A. DESKRIPSI MODUL
1. Peluang dan Tantangan dalam International Marketing MODUL
2. Lingkungan International Marketing
3. International Market Organization
3
4. Proses internasionalisasi
5. Strategi memasuki pasar internasional Presentasi mengenai
contoh-contoh pemasaran internasioal dalam bidang
agribisnis/agroindustri
6. Memasuki pasar global
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Pembelajaran
A. DESKRIPSI MODUL
Modul ini menguraikan Peluang
dan Tantangan dalam International
Marketing, Lingkungan
International Marketing,
International Market Organization,
Proses internasionalisasi, Strategi
memasuki pasar internasional
(SPEED)
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Memahami studi kasus berkaitan dengan international
marketing
Menemukan solusi dalam setiap permasalahan dalam studi
kasus pemasaran internasional
Page 1 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
PEMASARAN GLOBAL
Pada tahap ini, perusahaan memperlakukan dunia, termasuk pasar negara asal
mereka, sebagai satu pasar. Keputusan – keputusan segmentasi pasar tidak lagi
difokuskan pada batasan – batasan nasional. Pada akhirnya, segmen pasar
didefinisikan oleh tingkat pendapatan, pola penggunaan atau faktor – faktor lain
Page 3 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
yang sering kali menjangkau negara – negara dan daerah – daerah. Orientasi
Strategis
1. Konsep perluasan pasar domestik
2. Konsep pasar multidomestik
3. Konsep pasar global
PROSEDUR EKSPOR
Page 4 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
HAMBATAN EKSPOR
1. Berfluktuasinya nilai tukar rupiah.
2. Ketergantungan pada bahan baku impor relatif tinggi.
3. Pemasaran komoditas ekspor utama dan pasokan bahan baku masih tergantung
pada negara ketiga (broker).
4. Pola kemitraan usaha belum berjalan dengan baik.
5. Struktur pasar dalam negeri belum tertata dengan baik.
6. Maraknya penyelundupan.
7. Lemahnya daya saing ekspor.
8. Sulitnya pengusaha kecil memperoleh jaminan kredit.
9. Menurunnya daya beli masyarakat (domestik).
10. Jaminan investasi yang kurang mendukung.
11. Perangkat perundang-undangan belum memadai untuk menciptakan iklim
usaha yang kondusif.
12. Lemahnya sistem jaringan produksi dan jaringan pemasaran dalam dan luar
negeri.
Page 5 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
BATASAN IMPOR
Memasuki pasar luar negeri dihadapkan dengan batasan impor:
- Tarif
- Kuota
- Lisensi Impor
- Standar
- Boikot
- Kesepakatan Antar Negara
- Batasan Lainnya
- Syarat Penjualan
Tarif
Adalah pajak atau bea cukai yang dibebankan kepada barang-barang yang diimpor.
Semua negara mempunyai tarif yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
dan melindungi industri dalam negeri dari barang produksi asing.
Kuota
Berbagai negara juga mungkin menerapkan pembatasan pada kuantitas beberapa
produk yang diimpor pada periode tertentu. Hal ini diterapkan pada transaksi impor
dari beberapa negara saja atau dari semua. Contoh: AS menerapkan kuota khusus
pada produk impor seperti gula, gandum, kapas, tembakau, tekstil & kacang.
Dalam kasus ini, AS juga membatasi jumlah produk yang diimpor dari negara
tertentu.
Lisensi Impor
Banyak negara menghendaki lisensi impor sebagai alat untuk meregulasi aliran
pertukaran kurs dan kuantitas produk impor tertentu. Perbedaan fundamental
antara kuota dan lisensi impor sebagai alat mengendalikan impor adalah derajat
fleksibilitas lisensi impor yang lebih besar ketimbang kuota.
Boikot
Adalah batasan mutlak bagi perdagangan dengan sebuah negara atau perdagangan
untuk produk tertentu.
Kesepakatan Antar Negara
Hambatan perdagangan antar negara dapat dibicarakan lebih lanjut pada level
pemerintah negara yang menggunakan hambatan. Contoh: Pemerintah AS telah
mengatur kesepakatan antar negara dengan pihak industri mobil dan baja dari
Jepang agar mereka mau membatasi penjualan ke AS. Jepang mengikuti
kesepakatan ini akibat ancaman tidak langsung dari AS. Jika Jepang tidak
membatasi ekspor mobil atau baja, maka Pemerintah AS juga akan memberlakukan
hambatan lebih keras, seperti bea impor tambahan.
