan hanya kalau
barang tersedia tanpa maksud untuk memelihara perwakilan pasar yang
berkelanjutan. Jika permintaan domestik meningkat dan menyerap kelebihan
barang, aktifitas penjualan asing ditarik. Dalam tahapan ini, tampak hanya
sedikit atau tidak ada perubahan dalam organisasi perusahaan atau lini produk.
3. Pemasaran Asing Secara Teratur Pada tingkat ini, perusahaan mempunyai
kapasitas produksi permanen yang didedikasikan bagi produksi barang untuk
dipasarkan di pasar asing. Dapat memakai perantara asing atau domestik di luar
negeri atau dapat mempunyai angkatan penjualan atau cabang penjualan sendiri
dalam pasar asing. Fokus utama dari operasi dan produksi adalah untuk
melayani kebutuhan pasar domestik.
4. Pemasaran Internasional (Perusahaan Global)Dalam tahap ini telah mempunyai
komitmen dan terlibat penuh dalam aktivitas pemasaran internasional.
Perusahaan seperti ini mencari pasar di seluruh dunia dan menjual produk –
produk yang merupakan hasil dari produksi berencana untuk pasar – pasar di
berbagai negara. Biasanya tidak hanya memerlukan pemasaran tetapi juga
produksi barang di luar pasar negara asal. Pada titik ini sebuah perusahaan
menjadi perusahaan pemasaran internsional atau multinasional.

PEMASARAN GLOBAL
Pada tahap ini, perusahaan memperlakukan dunia, termasuk pasar negara asal
mereka, sebagai satu pasar. Keputusan – keputusan segmentasi pasar tidak lagi
difokuskan pada batasan – batasan nasional. Pada akhirnya, segmen pasar
didefinisikan oleh tingkat pendapatan, pola penggunaan atau faktor – faktor lain

Page 3 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

yang sering kali menjangkau negara – negara dan daerah – daerah. Orientasi
Strategis
1. Konsep perluasan pasar domestik
2. Konsep pasar multidomestik
3. Konsep pasar global

Tugas Pemasaran Internasional

PROSEDUR EKSPOR

Page 4 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

PENGELOMPOKAN BARANG EKSPOR


Ketentuan umum di bidang ekspor menggolongkan barang-barang ekspor kedalam
4 (empat) kelompok, yaitu:
1. Kelompok Barang Yang Diatur Ekspornya.
2. Kelompok Barang Yang Diawasi Ekspornya.
3. Kelompok Barang Yang Dilarang Ekspornya.
4. Kelompok Barang Yang Bebas Ekspornya.

1. Barang Yang Diatur Ekspornya


Pengaturan ekspor dilakukan sejalan dengan ketentuan perjanjian internasional,
bilateral, regional maupun multilateral dalam rangka upaya:
a. Untuk menjamin tersedianya bahan baku bagi industri dalam negeri.
b. Untuk melindungi lingkungan dan kelestarian alam.
c. Untuk meningkatkan daya saing dan posisi tawar.
2. Barang Yang Diawasi Ekspornya
Penetapan terhadap barang yang diawasai ekspornya lebih disebabkan karena
barang-barang tersebut sangat dibutuhkan di dalam negeri, hal ini guna:
a. Menjaga stabilitas pengadaan dan konsumsi dalam negeri.
b. Menjaga kelestarian alam.
c. Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri dalam negeri.
3. Barang Yang Dilarang Ekspornya
Penetapan ketentuan terhadap barang yang dilarang ekspornya dikarenakan:
a. Untuk menjaga kelestarian alam.
b. Tidak memenuhi standar mutu.
c. Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil/pengrajin.
d. Peningkatan nilai tambah.
e. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya.
Kelompok barang yang bebas ekspornya merupakan kelompok barang diluar
ketentuan-ketentuan diatas.

HAMBATAN EKSPOR
1. Berfluktuasinya nilai tukar rupiah.
2. Ketergantungan pada bahan baku impor relatif tinggi.
3. Pemasaran komoditas ekspor utama dan pasokan bahan baku masih tergantung
pada negara ketiga (broker).
4. Pola kemitraan usaha belum berjalan dengan baik.
5. Struktur pasar dalam negeri belum tertata dengan baik.
6. Maraknya penyelundupan.
7. Lemahnya daya saing ekspor.
8. Sulitnya pengusaha kecil memperoleh jaminan kredit.
9. Menurunnya daya beli masyarakat (domestik).
10. Jaminan investasi yang kurang mendukung.
11. Perangkat perundang-undangan belum memadai untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif.
12. Lemahnya sistem jaringan produksi dan jaringan pemasaran dalam dan luar
negeri.

Page 5 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

BATASAN IMPOR
Memasuki pasar luar negeri dihadapkan dengan batasan impor:
- Tarif
- Kuota
- Lisensi Impor
- Standar
- Boikot
- Kesepakatan Antar Negara
- Batasan Lainnya
- Syarat Penjualan
Tarif
Adalah pajak atau bea cukai yang dibebankan kepada barang-barang yang diimpor.
Semua negara mempunyai tarif yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
dan melindungi industri dalam negeri dari barang produksi asing.
Kuota
Berbagai negara juga mungkin menerapkan pembatasan pada kuantitas beberapa
produk yang diimpor pada periode tertentu. Hal ini diterapkan pada transaksi impor
dari beberapa negara saja atau dari semua. Contoh: AS menerapkan kuota khusus
pada produk impor seperti gula, gandum, kapas, tembakau, tekstil & kacang.
Dalam kasus ini, AS juga membatasi jumlah produk yang diimpor dari negara
tertentu.
Lisensi Impor
Banyak negara menghendaki lisensi impor sebagai alat untuk meregulasi aliran
pertukaran kurs dan kuantitas produk impor tertentu. Perbedaan fundamental
antara kuota dan lisensi impor sebagai alat mengendalikan impor adalah derajat
fleksibilitas lisensi impor yang lebih besar ketimbang kuota.
Boikot
Adalah batasan mutlak bagi perdagangan dengan sebuah negara atau perdagangan
untuk produk tertentu.
Kesepakatan Antar Negara
Hambatan perdagangan antar negara dapat dibicarakan lebih lanjut pada level
pemerintah negara yang menggunakan hambatan. Contoh: Pemerintah AS telah
mengatur kesepakatan antar negara dengan pihak industri mobil dan baja dari
Jepang agar mereka mau membatasi penjualan ke AS. Jepang mengikuti
kesepakatan ini akibat ancaman tidak langsung dari AS. Jika Jepang tidak
membatasi ekspor mobil atau baja, maka Pemerintah AS juga akan memberlakukan
hambatan lebih keras, seperti bea impor tambahan.
SKA PREFERENSI
Jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh
preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas
(berupa pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk), yang diberikan oleh suatu
negara / kelompok negara tertentu.
SKA NON PREFERENSI
Jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan dan atau
dokumen penyerta barang yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat
memasuki suatu wilayah negara tertentu, bukan untuk memperoleh preferensi.

Page 6 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Batasan Lainnya
Batasan dapat juga diberlakukan bagi impor produk-produk berbahaya seperti
narkoba, obat dan produk-produk yang merusak moral. Produk impor yang masuk
juga harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah untuk faktor kesehatan,
sanitasi, pengemasan dan pelabelan. Di Uni Eropa, pengawasan impor yang ketat
diberlakukan pada daging sapi dan produk turunannya yang diimpor dari Inggris
akibat adanya penyakit sapi gila.

SYARAT PENJUALAN
Syarat penjualan (terms of sale) atau syarat perdagangan (trade terms) berbeda-
beda:
- CIF – Cost, Insurance, Freight (biaya, asuransi, pengangkutan); Bahwa
penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang itu
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar
semua biaya yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke
pelabuhan tujuan.
- C&F – Cost and Freight (biaya dan pengangkutan); Bahwa penjual
melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar
kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya yang perlu
untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan.
- FAS – Free Alongside (bebas selama pelayaran); Bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang, bila barang-barang itu ditempatkan disamping
kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut.
- FOB – Free on Board (bebas biaya muat); Bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan yang disebut.