SKA PREFERENSI
Jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh
preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas
(berupa pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk), yang diberikan oleh suatu
negara / kelompok negara tertentu.
SKA NON PREFERENSI
Jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen pengawasan dan atau
dokumen penyerta barang yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat
memasuki suatu wilayah negara tertentu, bukan untuk memperoleh preferensi.
Page 6 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Batasan Lainnya
Batasan dapat juga diberlakukan bagi impor produk-produk berbahaya seperti
narkoba, obat dan produk-produk yang merusak moral. Produk impor yang masuk
juga harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah untuk faktor kesehatan,
sanitasi, pengemasan dan pelabelan. Di Uni Eropa, pengawasan impor yang ketat
diberlakukan pada daging sapi dan produk turunannya yang diimpor dari Inggris
akibat adanya penyakit sapi gila.
SYARAT PENJUALAN
Syarat penjualan (terms of sale) atau syarat perdagangan (trade terms) berbeda-
beda:
- CIF – Cost, Insurance, Freight (biaya, asuransi, pengangkutan); Bahwa
penjual melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang itu
melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar
semua biaya yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke
pelabuhan tujuan.
- C&F – Cost and Freight (biaya dan pengangkutan); Bahwa penjual
melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar
kapal di pelabuhan pengapalan. Penjual wajib membayar biaya yang perlu
untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke pelabuhan tujuan.
- FAS – Free Alongside (bebas selama pelayaran); Bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang, bila barang-barang itu ditempatkan disamping
kapal di pelabuhan pengapalan yang disebut.
- FOB – Free on Board (bebas biaya muat); Bahwa penjual melakukan
penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar kapal di
pelabuhan pengapalan yang disebut.
Siapa Yang Bertanggung Jawab atas Biaya Berdasarkan Beberapa Syarat Penjualan
FOB, diantar FAS. Kapal Laut CIF, di
Biaya Produk/
sampai tempat atau Pesawat di Pelabuhan
Persyaratan
pengiriman tempat pengiriman tempat tujuan
Pengemasan ekspor* Penjual Penjual Penjual
Perpindahan Pembeli Penjual Penjual
pelabuhan
Biaya pengiriman Pembeli Pembeli Penjual
Pemuatan kapal laut Pembeli Pembeli Penjual
atau pesawat
Angkutan laut Pembeli Pembeli Penjual
Asuransi kargo Pembeli Pembeli Penjual
Biaya bea cukai Pembeli Pembeli Pembeli
Dokumen Ekspor
Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional dapat dibedakan atau
dimasukkan dalam kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok Dokumen Induk
2. Kelompok Dokumen Penunjang
3. Kelompok Dokumen Pembantu
Page 7 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
1. Dokumen Induk
a) Faktur Perdagangan;
Adalah suatu nota – perhitungan yang dibuat oleh eksportir untuk importir.
b) Letter of Credit (L/C);
Adalah suatu surat – kredit yang dikeluarkan oleh Bank Devisa atas permintaan
importir.
c) Bill of Lading;
Adalah suatu tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat diatas
kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir.
d) Polis Asuransi;
Adalah surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan Maskapai Asuransi atas
permintaan eksportir maupun importir untuk menjamin keselamatan atas barang
yang dikirim dari aneka bencana dan kerusakan, dengan membayar premi.
2. Dokumen Penunjang
a) Packing List (Daftar Pengepakan);
Adalah daftar yang berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari
barang yang terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis
dan jumlah yang tercantum dalam faktur perdagangan.
b) Inspection Certificate / Surveyor Report;
Adalah suatu pernyataan (kadang kala dibawah sumpah) yang berisi keterangan
mengenai mutu barang, jenis, jumlah, harga dan lain keterangan yang dibutuhkan.
c) Certificate of Origin (Surat Keterangan Negara Asal);
Adalah surat – pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yang
menyebutkan negara asal suatu barang.