Siapa Yang Bertanggung Jawab atas Biaya Berdasarkan Beberapa Syarat Penjualan
FOB, diantar FAS. Kapal Laut CIF, di
Biaya Produk/
sampai tempat atau Pesawat di Pelabuhan
Persyaratan
pengiriman tempat pengiriman tempat tujuan
Pengemasan ekspor* Penjual Penjual Penjual
Perpindahan Pembeli Penjual Penjual
pelabuhan
Biaya pengiriman Pembeli Pembeli Penjual
Pemuatan kapal laut Pembeli Pembeli Penjual
atau pesawat
Angkutan laut Pembeli Pembeli Penjual
Asuransi kargo Pembeli Pembeli Penjual
Biaya bea cukai Pembeli Pembeli Pembeli

Dokumen Ekspor
Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional dapat dibedakan atau
dimasukkan dalam kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok Dokumen Induk
2. Kelompok Dokumen Penunjang
3. Kelompok Dokumen Pembantu
Page 7 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

1. Dokumen Induk
a) Faktur Perdagangan;
Adalah suatu nota – perhitungan yang dibuat oleh eksportir untuk importir.
b) Letter of Credit (L/C);
Adalah suatu surat – kredit yang dikeluarkan oleh Bank Devisa atas permintaan
importir.
c) Bill of Lading;
Adalah suatu tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat diatas
kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir.
d) Polis Asuransi;
Adalah surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan Maskapai Asuransi atas
permintaan eksportir maupun importir untuk menjamin keselamatan atas barang
yang dikirim dari aneka bencana dan kerusakan, dengan membayar premi.

2. Dokumen Penunjang
a) Packing List (Daftar Pengepakan);
Adalah daftar yang berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari
barang yang terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis
dan jumlah yang tercantum dalam faktur perdagangan.
b) Inspection Certificate / Surveyor Report;
Adalah suatu pernyataan (kadang kala dibawah sumpah) yang berisi keterangan
mengenai mutu barang, jenis, jumlah, harga dan lain keterangan yang dibutuhkan.
c) Certificate of Origin (Surat Keterangan Negara Asal);
Adalah surat – pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yang
menyebutkan negara asal suatu barang.

3. Dokumen Pembantu
a) Instruction – Manual;
Adalah keterangan terinci mengenai tata cara dan tata kerja suatu alat.
b) Brochure atau Leaflet;
Adalah buku kecil yang berisi keterangan singkat mengenai suatu produk yang
bertujuan memberikan informasi kepada konsumen tentang produk termaksud.
Pengertian Harga
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi
sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.
Maka, harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai
kombinasi produk dan jasa.

Strategi Penetapan Harga Dalam Perusahaan dimaksudkan untuk:


1. Bertahan hidup
2. Maksimalisasi laba jangka pendek
3. Memaksimumkan pendapatan jangka pendek
4. Pertumbuhan penjualan maksimum
5. Menyaring pasar secara maksimum
6. Unggul dalam suatu produk

Page 8 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Metode Penetapan Harga


a) Cost Oriented Pricing, adalah penetapan harga yang semata-mata
memperhitungkan biaya-biaya dan tidak berorientasi pada pasar.
b) Demand Oriented Pricing, adalah penentuan harga dengan mempertimbangkan
keadaan permintaan, keadaan pasar dan keinginan konsumen.
c) Competetion Oriented Pricing, adalah menetapkan harga jual yang berorientasi
pada pesaing
Pendekatan Penetapan Harga International
Perusahaan yang menetapkan harga berdasarkan bauran strategi telah menyadari
adanya segmentasi pasar antarnegara atau antarpasar, penetapan harga bersaing
di pasar, antara lain:
a) Perusahaan yang menetapkan harga berdasarkan bauran strategi telah
menyadari adanya segmentasi pasar antarnegara atau antarpasar,
b) penetapan harga bersaing di pasar, antara lain:
Kenaikan Harga (Price Escalation)
Merupakan biaya tambahan yang muncul akibat mengekspor produk dari negara
yang satu ke negara yang lain, seperti:
1. Biaya Ekspor;
2. Biaya Pajak, Tarif, Administrasi;
3. Inflasi;
4. Deflasi;
5. Fluktuasi Nilai Tukar;
6. Variasi Nilai Mata Uang;
7. Biaya Perantara dan Transportasi.

Contoh Penyebab dan Dampak Kenaikan Harga


Contoh DN Contoh LN
Biaya Produksi Bersih $ 5,00 $ 5,00
Biaya Transportasi, CIF Tidak ada 6,10
Tarif (20% Nilai CIF) Tidak ada 1,22
Pembayaran Importir Tidak ada 7,32
Margin Importir Ketika
7,83 Pajak arus keluar
Barang Dijual Ke Grosir Tidak ada
+0,73 masuk barang
(25%biaya)
Grosir membayar biaya
penerimaan barang di 5,00 9,88
darat
Margin grosir (33 1/3% 3,29
1,67 -Idem-
biaya) +0,99
Pembayaran dari peritel 6,67 14,16
7,08
Margin ritel (50% biaya) 3,34 -Idem-
+1,42
Harga Eceran $ 10,01

Page 9 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

STRATEGI PEMASARAN INTERNATIONAL

Page 10 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

MARKETING CONCEPT
Concept Focus Means End
Old Product / Service Selling Profit via Sales
New Customers Integrated Profit via
marketing customer
satisfaction
Strategic Environment Strategic Stakeholder
Management benefit

Page 11 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

2. Studi Kasus

Coke dan Pepsi Belajar untuk Bersaing di India


Medan Perang Minuman
Pada tahun 2003, Jagdeep Kapoor, pemimpin Samsika Marketing
Consultants di Mumbai (dahulu Bombay), berkomentar bahwa “Coke
kehilangan beberapa tahun karena melakukan kesalahan-kesalahan. Tetapi
akhirnya perusahaan tersebut tampaknya mendapatkan penempatan yang
baik.” Serupa, Ronald McEachern, kepala PepsiCo di Asia menegaskan, “
India adalah medan perang minuman untuk tahun 2003.”
Pengalaman dari dua perusahaan minuman ringan raksasa dunia di
India selama tahun 1990-an dan permulaan millennium baru ini bukanlah
pengalaman yang menyenangkan, meskipun pemerintah telah membuka
lebar pintunya kepada perusahaan-perusahaan asing. Kedua perusahaan
tersebut mengalami serangkaian masalah yang tidak terduga dan situasi-
situasi sulit yang membuat mereka mengetahui bahwa untuk berkompetisi di
India membutuhkan pengetahuan, ketea,pilan dan keahlian lokal yang
khusus. Dalam banyak cara, para manajer Coke dan Pepsi harus belajar
dengan cara yang keras bahwa “apa yang berhasil di sini” tidak selalu
“berhasil di sana.” Pada musim semi tahun 2003, Alex Von Behr, direktur
Coca-Cola India. Dengan menyesal mengakui. “Lingkungan di India sangat
menantang, tetapi kami sedang belajar untuk memecahkannya.
Industri Minuman Ringan India
Di India, lebih dari 45% industri minuman ringan pada tahun 1993 terdiri
atas perusahaan manufaktur kecil. Bisnis mereka secara keseluruhan bernilai
$3,2 juta dollar. Para produsen terkemuka meliputi Parle Agro (selanjutnya
disebut “Parle”), Pure Drinks, Modern Foods, dan McDowells. Mereka
menawarkan minuman jeruk dan limun-limun berkarbonasi. Cola-Cola
Corporation (selanjutnya disebut “Cola-Cola”) hanyalah ingatan masa lalu
bagi sebagian besar orang India pada saat itu. Perusahaan tersebut pernah
berada di pasar India dari tahun 1958 hingga penarikan dirinya pada tahun
1997, setelah sebuah perselisihan dengan pemerintah mengenai rahasia
perdagangan. Setelah berdekade-dekade berada dalam pasar, Coca-Cola
memilih untuk meninggalkan India daripada harus mengurangi bagian saham
ekuitasnya hingga 40 persen dan menyerahkan formula rahasia sirupnya.
Setelah kepergian Coca-Cola, Parle menjadi pemimpin pasar dan
mendirikan bisnis waralaba ekspor yang tumbuh dengan subur di Dubai,
Kuwait, Arab Saudi, dan Oman di Teluk, bersama dengan Sri Lanka.
Perusahaan tersebut menempatkan produksinya di Nepal dan Bangladesh
dan melayani pasar-pasar jauh di Tanzani, Inggris, belanda serta Amerika
Serikat. Parle berinvestasi sangat besar dalam periklanan untuk membangun
citra di negaranya sendiri, dan memiliki dominasi atas merek utamanya,
Thums Up.
Thums Up adalah sebuah merek yang diasosiasikan dengan sebuah
“pekerjaan yang dilakukan dengan baik” dan keberhasilan pribadi. Ini adalah
pesan-pesan persuasive untuk pasar sasarannya yang terdiri atas orang-

Page 12 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

orang muda berumur 15 hingga 24 tahun. Parle telah berhati-hati di masa


lalu untuk tidak menyebut Thums Up sebagai minuman cola, sehingga
perusahaan tersebut telah menghindari pembandingan langsung dengan
Coke dan Pepsi, merek utama dunia.
Pada tahun 1998, industri tersebut mengalami sebuah goncangan
dramastis setelah adanya peringatan pemerintah bahwa BVO, salah satu
bahan utama dalam minuman ringan yang diproduksi lokal, dapat
menyebabkan kanker. Para produsen harus beralih menggunakan substitusi
mahal yang diimpor, yaitu estergum, atau mereka dengan tujuan untuk
menemukan sebuah bahan substitusi. Banyak perusahaan gagal dan dengan
cepat menarik diri dari industri tersebut.
Selain itu ada segmen minuman lain yang terdiri atas minuman buah-
buahan nonkarbonasi. Ini adalah industri pertumbuhan karena para
konsumen India mengganggap minuman buah-buahan alami, sehat dan
enak. Merek terkemuka dalam segmen ini adalah Frooti dari Parle, sebuah
minuman rasa manga, yang juga diekspor kepada para pewaralaba di
Amerika Serikat, Inggris, Portugis, Spayol, dan Mauritius.

Pembukaan Pasar India pada Tahun 1991


Pada bulan Juni 1991, India mengalami krisis ekonomi yang sangat
hebat, yang dipicu oleh kenaikan harga minyak impor setelah Perang Teluk
pertama (setelah invasi Irak ke Kuwait). Cadangan devisa jatuh seiring
penduduk India non-residen (nonresidentIndians – NRIs) mengurangi
pengiriman pulang uang tabungan mereka, impor dikontrol secara ketat di
semua sector, dan produksi industri jatuh sementara inflasi meningkat.
Pemerintah baru mengambil alih pemerintahan dalam bulan Juni 1991
dipimpin oleh Perdana Menteri Narasimha Rao. Diilhami oleh Menteri
Keuangan Dr. Manmohan Singh, pemerintah mengambil sejumlah tindakan
untuk menstabilkan ekonomi dalam jangka pendek dan meluncurkan sebuah
program restrukturisasi fundamental untuk memastikan pertumbuhan jangka
menengah. Hasilnya sangat dramastis. Pada tahun 1994, inflasi turun
menjadi setengahnya, cadangan devisa telah meningkat sangat besar,
ekspor bertumbuh, dan para investor asing berpaling kepada India, sebuah
pasar besar yang muncul, dengan pandangan baru.
Perubahan ini tidak dapat dibesar-besarkan; seorang komentator
berkata, “India telah berada dalam depresi ekonomi untuk waktu yang
sangat lama sehingga semua hal, kecuali penjinak ular, sapi, dan Taj Mahal
telah pudar dari ingatan dunia.” Selama bertahun-tahun, dunia luar telah
memandang pemerintah India sebagai pemerintah yang tidak pernah yang
tidak ramah terhadap investor asing. Investasi dari luar hanya diizinkan
dalam sector teknologi tinggi dan hamper seluruhnya dilarang dalam sector
barang konsumsi. “Prinsip ketersedian lokal” telah menyatakan bahwa jika
sebuah barang bias disapatkan dimana pun di negara tersebut, impor barang
serupa dilarang. Sebagai hasil dari kebijakan ini, India menjadi tergantung
pada dirinya sendiri dalam industri pertahanan, mengembangkan baik
program nuklir maupun program luar angkasa. Sebaliknya para konsumen

Page 13 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

India hanya memiliki sedikit pilihan atas produk atau merek dan tidak ada
jaminan atas kualitas atau reliabilitas.
Setelah liberalisasi ekonomi India pada tahun 1991 dan
diberlakukannya Kebijakan Industri Baru yang ditujukan untuk membongkar
aturan-aturan dan regulasi-regulasi perdagangan yang ruwet, investasi asing
meningkat secara dramatis. Industri-industri yang diuntungkan meliputi
makanan yang diproses, piranti lunak, plastic teknik, perlengkapan
elektronik, pembangkit tenaga listrik dan perminyakan. Seorang komentator
mengamati, “Pada tahun 1970-an dan 1980-an, hamper dapat dianggap
dianggap antinasional untuk mendukung investasi asing. Hari ini Perdana
Menteri dan Mentari Keuangan merayu para investor asing.”
Perusahaan-perusahan asing yang telah berhasil menjadi pelopor
dalam memasuki pasar India berdekade-dekade sebelumnya, sekalipun
dengan adanya aturan-aturan yang keras, dengan adanya aturan-aturan
baru dengan cepat meningkatkan saham mereka dari 40 persen menjadi 51
persen. Perusahaan-perusahaan yang telah mapan dalam waktu lama ini
meliputi raksasa-raksasa global seperti Unilever, Procter & Gamble, Pfizer,
Hoechst, BAT dan Philips (dari Belanda).

Coca-Cola dan PepsiCo Memasuki Pasar India


Meskipun memiliki populasi yang sangat besar, India sebelumnya tidak
dianggap oleh para produsen minuman berkarbonasi di India sangat rendah
dibandingkan negara-negara dengan tahap perkembangan ekonomi yang
sama. Pada tahun 1989, rata-rata orang India hanya membeli tiga botol per
tahun. Ini dibandingkan dengan tingkat konsumsi per kapita 11 botol di
Bangladesh dan 13 di Pakistan, dua negara tetangga India.
PepsiCo.PepsiCo mengajukan pendaftaran sebuah kerjasama untuk
memasuki India pada bulan Juli 1986. Perusahaan tersebut memilih dua
rekanan local, Voltas dan Punjab Agro. Pendaftaran ini disetujui di bawah
nama “Pepsi Foods Ltd.” Oleh pemerintahan Rajiv Gandhi pada bulan
September 1988. Seperti yang telah diperkirakan, kondisi-kondisi yang
sangat keras diterapkan pada kerja sama tersebut. Penjualan konsentrat
minuman ringan kepada pembotol local tidak dapat melebihi 25 persen dari
total penjualan bagi kerja sama baru tersebut. Batasini juga termasuk
pemrosesan buah-buahan dan sayur-sayuran oleh Pepsi foods Ltd. Robert
Beeby, CEO dari Pepsi-Cola Internasional, mengatakan pada saat itu: “Kami
bersedia bertindak sejauh itu dengan India karena kami ingin meyakinkan
bahwa kami ingin meyakinkan bahwa kami dapat masuk sejak awal pada
saat pasar tersebut masih berkembang.
Pada bulan Mei 1990, pemerintah memerintahkan bahwa produk Pepsi
Food dipromosikan dengan nama “Lehar Pepsi” (“lehar” berarti
“gelombang”). Aturan-aturan kolaborasi asing yang diterapkan pada saat itu
melarang penggunaan nama merek asing pada saat itu melarang
penggunaan nama merek asing pada produk-produk yang dijual di dalam
India. Contoh-contoh lain dari kebijakan ini adalah Maruti Suzuki, Carrier
Aircon, L&T HoneyWell, Wilkinston‟s Wiltech, Modi-Champion, dan Modi-
Xerox.

Page 14 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Untuk menyesuaikan selera local, Pepsi Foods meluncurkan lehar 7UP