3. Dokumen Pembantu
a) Instruction – Manual;
Adalah keterangan terinci mengenai tata cara dan tata kerja suatu alat.
b) Brochure atau Leaflet;
Adalah buku kecil yang berisi keterangan singkat mengenai suatu produk yang
bertujuan memberikan informasi kepada konsumen tentang produk termaksud.
Pengertian Harga
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi
sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.
Maka, harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai
kombinasi produk dan jasa.
Page 8 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 9 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 10 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
MARKETING CONCEPT
Concept Focus Means End
Old Product / Service Selling Profit via Sales
New Customers Integrated Profit via
marketing customer
satisfaction
Strategic Environment Strategic Stakeholder
Management benefit
Page 11 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
2. Studi Kasus
Page 12 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 13 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
India hanya memiliki sedikit pilihan atas produk atau merek dan tidak ada
jaminan atas kualitas atau reliabilitas.
Setelah liberalisasi ekonomi India pada tahun 1991 dan
diberlakukannya Kebijakan Industri Baru yang ditujukan untuk membongkar
aturan-aturan dan regulasi-regulasi perdagangan yang ruwet, investasi asing
meningkat secara dramatis. Industri-industri yang diuntungkan meliputi
makanan yang diproses, piranti lunak, plastic teknik, perlengkapan
elektronik, pembangkit tenaga listrik dan perminyakan. Seorang komentator
mengamati, “Pada tahun 1970-an dan 1980-an, hamper dapat dianggap
dianggap antinasional untuk mendukung investasi asing. Hari ini Perdana
Menteri dan Mentari Keuangan merayu para investor asing.”
Perusahaan-perusahan asing yang telah berhasil menjadi pelopor
dalam memasuki pasar India berdekade-dekade sebelumnya, sekalipun
dengan adanya aturan-aturan yang keras, dengan adanya aturan-aturan
baru dengan cepat meningkatkan saham mereka dari 40 persen menjadi 51
persen. Perusahaan-perusahaan yang telah mapan dalam waktu lama ini
meliputi raksasa-raksasa global seperti Unilever, Procter & Gamble, Pfizer,
Hoechst, BAT dan Philips (dari Belanda).
Page 14 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 15 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 16 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
300 ml, konsumen dapat mengisi mengisi ulang dengan harga yang lebih
rendah di took-toko tertentu.)
Selama festival Navrartri, kedua perusahaan tersebut sangat bermurah
hati dengan pemberian-pemberian mereka dalam promosi penjualan.
Sebagai contoh, pada tahun 2000 Pepsi Foods menawarkan sebuah Kit Kat
gratis bersama setiap botol berukuran 1,5 liter dan sebuah Polo (permen
keras seperti “Livesavers”) bersama setiap botol berukuran 500 ml dari
minuman Pepsi dan Mirinda.
Kampanye TV Musim Panas Tahun 2002. Pada tahun 2002, Pepsi
Foods memimpin dalam kategori limun jernih dengan 7UP memimpin
kategori ini, diikuti dengan merek Sprite dari Coca-Cola. Pada tanggal 7
Maret 2002, perusahaan tersebut meluncurkan sebuah kampanye musim
panas yang baru untuk 7UP. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan
seri kriket Satu-Hari antara India-Zimbabwe. Slogan kampanye baru tersebut
adalah “Tetaplah Dingin (Keep it Cool)” untuk menekankan atribut yang
menyenangkan.
Sebuah kampanye periklanan televise di seluruh negara dirancang
dengan tujuan untuk menumbuhkan kategori dan membangun kesadaran
merek. Kampanye nasioanl tersebut diperkuat dengan kampanye-kampanye
televise, aktivitas-aktivitas luar ruang dan promosi-promosi retail yang
diadaptasi secara regional.
Pengeluaran iklan PepsiCo untuk 7UP tidak sebanding dengan tingkat
yang diinvestasikan dalam merek utamanya, Pepsi-Cola, karena segmen
limun jernih pada tahun 2002 sangat kecil sekali, hanya sebesar 4,5 persen
dari total pasar minuman berkarbonasi. Ini setara dengan sekitar 250-270
juta kotak. Segmen limun keruh lebih dari dua kali ukuran tersebut, dengan
pangsa pasar 10 persen; minuman jeruk berkarbonasi sebesar 15 persen.