dalam kategori limun jernih, bersama dengan Lehar Pepsi. Pemasaran dan
distribusi difokuskan di utara dan berat barat di kota-kota besar Delhi dan
Mumbai. Sebuah kebijakan penerapan harga yang agresif pada botol satu
liter mempunyai dampak yang hebat pada produsen local, Pure Drinks.
Pemipin pasar, Parle, mengantisipasi gerakan penerapan harga lebih jauh
oleh Pepsi dengan memperkenalkan sebuah botol berukuran 250 ml baru
yang dijual dengan harga yang sama dengan botol yang berukuran 200 ml.
Pepsi Foods berjuang untuk bertarung dengan kompetisi local dari
Campa Cola milik Pure Drinks, limunade dari Duke dan beragam merek dari
Parle.Menyadari kesulitan-kesulitannya, Pepsi Foods mendekati Parle pada
bulan Desember 1991 untuk mempertahankan posisinya di tempat partama.
Pertarungan untuk dominasi ini semakin intensif pada tahun 1993
dengan peluncuran dua merek baru oleh Pepsi Foods, Slice dan Teem,
bersama dengan pengenalan penjualan melalui fountain (tempat-tempat
penjualan minuman). Pada saat ini, pangsa pasar di segmen cola adalah 60
persen untuk Parle (turun dari 70 Persen), 26 persen untuk Pepsi Foods dan
10 persen untuk Pure Drinks.
Cola-Cola. Pada bulan Mei 1990, Cola-Cola mencoba untuk kembali
untuk ke India dengan cara penawaran kerja sama dengan
sebuahperusahaan pembotolan lokal yang dimiliki oleh konglomerat raksasa
India, Godrej. Pemerintah Rajiv Gandhi menolak pendaftaran ini pada saat
pendaftaran PepsiCo disetujui. Tidak menorah, Coca-Cola kembali ke India
dengan menyatukan kekuatan dengan Britannia industries India Ltd., sebuah
produsen makanan kecil lokal. Kerja sama baru tersebut dinamakan “Briteo
Foods.” Pada tahun 1993, Coca-Cola mengajukan pendaftaran untuk
menciptakan sebuah perusahaan minuman ringan yang dimiliki 100 persen,
Coca-Cola India.
Kehadiran Coca-Cola dalam industri minuman ringan India memaksa
para produsen lokal kecil untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan
ekstrem untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan ekstrem untuk
bertahan hidup. Perusahaan kecil yang berbasis di Delhi, Pure Drinks,
mencoba untuk mengubah aliansi pembotolannya dengan Coca-Cola pada
tahun-tahunsebelumnya, bahkan menawarkan untuk menarik merek
utamanya, Campa Cola, sebagai daya Tarik kepada Coca-Cola. Pangsa pasar
merek Campa Cola pada saat itu adalah 10 persen. Tetapi, Coca-Cola telah
mempunyai pandangan pada rekanan yang lain, yaitu Parle.
Di antara para produsen lokal, pada saat itu dipercaya bahwa Coca-
Cola tidak akan merebut pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan lokal
karena pasar minuman itu sendiri bertumbuh secara konsisten dari tahun ke
tahun. Tetapi keyakinan ini tidak menghentikan para produsen lokal secara
individual untuk mencoba bersekutu dengan pemimpin pasar. Jadi, pada
bulan Juli 1993, Parle menawarkan untuk menjual pabrik-pabrik
pembotolannya kepada Coca-Cola di empat kota besar penting Delhi,
Mumbai, Ahmedabad, dan Surat. Selain itu, Parle menawarkan untuk
menjual merek-merek utamanya termasuk Thums Up, Limca, citra, Gold
Spot dan Mazaa. Perusahaan tersebut hanya memilih mempertahankan

Page 15 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

kepemilikannya atas Frooti dan sebuah minuman soda (air berkarbonasi)


bernama Bisleri.
Sebagai hasil dari penawaran Parle, dua perusahaan kerjasama baru
didirikan untuk membotolkan dan memasarkan produk kedua perusahaan.
Kerjasama pemasarannya akan menyediakan dukungan periklanan, layanan
media promosi dan penjualan. Pemimpin Parle, Ramesh Chauhan diangkat
menjadi ketua dan Coca-Cola mengisi posisi Direktur Pengelola. Parle
memegang 49 persen dari kerjasama pemasaran tersebut tetapi mengambil
bagian seimbang 50 persen dalam kerjasama pembotolan.

Melaju ke Milenium Baru


Promosi Penjualan Musiman – Kampanye Navrartri Tahun 2000
Musim panas untuk konsumsi minuman ringan di India bertahan
selama 70 hingga 75 hari dari pertengahan bulan April hingga bulan Juni.
Selama waktu ini, lebih dari 50 persen minuman berkarbonasi tahun tersebut
dikonsumsi di seluruh negara. Musim tertinggi kedua untuk konsumsi di
seluruh negara. Musim tertinggi kedua untuk konsumsi hanya selama 20
hingga 25 hari selama festival kultural Navrartri (“Nav” berarti Sembilan dan
“ratri” berarti malam). Ini adalah sebuah festival tradisional Gujarat dan
dirayakan selama sembilan malam di negara bagian Gujarat, di bagian barat
India. Mumbai juga memiliki populasi Gujarat yang signifikan sehingga
dianggap bagian dari pasar sasaran untuk kampanye ini.
Seperti yang dikatakan oleh Sunil Kapoor, Manajer Pemasaran
Regional Coca-Cola India, “Sebagai bagian dari rencana bisnis „berfikir secara
lokal –bertindak secara lokal,‟ kami mencoba untuk melibatkan massa di
Gujarat dengan „Thums Up Toofani Ramjhat,‟ dengan 20.000 tanda masuk
gratis yang dikeluarkan, satu untuk setiap botol Thums Up. („Toofan‟ berarti
badai petir dan „ramjhat‟ berarti „mari menari‟,‟ jadi kata-kata tersebut
bersama-sama menyampaikan gagasan dari „tarian cepat.‟) Juga terdapat
sejumlah aktivitas (riset) di tempat, seperti tema „beli satu – gratis satu‟ dan
undian berhadiah dimana seseorang dapat memenangkan sebuah perjalanan
gratis ke Goa.” (Goa adalah sebuah negara bagian independen berbahasa
Portugis di pantai barat India, yang terkenal akan pantai dan tempat-tempat
peristirahatan pariwisatanya.)
Untuk bagiannya, PepsiCo juga berpartisipasi dalam perayaan tahunan
Navrartri melalui pemberian sponsor besar-besaran terhadap kompetisi
“garba” di tempat-tempat terpilih di Gujarat. (“Garba” adalah nama sebuah
tarian, yang ditampilkan oleh para wanita selama festival Navrartri.) Pada
tahun 2000 Deepak Jolly, Direktur Eksekutif PepsiCo India berkomentar:
“Untuk pertama kalinya, Pepsi telah berhubungan dengan saluran TV Gujarat
Zee Alpha, untuk menayangkan „Nvrartri Utsav 2000 di Mumbai‟ pada
seluruh sembilan malam. („Utsav‟ berarti festival.) Kemudian terdapat
tawaran besar untuk orang-orang di Ahmedabad, Baroda, surat dan Rajkot
dimana setiap pengisian ulang botol-botol Pepsi berukuran 300 ml akan
mendapatkan satu kilo beras Basmati secara gratis.” (Ini adalah empat kota
yang terletak di negara bagian Gujarat. Beras Brasmati dianggap sebagai
beras yang berkualitas tinggi. Setelah pembelian awal satu botol berukuran

Page 16 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

300 ml, konsumen dapat mengisi mengisi ulang dengan harga yang lebih
rendah di took-toko tertentu.)
Selama festival Navrartri, kedua perusahaan tersebut sangat bermurah
hati dengan pemberian-pemberian mereka dalam promosi penjualan.
Sebagai contoh, pada tahun 2000 Pepsi Foods menawarkan sebuah Kit Kat
gratis bersama setiap botol berukuran 1,5 liter dan sebuah Polo (permen
keras seperti “Livesavers”) bersama setiap botol berukuran 500 ml dari
minuman Pepsi dan Mirinda.
Kampanye TV Musim Panas Tahun 2002. Pada tahun 2002, Pepsi
Foods memimpin dalam kategori limun jernih dengan 7UP memimpin
kategori ini, diikuti dengan merek Sprite dari Coca-Cola. Pada tanggal 7
Maret 2002, perusahaan tersebut meluncurkan sebuah kampanye musim
panas yang baru untuk 7UP. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan
seri kriket Satu-Hari antara India-Zimbabwe. Slogan kampanye baru tersebut
adalah “Tetaplah Dingin (Keep it Cool)” untuk menekankan atribut yang
menyenangkan.
Sebuah kampanye periklanan televise di seluruh negara dirancang
dengan tujuan untuk menumbuhkan kategori dan membangun kesadaran
merek. Kampanye nasioanl tersebut diperkuat dengan kampanye-kampanye
televise, aktivitas-aktivitas luar ruang dan promosi-promosi retail yang
diadaptasi secara regional.
Pengeluaran iklan PepsiCo untuk 7UP tidak sebanding dengan tingkat
yang diinvestasikan dalam merek utamanya, Pepsi-Cola, karena segmen
limun jernih pada tahun 2002 sangat kecil sekali, hanya sebesar 4,5 persen
dari total pasar minuman berkarbonasi. Ini setara dengan sekitar 250-270
juta kotak. Segmen limun keruh lebih dari dua kali ukuran tersebut, dengan
pangsa pasar 10 persen; minuman jeruk berkarbonasi sebesar 15 persen.
7UP dijual dalambotol-botol berukuran 250 ml, 300 ml dan 500 ml,
serta botol berukuran 200 ml di negara-negara bagian di selatan. Tren
industri sedang menuju botol-botol berukuran 200 ml dengan tujuan untuk
meningkatkan frekuensi pembelian dan volume konsumsi. Pepsi Foods
mengeluarkan Mirinda Limun, Apel, dan Jeruk dalam botol-botol berukuran
200 ml di pasar Delhi, setelah peluncuran pasar serupa di Punjab dan Uttar
Pradesh di tahun sebelumnya.
Di masa lalu, actor-aktor selebriti Amitabh Bachchan dan Govinda,
yang merupakan bintang pria terkenal dalam industri film India, telah
mendukung Mirinda Limun. Industri yang terkenal di dunia ini disebut
sebagai “Bollywood”(Hollywood di India yang berbasis di Bombay).
Baik Coca-Cola maupun PepsiCo secara rutin mengikuti secara dekat
keberhasilan dari kampanye-kampanye periklanan musiman mereka di India
melalui penggunaan perusahaan-perusahaan riset pemasaran. Coca-Cola
telah menggunakan ORG-MARG, sedangkan Pepsi Foods telah bekerja
dengan IMRB, ORG-MARG menggunakan “Ad Track” mingguannya untuk
mempelajari ingatan iklan secara spontan di antara 1.000 responden laki-laki
dan perempuan berusia 12-49 tahun di 17 kota besar. “Sistem Analisis
Persepsi” dari IMRB menyurvei orang-orang berumur 15-30 tahun di empat

Page 17 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

kota besar. Responnya kemudian diukur pada ketertarikan kepada iklan


tersebut dan keinginan untuk membeli.
Pemberian Sponsor untuk Kriket dan Sepak Bola dari Pepsi.
Setelah India menjuarai kemenangan yang terkenal dalam India-Inggris
Natwest seri final kriket satu-hari pada tahun 2002, PepsiCo meluncurkan
sebuah kampanye iklan baru yang menampilkan pemain kriket terkenal,
Mohammad Kaif. Meskipun telah dikontrak setahun sebelumnya, Kaif belum
pernah tampil dalam iklan Pepsi. Yang menjadi pusat perhatian waktu itu
adalah Sachin Tendulkar dan Amitabh Bachchan, yang merupakan ikon
terkenal sebagai pemain kriket dan bintang film, secara berturut-turut.
Sachin Tendulkar dianggap sebagai pemukul terbaik dalam sejarah kriket.
Dia memulai karier kriket internasionalnya pada usia 16 tahun, dan pada usia
29 tahun telah terdaftar dalam miliuner muda teratas di negara tersebut,
Amitabh Bachchan mempunyai keistimewaan dalam menjadi superstar dalam
industri film India dalam 30 tahun terakhir. Bahkan pada saat usia 60 tahun,
dia memiliki peringkat nama teratas dibandingkan yang pernah diterima
bintang mana pun di Bollywood.
Barisan selebriti kriket PepsiCo yang lainnya adalah Saurav Ganguly,
Rahul dravid, Harbhajan Singh, Zaheer Khan, V.V.S. Laxman dan Ajit
Agarkar. Saurav Ganguly merupakan kapten dari tim kriket India. Semua
pemain tersebut adalah bagian dari tim India untuk Piala Dunia Kriket tahun
2003 yang diadakan di Afrika Selatan, dimana mereka tampil sangat baik
dengan mencapai final. Mereka kalah terhadap Australia di final, tetapi
PepsiCo mampu untuk menekankan pada keseluruhan penampilan tim
sebulan tersebut dan separuh panjang turnamen.
Enam bulan sebelumnya, PepsiCo telah memanfaatkan demam piala
sepakbola di India, dengan menampilkan pahlawan-pahlawan sepakbola
seperti Baichung Bhutia dalam komunikasi-komunikasi iklan selebriti dan
musik mereka. Iklan-iklan tersebut menampilkan pemain sepakbola melawan
pegulat Sumo. Selain itu, turnamen-turnamen sepakbola juga diadakan di
kota-kota tertentu.
Pada tahun 2003, promosi-promosi serupa yang bertema olahraga
mengambil alih, terpusat pada pemberian sponsor oleh Pepsi pada Seri Piala
Dunia dalam kriket. Selama dua bulan Seri tersebut, sebuah produk baru,
Pepsi Blue, dipasarkan di seluruh negara. Produk tersebut diposisikan
sebagai “edisi terbatas”, cola berwarna biru yang dijual dalam botol-botol
gelas yang dapat dikembalikan berukuran 300 ml dan botol plastik
brerukuran 500 ml. produk ini dihargai 8 rupee (Rs) dan Rs 15, secara
berturut-turut. Selain itu, diperkenalkan botol-botol Pepsi peringatan yang
tidak dapat dikembalikan berukuran 250 ml dihargai Rs 12. (Satu rupee
setara dengan US 2,08 sen pada tahun 2003.)
Untuk mengkonsolidasikan investasinya pada kampanye tahun 2003,
PepsiCo juga menampilkan sebuah video music dengan para selebriti
pendukung yang termasuk bintang-bintang Bollywood seperti Amitabh
Bachchan, Kareena Kapoor, Abishek Bachchan (anak laki-laki dari Amitabh
Bachchan) dan Fardeen Khan, juga sejumlah pemain kriket. Video music
baru tersebut diudarakan melalui SET Max, yang merupakan saluran satelit

Page 18 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

yang dimiliki Sony. Saluran ini sangat popular di antara kelompok umur 15-
25 tahun, terutama di bagian utara dan barat India.
Periklanan Gaya Hidup Coca-Cola. Pada tahun 2002 dan 2003,
Coca-Cola India menggunakan sebuah strategi untuk “membangun hubungan
menggunakan idiom-idiom lokal yang relevan,” menurut Rajesh Mani,
Manajer Pemasaran regional. Strategi iklan tersebut yang dikembangkan oleh
Orchard Advertising di Bangalore didasarkan pada penggunaan music
“gaana” dan balet. (“Gaana” berarti menyanyi.)
Pelaksanaan iklan yang pertama, yang bernama “Mimpi Bombay
(Bombay Dreams),” menampilkan A.R. Rahman, seorang pengarah music
ternama. Pendekatan ini sangat berhasil di antara target pemirsa orang-
orang muda dan meningkatkan penjualan sebesar 50 persen. Iklan tersebut
juga memenangkan Effi Award dari Mumbai Advertising Club. (Catatan:
Meskipun nama kota tersebut secara resmi diubah dari Bombay menjadi
Mumbai, penduduk lokal tetap menggunakan Bombay. )
Pada tahun 2003 diluncurkan pelaksanaan kedua dari strategi regional
tersebut di Chennai (dahulu bernama Madras), dinamakan “Mimpi Chennai
(Chennai Dreams).” Iklan ini menampilkan Vijay, seorang ikon mudayang
merupakan aktor terkenal di film-film regional di India selatan. Kampanye
tersebut menargetkan para konsumen di Tamil Nadu, yang berlokasi di
bagian selatan negara tersebut. Thomas Xavier, Pengarah Kreatif Eksekutif
dari Orchard Advertising, berkomentar bahwa keberhasilan iklan tersebut
dikarenakan adanya wawasan dalam kebutuhan dari pasar sasaran. “Kami
mengetahui dengan jelas bahwa kebutuhan selama jam tersebut tidaklah
untuk sebuah film iklan, tetapi untuk sebuah film yang menampilkan Tamil
dalam 60 detik.”
Pada tahun 2002 Coca-Cola India bekerja keras untuk membangun
preferensi merek untuk merek utamanya, Coke, di antara orang-orang muda
di target pasar pedalaman. Slogan kampanye tersebut adalah “thanda matlab
Coca-Cola” (atau “dingin berarti Coca-Cola” dalam bahasa Hindi). Coca-Cola
India menamakan target pasar ini adalah menumbuhkan kategoi minuman
ringan generic dan mengembangkan preferensi merek untuk Coke.
Kampanye “thanda” (“dingin”) pada tahun 2002 berhasil mendorong Coke
kepada posisi ketiga dalam pasar pedalaman.
Target pasar perkotaan, yang paling dikenal dengan “India A”, meliputi
usia 18-24 tahun di area-area metropolitan besar. Pada tahun 2003, pasar
pemuda perkotaan ditargetkan dengan sebuah kampanye yang
dikembangkan oleh McCann Erickson. Iklan TV tersebut berdurasi 60 detik
dan menampilkan aktor Vivek Oberoi dengan Aishwarya Rai. Keduanya
terkenal sebagai bintang film Bollywood. Aishwarya adalah pemenang
mahkota Miss World pada tahun 1994 dan menjadi terkenal seketika dalam
film-film India setelah memutuskan untuk meniti karir di film.
Iklan ini menampilkan Oberoi yang mencoba untuk mendekati Rai
dengan secara sengaja meninggalkan telepon genggamnya dalam taksi yang
dipanggil oleh Rai, dan kemudian meneleponnya. Pesan iklan tersebut
bertujuan untuk menekankan kepercayaan diri dan optimisme, dan sebuah
tema mengenai “raihlah hari ini (seize the day),” menurut Shripad Nadkarni,