7UP dijual dalambotol-botol berukuran 250 ml, 300 ml dan 500 ml,
serta botol berukuran 200 ml di negara-negara bagian di selatan. Tren
industri sedang menuju botol-botol berukuran 200 ml dengan tujuan untuk
meningkatkan frekuensi pembelian dan volume konsumsi. Pepsi Foods
mengeluarkan Mirinda Limun, Apel, dan Jeruk dalam botol-botol berukuran
200 ml di pasar Delhi, setelah peluncuran pasar serupa di Punjab dan Uttar
Pradesh di tahun sebelumnya.
Di masa lalu, actor-aktor selebriti Amitabh Bachchan dan Govinda,
yang merupakan bintang pria terkenal dalam industri film India, telah
mendukung Mirinda Limun. Industri yang terkenal di dunia ini disebut
sebagai “Bollywood”(Hollywood di India yang berbasis di Bombay).
Baik Coca-Cola maupun PepsiCo secara rutin mengikuti secara dekat
keberhasilan dari kampanye-kampanye periklanan musiman mereka di India
melalui penggunaan perusahaan-perusahaan riset pemasaran. Coca-Cola
telah menggunakan ORG-MARG, sedangkan Pepsi Foods telah bekerja
dengan IMRB, ORG-MARG menggunakan “Ad Track” mingguannya untuk
mempelajari ingatan iklan secara spontan di antara 1.000 responden laki-laki
dan perempuan berusia 12-49 tahun di 17 kota besar. “Sistem Analisis
Persepsi” dari IMRB menyurvei orang-orang berumur 15-30 tahun di empat
Page 17 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 18 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
yang dimiliki Sony. Saluran ini sangat popular di antara kelompok umur 15-
25 tahun, terutama di bagian utara dan barat India.
Periklanan Gaya Hidup Coca-Cola. Pada tahun 2002 dan 2003,
Coca-Cola India menggunakan sebuah strategi untuk “membangun hubungan
menggunakan idiom-idiom lokal yang relevan,” menurut Rajesh Mani,
Manajer Pemasaran regional. Strategi iklan tersebut yang dikembangkan oleh
Orchard Advertising di Bangalore didasarkan pada penggunaan music
“gaana” dan balet. (“Gaana” berarti menyanyi.)
Pelaksanaan iklan yang pertama, yang bernama “Mimpi Bombay
(Bombay Dreams),” menampilkan A.R. Rahman, seorang pengarah music
ternama. Pendekatan ini sangat berhasil di antara target pemirsa orang-
orang muda dan meningkatkan penjualan sebesar 50 persen. Iklan tersebut
juga memenangkan Effi Award dari Mumbai Advertising Club. (Catatan:
Meskipun nama kota tersebut secara resmi diubah dari Bombay menjadi
Mumbai, penduduk lokal tetap menggunakan Bombay. )
Pada tahun 2003 diluncurkan pelaksanaan kedua dari strategi regional
tersebut di Chennai (dahulu bernama Madras), dinamakan “Mimpi Chennai
(Chennai Dreams).” Iklan ini menampilkan Vijay, seorang ikon mudayang
merupakan aktor terkenal di film-film regional di India selatan. Kampanye
tersebut menargetkan para konsumen di Tamil Nadu, yang berlokasi di
bagian selatan negara tersebut. Thomas Xavier, Pengarah Kreatif Eksekutif
dari Orchard Advertising, berkomentar bahwa keberhasilan iklan tersebut
dikarenakan adanya wawasan dalam kebutuhan dari pasar sasaran. “Kami
mengetahui dengan jelas bahwa kebutuhan selama jam tersebut tidaklah
untuk sebuah film iklan, tetapi untuk sebuah film yang menampilkan Tamil
dalam 60 detik.”
Pada tahun 2002 Coca-Cola India bekerja keras untuk membangun
preferensi merek untuk merek utamanya, Coke, di antara orang-orang muda
di target pasar pedalaman. Slogan kampanye tersebut adalah “thanda matlab
Coca-Cola” (atau “dingin berarti Coca-Cola” dalam bahasa Hindi). Coca-Cola
India menamakan target pasar ini adalah menumbuhkan kategoi minuman
ringan generic dan mengembangkan preferensi merek untuk Coke.
Kampanye “thanda” (“dingin”) pada tahun 2002 berhasil mendorong Coke
kepada posisi ketiga dalam pasar pedalaman.