Page 19 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Direktur Pemasaran untuk Coca-Cola India. Kampanye tahun 2003 tersebut


menggunakan beragam media termasuk televise, cetak, luar ruangan, titik
penjualan, rantai restoran dan took makanan, dan acara-acara promosi lokal.
“Ketika kesadaran akan minuman tinggi, terdapat sebuah kebutuhan untuk
membangun hubungan merek yang lebih dalam” di pusat-pusat perkotaan,
menurut Sharda Agarwal, Direktur Pemasaran Coca-Cola India. “Vivek Oberoi
– yang merupakan bintang masa kini dan akan datang, dan mempunyai citra
yang sehat dan energik – akan membantu membangun ikatan yang lebih
kuat dengan orang-orang muda, dan membuat mereka merasa bahwa ini
adalah merek yang memainkan peran dalam kehidupan mereka, seperti
Levi‟s atau Ray-Ban.”
“Program Keterjangkauan” Pada tahun 2003, Coca-Cola India
secara dramatis menurunkan harga minuman ringannya sebesar 15 hingga
25 persen di seluruh negara, dengan tujuan untuk mendorong konsumsi. Ini
dilakukan setelah adanya satu tindakan regional yang dilakukan sebelumnya
di India Utara yaitu mengurangi harga sebesar 10-15 persen untuk merek-
merek karbonasinya, Coke, Thums Up, Limca, Sprite dan Fanta. Di daerah-
daerah lain seperti Rajasthan, Uttar Pradesh barat dan timur dan Tamil Nadu,
harga-harga dipangkas sampai Rs 5 untuk botol gelas berukuran 200 ml dan
Rs 8 untuk botol berukuran 300 ml dari harga sebelumnya Rs 7 dan Rs 10
secara berturut-turut.
Pengurangan harga ini dilakukan dalam usaha mencapai tujuan Coca-
Cola untuk meningkatkan keterjangkauan atas produk-produknya dan
membuatnya lebih terjangkau oleh konsumen, dan dengan demikian
meningkatkan konsumsi secara tetap. Dengan sangat rendahnya konsumsi
per kapita minuman ringan di India, diharapkan penurunan harga ini akan
mengembangkan baik basis konsumen maupun pasar bagi minuman ringan.
PepsiCo dipaksa untuk menandingi penurunan harga ini, seperti disimpulkan
pemimpin PepsiCo Asia terkemuka: “India adalah medan perang minuman
untuk tahun 2003.”
Inisiatif lain oleh Coca-Cola adalah pengenalan sebuah ukuran baru,
yaitu “Mini.” Ini diharapkan dapat meningkatkan total volume penjualan dan
berpengaruh pada pangsa utama penjualan minuman berkarbonasi Coca-
Cola, menurut Rajesh Mani, Manajer Pemasaran Regional Coca-Cola India.
Penurunan harga dan peluncuran produksi baru tersebut diumumkan
bersama melalui sebuah kampanye iklan televise baru untuk Fanta dan Coke
di Tamil. Lowe Chennai menciptakan konsep iklan tersebut, dengan
pelaksanaannya oleh Primary Colors untuk Fanta dan Rajiv Menon
Productions untuk Coke. Kedua perusahaan tersebut berbasis di Chennai.
Spot iklan Fanta sepanjang 30 detik itu menampilkan duta besar
merek tersebut, aktris Simran, yang terkenal untuk serangkaian tariannya
dalam film-film Hindi. Iklan tersebut memperlihatkan simran terjebak dalam
kemacetan lalu-lintas. Karena haus, dia melemparkan sebuah koin 5 rupee
ke sebuah kedai di pinggir jalan dan mengisyaratkan kepada penjualnya
bahwa dia menginginkan sebuah Fanta Mini dengan menunjuk gaunnya yang
berwarna oranye. (Fanta adalah sebuah minuman rasa jeruk.) dia
mendapatkan Fantanya dan memicu sebuah reaksi berantai di jalan yang

Page 20 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

penuh sesak tersebut, sehingga setiap orang sari murid sekolah hingga
seorang “nani” tradisional meniru tindakannya. (“Nani” adalah kata Hindi
untuk nenek.)
Rajesh Mani berkomentar bahwa perusahaan tersebut ingin membuat
para konsumen “duduk tegak dan memperhatikan.” Hal ini dicapai “dengan
menggunakan seorang bintag lokal, dengan wawasan lokal, karena Tanil
Nadu adalah sebuah pasar besar untuk Fanta.”
Sebuah Kategoi Produk Baru
Untuk mendorong pertumbuhan permintaan untuk minuman dalam botol di
pasar India, sejumlah produsen telah meluncurkan merek mereka sendiri
dalam sebuah kategori baru, air dalam botol. Pasar ini bernilai 1.000 Crore
pada tahun 2003. (1 Crore = 10.000.000 rupee, US$1 = Rs 48, jadi 1.000 =
US$ 0,2083 juta).
Merek Coca-Cola, Kinley, diperkenalkan pada tahun 2000, Ogilvy dan
Mather merancang sebuah kampanye iklan televise ganda. Pada tahun 2002,
Kinley telah mencapai pangsa pasar 28 persen dan diproduksi dalam 15
pabrik. Yang terbesar di antara pabrik ini berlokasi di Mumbai, Delhi, Goa
dan Bangalore. Pada tahun 2003 direncanakan untuk menggandakan
kapasitas pembotolan dengan menambah sebanyak 10 hingga 15 pabrik. Ini
akan menjadi sebuah gabungan dari pabrik-pabrik yang dimiliki perusahaan
sendiri, operasi-operasi waralaba dan perusahaan-perusahaan pengemasan
kontrak.
Air dalam botol merek Kinley dijual dalam beragam ukuran kemasan:
500 ml, 1 liter, 1,5 liter, 2 liter, 5 liter, 20 liter dan 25 liter. Kemasan yang
paling kecil dihargai pada Rs 6 untuk 500 ml, sementara untuk botol
berukuran 2 liter seharga Rs 17.
Pemimpin pasar pada saat itu dengan pangsa pasar 40 persen adalah
merek Bisleri, dimiliki oleh Ramesh Chauhan, yang merupakan CEO dari
Parle. Merek Pepsi Foods adalah Aqualina dengan pangsa pasar sekitar 11
persen. Aqualina diproduksi pada enam pabrik pembotolan yang dimiliki
perusahaan waralaba di Roha (Maharashtra), Bangalore, Kolkata (dahulu
bernama Calcutta), dan New Delhi. Dengan memfokuskan pada area-area
metropolitan, kampanye iklan Pepsi Foods menggunakan baik media televise
maupun luar ruang, dan dikelola oleh HTA, perusahaan periklanan Pepsi
Foods.
Merek-merek lain yang bersaing dalam segmen pasar ini meliputi
Bailley dari Parle, Hello dari Hello Mineral Water Pvt, Ltd., Pure Life dari
Nestle dan sebuah merek baru yang diluncurkan oleh Indiana Railways,
dinamakan Rail Neer.

Usaha Coca-Cola untuk “Memecahkan” Pasar India


pada tahun 2002, Coca-Cola memiliki 30 pabrik pembotolan, 10 waralaba
dan memegang 56 persen pangsa pasar minuman ringan nasional India.
Tetapi, meskipun dengan adanya usaha-usaha pemasaran yang kreatif dan
responsif secara lokal serta investasi total berjumlah sekitar $840 juta untuk
membangun infrastruktur distribusi dan manufakturnya, Coca-Cola telah
melaporkan kerugian di India sejak kembalinya perusahaan tersebut pada

Page 21 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

tahun 1993. Pada tahun 2001, perusahaan tersebut telah mencatat kerugian
sebesar $400 juta. Kerugian terakumulasi seluruhnya diperkirakan lebih dari
2.000 Crore (US$ 0,4166 juta).
Untuk membuat masalah lebih buruk lagi, pada bulan Januari 2002
perusahaan tersebut diperintahkan oleh pemerintah untuk menjual 49 persen
dari Hindustan Coca-Cola Holding Pvt. Ltd. (HCCHPL), perusahaan induk yang
dimiliki seluruhnya untuk operasi Coca-Cola India, kepada para investor
India. Gerakan oleh pemerintah ini mengikuti tindakan yang diambil Coca-
Cola pada tahun 1996 ketika perusahaan tersebut meminta dan menerima
izin dari pemerintah untuk meningkatkan investasinya di pasar India. Di
bawah kebijakan pemerintah baru yang dikeluarkan tahun itu juga yang
memengaruhi semua investasi baru minuman ringan, Coa-Cola telah setuju
untuk menjual 49 persen dari ekuitasnya kepada para rekanan India dalam
dua tahun. Batas waktu ini telah dilampaui satu kali, tetapi permintaan untuk
perpanjangan kedua kalinya hingga tahun 2007 ditolak pada tanggal 3
Oktober 2001. Coca-Cola berharap bahwa pada tahun 2007 perusahaan
tersebut akan berada pada posisi finansial yang lebih kuat dan akan
menerima pengembalian yang lebih baik pada pengurangan investasi yang
dipaksakan tersebut.
Respon pemerintah pada permintaan kedua perusahaan tersebut
bahwa “syarat-syarat masuk tidak dapat diubah.” Respon ini mungkin dapat
diterima jika aturan-aturan investasi di India jelas dan tidak berubah, tetapi
kasusnya tidaklah demikian selama tahun 1990-an ketika penerapan aturan-
aturan pemerintah pada saat itu tidak konsisten. Beberapa perusahaan
seperti Coca-Cola, diharuskan untuk mengizinkan orang-orang India masuk
ke dalam industri. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan lainnya –
seperti Philips (dari Belanda). Carrier (dari Amerika Serikat) dan Cadbury-
Schweppes (dari Inggris)- diizinkan untuk membeli kembali sebagian besar
saham mereka dari daftar, sehingga dengan efektif menjadikan operasi
mereka di India sebagai cabang yang dimiliki sepenuhnya. Ini adalah status
dimana Coca-Cola dipaksa untuk menyerah.
Analisis pasar lokal berkomentar bahwa tidak ada logika yang jelas di
belakang kebijakan-kebijakan pemerintah, selain untuk mengizinkan para
investor lokal menjadi para pemburu saham murah dengan merugikan Coca-
Cola.
Coca-Cola merespon dengan mencoba untuk mempertahankan
sejumlah kendali atas operasinya. Perusahaan tersebut meminta persetujuan
pemerintah dari Foreign Investment Promotion Board – FIPB (Dewan Promosi
Investasi Asing) untuk menghilangkan hak suara kepada para pemegang
saham India di perusahaan. Sekali lagi respon pererintah adalah bahwa
perusahaan tersebut harus mematuhi ketentuan-ketentuan legal yang
diterapkan pada tanggal investasi asingnya di negara tersebut. Karena
semua ekuitas pada tahun 1996-1997 secara hokum memiliki hak suara,
dianggap normal bahwa para pemegang saham India dalam kasus ini
menerima hak suara. Pemerintah India pada bulan Mei 2002 menolak
permintaan Coca-Cola untuk membebaskan dari kewajiban aturan
pengurangan investasi tersebut.

Page 22 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Pada saat itu yang membuat hal-hal menjadi lebih sulit bagi Coca-Cola
adalah adanya perubahan pengawasan dari FIPB, dari Kementrian Industri
kepada Departemen Urusan Ekonomi. Perubahan ini akan mengharuskan
Coca-Cola dan perusahaan-perusahaan asing lainnya untuk membangun
hubungan baru dengan para birokrat, dan membuat usaha-usaha lobi di
masa lalu menjadi tidak berguna.
Para pengamat bisnis lokal menyalahkan Coca-Cola karena mencoba
mendapatkan pembebasan dari kewajiban aturan pengurangan investasi
tersebut secraa berulang-ulang, dengan menunjuk kepada pengharapan
yang menguntungkan bagi permintaan yang melebihi penawaran untuk
saham-saham perusahaan tersebut dalam penawaran awalnya kepada public.
Seorang komentator mengatakan “Ini bukanlah sebuah industri prioritas, dan
ketika perusahaan tersebut (Coca-Cola) diizinkan untuk melakukan bisnis di
India, adalah dengan syarat bahwa perusahaan tersebut akan memberikan
49 persen sahamnya setelah lima tahun. Perusahaan-perusahaan asinng
terus mengatakan bahwa di India janji-janji tidak dipenuhi. Mengapa
perusahaan multinasional ini tidak menjadi contoh dengan memenuhi
komitmennya sendiri dalam isu ini?” Seorang lain dengan tidak simpatis
menyatakan, “Mereka memasuki keadaan ini dengan mata terbuka.”
Pemerintah India sejak semula menetapkan klausul pengurangan
investasi sebesar 49 persen sebagai syarat persetujuannya mengizinkan
Coca-Cola untuk membeli perusahaan-perusahaan pembotol lokal India
ketika perusahaan tersebut memasuki pasar pertama kali dan bukannya
mendirikan pabrik-pabrik pembotolan dari awal, seperti yang diajukan oleh
Coca-Cola dari awal. Lain dari Coca-Cola, PepsiCo telah memasuki India pada
tahun yang berbeda di bawah serangkaian aturan yang berbeda. Selain itu,
perusahaan tersebut tidak dikenai aturan pengurangan investasi karena telah
memilih untuk mendirikan sejumlah unit pembotolan sendiri dari awal.
Coca-Cola India mengawali pemenuhannya dengan aturan
pengurangan investasi pemerintah pada bulan Februari 2003 dengan
mengikuti rute pengalokasian swasta. Perusahaan tersebut setuju untuk
mengalokasikan 49 persen ekuitasnya dari cabang Hindustan Coca-Cola
Holdings Pvt. Ltd. (HCCHPL) yang dimiliki seluruhnya, senilai $41 juta, dalam
cabang pembotolannya Hindustan Coca-Cola Beverages Pvt. Ltd. (HCCBPL).
HCCBPL menjalankan pabrik pembotolan yang semula diambil alih dari
perusahaan pembotolan lokal India termasuk Parle. Dari 49 persen ekuitas
yang dialokasikan oleh HCCHPL, 10 persen dialokasikan dalam Hindustan
Coca-Cola Beverages (HCCB), untuk keuntungan organisasi karyawan dan
kesejahteraan.

Perang Teluk Kedua


Selama musim semi tahun 2003, sebagai akibat serangan Amerika
Serikat dan Inggris ke Irak, All-India Anti-Imperalist Forum (Forum Anti-
Imperalis Seluruh India) mengeluarkan sebuah seruan untuk memboikot
pembelian barang-barang Amerika dan Inggris. Boikot tersebut secara
spesifik menargetkan Pepsi, Coca-Cola, dan McDonald‟s sebagai sebuah
protes terhadap perang yang “tidak adil” tersebut. Direktur Forum tersebut

Page 23 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

adalah Justice V. R. Krishna Iyer, seorang mantan hakim dari Pengadilan


Tertingi India. Sekretaris jenderal Forum tersebut S. K. Mukherjee,
mengatakan, “Kami menyerukan kepada semua orang pecinta damai di dunia
dan India untuk bangkit dalam protes terhadap agresi imperalis terhadap
Irak…” Dalam dua minggu pengumuman boikot tersebut, penjualan Coca-
Cola dan Pepsi di negara bagian India selatan Kerala jatuh 50 persen.
Anggota Forum tersebut meliputi lebih dari 250 kelompok
nonpemerintah. Para anggota tersebut mengadakan kampanye “dari toko-ke-
toko” membujuk peretail untuk tidak menyimpan produk-produk Amerika.
Mereka mengunjungi rumah-rumah di Kerala, menyatakan permohonan yang
sama kepada para konsumen. Barang-barang lainnya pada daftar boikot
tersebut termasuk pasta gigi, sabun, minyak goring dan kosmetik. Para
peretail takut kepada reaksi balik publik jika menyimpan barang-barang
dalam daftar boikot tersebut. Sebagai pengganti atas barang-barang daftar
boikot tersebut. Sebagai pengganti atas barang-barang bermerek tersebut,
para peretail diminta mempromosikan substitusi lokal seperti sebuah produk
herbal sebagai pengganti pasta gigi, jus manga untuk cola. Sunil Gupta,
direktur dari Hindustan Cah Kerala, “Coca-Cola Beverages, berkomentar
bahwa tindakan ini tidak hanya akan merugikan daerah Kerala, “Kami
memiliki satu juta penyupali retail dari produk kami (di India). Dalam
peristiwa sebuah boikot, perusahaan India yang akan terkena pukulan.”