Target pasar perkotaan, yang paling dikenal dengan “India A”, meliputi
usia 18-24 tahun di area-area metropolitan besar. Pada tahun 2003, pasar
pemuda perkotaan ditargetkan dengan sebuah kampanye yang
dikembangkan oleh McCann Erickson. Iklan TV tersebut berdurasi 60 detik
dan menampilkan aktor Vivek Oberoi dengan Aishwarya Rai. Keduanya
terkenal sebagai bintang film Bollywood. Aishwarya adalah pemenang
mahkota Miss World pada tahun 1994 dan menjadi terkenal seketika dalam
film-film India setelah memutuskan untuk meniti karir di film.
Iklan ini menampilkan Oberoi yang mencoba untuk mendekati Rai
dengan secara sengaja meninggalkan telepon genggamnya dalam taksi yang
dipanggil oleh Rai, dan kemudian meneleponnya. Pesan iklan tersebut
bertujuan untuk menekankan kepercayaan diri dan optimisme, dan sebuah
tema mengenai “raihlah hari ini (seize the day),” menurut Shripad Nadkarni,
Page 19 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 20 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
penuh sesak tersebut, sehingga setiap orang sari murid sekolah hingga
seorang “nani” tradisional meniru tindakannya. (“Nani” adalah kata Hindi
untuk nenek.)
Rajesh Mani berkomentar bahwa perusahaan tersebut ingin membuat
para konsumen “duduk tegak dan memperhatikan.” Hal ini dicapai “dengan
menggunakan seorang bintag lokal, dengan wawasan lokal, karena Tanil
Nadu adalah sebuah pasar besar untuk Fanta.”
Sebuah Kategoi Produk Baru
Untuk mendorong pertumbuhan permintaan untuk minuman dalam botol di
pasar India, sejumlah produsen telah meluncurkan merek mereka sendiri
dalam sebuah kategori baru, air dalam botol. Pasar ini bernilai 1.000 Crore
pada tahun 2003. (1 Crore = 10.000.000 rupee, US$1 = Rs 48, jadi 1.000 =
US$ 0,2083 juta).
Merek Coca-Cola, Kinley, diperkenalkan pada tahun 2000, Ogilvy dan
Mather merancang sebuah kampanye iklan televise ganda. Pada tahun 2002,
Kinley telah mencapai pangsa pasar 28 persen dan diproduksi dalam 15
pabrik. Yang terbesar di antara pabrik ini berlokasi di Mumbai, Delhi, Goa
dan Bangalore. Pada tahun 2003 direncanakan untuk menggandakan
kapasitas pembotolan dengan menambah sebanyak 10 hingga 15 pabrik. Ini
akan menjadi sebuah gabungan dari pabrik-pabrik yang dimiliki perusahaan
sendiri, operasi-operasi waralaba dan perusahaan-perusahaan pengemasan
kontrak.
Air dalam botol merek Kinley dijual dalam beragam ukuran kemasan:
500 ml, 1 liter, 1,5 liter, 2 liter, 5 liter, 20 liter dan 25 liter. Kemasan yang
paling kecil dihargai pada Rs 6 untuk 500 ml, sementara untuk botol
berukuran 2 liter seharga Rs 17.
Pemimpin pasar pada saat itu dengan pangsa pasar 40 persen adalah
merek Bisleri, dimiliki oleh Ramesh Chauhan, yang merupakan CEO dari
Parle. Merek Pepsi Foods adalah Aqualina dengan pangsa pasar sekitar 11
persen. Aqualina diproduksi pada enam pabrik pembotolan yang dimiliki
perusahaan waralaba di Roha (Maharashtra), Bangalore, Kolkata (dahulu
bernama Calcutta), dan New Delhi. Dengan memfokuskan pada area-area
metropolitan, kampanye iklan Pepsi Foods menggunakan baik media televise
maupun luar ruang, dan dikelola oleh HTA, perusahaan periklanan Pepsi
Foods.
Merek-merek lain yang bersaing dalam segmen pasar ini meliputi
Bailley dari Parle, Hello dari Hello Mineral Water Pvt, Ltd., Pure Life dari
Nestle dan sebuah merek baru yang diluncurkan oleh Indiana Railways,
dinamakan Rail Neer.