Mempelajari Beberapa Pelajaran yang Keras


Pada tahun 2002 penjualan keseluruhan Coca-Cola mencapai $490
juta dan produk-produk perusahaan lainnya memenuhi lebih dari separuh
pasar minuman ringan. Program pemangkasan biaya selama tiga tahun telah
membawa hasil dramatis, mengurangi daftar pengeluaran perusahaan
sebesar 23 persen. Delapan pabrik yang ketinggalan zaman, yang diwarisi
dari pembelian Thums Up, ditutup. Kebijakan-kebijakan pembelian lokal
membawa penghematan sebesar 57 persen pada pajak impor. Merek Thums
Up dari Coca-Cola yang terkenal tetapi kurang mendapat dukungan diperkuat
dengan suntikan sebesar $3,5 juta yang dihabiskan untuk periklanan dan
distribusi. Pangsa pasar untuk Thums Up, yang telah tergelincir dari 60
persen penjualan minuman berkarbonasi menjadi hanya 15 persen,
didapatkan kembali. Dalam satu tahun, Thums Up mendapatkan peringkat
kedua di seluruh negara. Tetapi bagaimanapun, Coke masih berada di
belakang pesaing utamanya, Pepsi, dengan pangsa pasar hanya 16,5 persen
versus 23,5 persen.
Dibandingkan dengan tingkat konsumsi per kapita d Pasar Besar yang
Sedang Muncul lainnya, tingkat India masih sangat rendah pada tahun 2003
pada tujuh (8 ons) sajian per orang. Ini dibandingkan dengan 14 di Pakistan,
89 di Cina, 278 di Afrika Selatan, 471 di Brasil, 1.484 di Meksiko dan 1.404
di pasar domestic Amerika Serikat. Tetapi Direktur Keungan Coca-Cola India,
N. Sridhar, dengan percaya diri menyatakan, “Kami telah melewati sebuah
tikungan.” Jagdeep Kapoor, pemimpin Samsika Marketing Consultants di
Mumbai dengan senada menyimpulkan, “Coke kehilangan beberapa tahun

Page 24 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

karena melakukan sejumlah kesalahan. Tetapi, akhirnya perusahaan tersebut


tampaknya mendapatkan tempat yang tepat.”

Tuduhan Kontaminasi dan Penggunaan Air


Seiring keadaan mulai membaik, sebuah organisasi lingkungan
mengklaim bahwa minuman ringan yang diproduksi di India oleh Coca-Cola
dan Pepsi mengandung residu pestisida pada tingkat yang signifikan. Coke
dan Pepsi menyangkal tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa penggunaan
pestisida yang ekstensif dalam pertanian telah mengakibatkan adanya
tingkat pestisida yang sangat kecil dalam gula yang digunkan dalam miniman
mereka. Hasil dari tes yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan
Kesejahteraan Keluarga menunjukkan bahwa minuman ringan yang
diproduksi oleh kedua perusahaan tersebut aman untuk diminum
berdasarkan standar-standar kesehatan lokal.
Dalam usaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan publik dan
kredibilitas setelah tuduhan kontaminasi pestisida memicu konsumen yang
marah untuk memecahkan ribuan botol Coke pada tahun 2003, perusahaan
tersebut membentuk sebuah dewan penasihat yang dipimpin oleh seorang
mantan Sekretaris Kabinet India untuk mengawasi praktek-praktek Coca-
Cola di India. Coke juga menunjuk seorang mantanKetua Pengadilan
Tertinggi untuk memimpin sebuah dewan penasihat yang dinamakan India
Environtment Council (Dewan Lingkungan India), yang akan membimbing
praktek-praktek tanggung jawab sosial Coca-Cola India. Coca-Cola Company
dan PepsiCo berharap bahwa penciptaan dewan penasihat dan uji kemurnian
yang dilakukan pemerintah India akan meredakan ketakutan konsumen.
Setelah semua pemberitaan buruk yang didapat Coke di India
mengenai kandungan pestisida dalam minuman ringannya, sebuah kelompok
aktivis di California meluncurkan sebuah kampanye yang ditujukan kepada
kampus-kampus perguruan tinggi Amerika Serikat yang menuduh Coca-Cola
di India menggunakan air tanah yang berharga, mencampuri minumannya
dengan pestisida dan menyuplai para petani dengan limbah beracun untuk
digunakan sebagai pupuk untuk tanaman mereka. Menurut satu laporan,
sebuah pabrik yang memproduksi 300.000 liter minuan soda satu hari
menggunakan 1,5 juta liter air, cukup untuk memenuhi kebutuhan 20.000
orang.
Isu tersebut berkisar seputar sebuah pabrik pembotolan di
Plachimada, India. Meskipun pemerintah negara bagian telah memberikan
izin untuk membangun pabriknya pada tahun 1998, perusahaan tersebut
diharuskan untuk mendapatkan izin untuk mendapatkan izin dari dewan desa
terpilih setempat untuk mengeksploitasi air tanah dan sumber-sumber daya
lainnya. Dewan desa tersebut mengeluarkan lisensi-lisensi yang diperlukan
Coke pada tahun 1998 dan 2000 tetapi tidak memperbaharui izin tersebut
pada tahun 2002, dan mengklaim bahwa operasi pembotolan tersebut teah
menghabiskan air minum para petani dan persediaan irigasi. Pada tahun
2003, pabrik Coke tersebut ditutup hingga korporasi tersebut memenangkan
sebuah perintah pengadilan yang mengizinkan mereka beroperasi kembali.

Page 25 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

Pembukaan kembali pabrik dan aktivitas dari kelompok aktivis


tersebut mengakibatkan sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat dan
bahkan di Eropa melarang atau menghentikan pembaharuan kontrak mereka
dengan Coke. Ratusan orang di Amerika Serikat berseru kepada Coca-Cola
untuk menutup pabrik pembotolannya, karena pabrik tersebut menghabiskan
air dari masyarakat seluruh India. Mereka berpendapat bahwa praktek yang
tidak bertanggung jawab seperti itu, merampok dari orang miskin hak
fundamental mereka kepada air minum, merupakan sember limbah beracun,
menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan mengancam kesehatan
rakyat.

PERTANYAAN

1. Lingkungan politik di India telah terbukti kritis terhadap kinerja


perusahaan baik bagi PepsiCo maupun Coca-Cola India. Apakah aspek-
aspek spesifik dari lingkungan politik yang telah memainkan peran
penting? Dapatkah pengaruh-pengaruh ini diantisipasi sebelum memasuki
pasar? Jika tidak, dapatkah perkembangan-perkembangan dalam arena
politik ditangani dengan lebih baik oleh masing-masing perusahaan?
2. Pemilihan waktu untuk memasuki pasar India membawa hasil yang
berbeda bagi PepsiCo dan Coca-Cola India. Apakah keuntungan dan
kerugian yang ditimbulkan sebagai hasil dari memasuki pasar pada saat
lebih awal atau belakangan?
3. Pasar India sangat besar dalam populasi dan geografi. Bagaimanakah
kedua perusahaan tersebut telah merespon kepada skala operasi di India
dalam kebijakan penentuan harga dan pengaturan distribusi?
4. “Lokalisasi Global” (glokalisasi) adalah sebuah kebijakan yang telah
diterapkan oleh kedua perusahaan dengan berhasil. Berikan contoh bagi
masing-masing perusahaan dari kasus tersebut.
5. Sejumlah analis menganggap bahwa Coca-Cola India membuat kesalahan
dalam merencanakan dan mengelola kembalinya perusahaan tersebut ke
India. Apakah Anda setuju? Apakah atau siapakah ynag menurut Anda
bertanggung jawab untuk kesalahan-kesalahan yang ada?
6. Bagaimanakah Pepsi dan Coke dapat menghadapi isu-isu penggunaan air
dalam manufaktur produk mereka? Bagaimanakah mereka dapat
mengurangi ancaman boikot atau demonstrasi terhadap produk mereka?
Seberapa efektifkah kelompok-kelompok aktivis seperti yang telah
meluncurkan kampanye di California tersebut? Haruskah Coke menangani
kelompok tersebut secara langsung atau hanya membiarkan kehebohan
tersebut mereda dengan sendirinya, seperti yang pasti akan terjadi?
7. Manakah di antara kedua perusahaan tersebut yang menurut Anda
mempunyai prospek jangka panjang yang lebih baik untuk berhasil di
India?
8. Pelajaran-pelajaran apakah yang dapat ditarik oleh masing-masing
perusahaan dari pengalamannya di India untuk dipikirkan dalam
memasuki Pasar-pasar Besar yang Sedang Muncul lainnya?

Page 26 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019

REFERENSI

Cateora, Philip R dan John L. Graham. 2007. Pemasaran Internasional. Edisi 13


Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2016. Marketing Management. Global Edisi 15.
Pearson Education Limited. England
Sekolah Bisnis Industri dan Perdagangan. 2014. Marketing Internasional.
http://www.harpenria.co.id/arikel-a-berita/27-marketing-international,
diakses pada Januari 2019.

Page 27 of 27

Anda mungkin juga menyukai