Page 21 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
tahun 1993. Pada tahun 2001, perusahaan tersebut telah mencatat kerugian
sebesar $400 juta. Kerugian terakumulasi seluruhnya diperkirakan lebih dari
2.000 Crore (US$ 0,4166 juta).
Untuk membuat masalah lebih buruk lagi, pada bulan Januari 2002
perusahaan tersebut diperintahkan oleh pemerintah untuk menjual 49 persen
dari Hindustan Coca-Cola Holding Pvt. Ltd. (HCCHPL), perusahaan induk yang
dimiliki seluruhnya untuk operasi Coca-Cola India, kepada para investor
India. Gerakan oleh pemerintah ini mengikuti tindakan yang diambil Coca-
Cola pada tahun 1996 ketika perusahaan tersebut meminta dan menerima
izin dari pemerintah untuk meningkatkan investasinya di pasar India. Di
bawah kebijakan pemerintah baru yang dikeluarkan tahun itu juga yang
memengaruhi semua investasi baru minuman ringan, Coa-Cola telah setuju
untuk menjual 49 persen dari ekuitasnya kepada para rekanan India dalam
dua tahun. Batas waktu ini telah dilampaui satu kali, tetapi permintaan untuk
perpanjangan kedua kalinya hingga tahun 2007 ditolak pada tanggal 3
Oktober 2001. Coca-Cola berharap bahwa pada tahun 2007 perusahaan
tersebut akan berada pada posisi finansial yang lebih kuat dan akan
menerima pengembalian yang lebih baik pada pengurangan investasi yang
dipaksakan tersebut.
Respon pemerintah pada permintaan kedua perusahaan tersebut
bahwa “syarat-syarat masuk tidak dapat diubah.” Respon ini mungkin dapat
diterima jika aturan-aturan investasi di India jelas dan tidak berubah, tetapi
kasusnya tidaklah demikian selama tahun 1990-an ketika penerapan aturan-
aturan pemerintah pada saat itu tidak konsisten. Beberapa perusahaan
seperti Coca-Cola, diharuskan untuk mengizinkan orang-orang India masuk
ke dalam industri. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan lainnya –
seperti Philips (dari Belanda). Carrier (dari Amerika Serikat) dan Cadbury-
Schweppes (dari Inggris)- diizinkan untuk membeli kembali sebagian besar
saham mereka dari daftar, sehingga dengan efektif menjadikan operasi
mereka di India sebagai cabang yang dimiliki sepenuhnya. Ini adalah status
dimana Coca-Cola dipaksa untuk menyerah.
Analisis pasar lokal berkomentar bahwa tidak ada logika yang jelas di
belakang kebijakan-kebijakan pemerintah, selain untuk mengizinkan para
investor lokal menjadi para pemburu saham murah dengan merugikan Coca-
Cola.
Coca-Cola merespon dengan mencoba untuk mempertahankan
sejumlah kendali atas operasinya. Perusahaan tersebut meminta persetujuan
pemerintah dari Foreign Investment Promotion Board – FIPB (Dewan Promosi
Investasi Asing) untuk menghilangkan hak suara kepada para pemegang
saham India di perusahaan. Sekali lagi respon pererintah adalah bahwa
perusahaan tersebut harus mematuhi ketentuan-ketentuan legal yang
diterapkan pada tanggal investasi asingnya di negara tersebut. Karena
semua ekuitas pada tahun 1996-1997 secara hokum memiliki hak suara,
dianggap normal bahwa para pemegang saham India dalam kasus ini
menerima hak suara. Pemerintah India pada bulan Mei 2002 menolak
permintaan Coca-Cola untuk membebaskan dari kewajiban aturan
pengurangan investasi tersebut.
Page 22 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Pada saat itu yang membuat hal-hal menjadi lebih sulit bagi Coca-Cola
adalah adanya perubahan pengawasan dari FIPB, dari Kementrian Industri
kepada Departemen Urusan Ekonomi. Perubahan ini akan mengharuskan
Coca-Cola dan perusahaan-perusahaan asing lainnya untuk membangun
hubungan baru dengan para birokrat, dan membuat usaha-usaha lobi di
masa lalu menjadi tidak berguna.
Para pengamat bisnis lokal menyalahkan Coca-Cola karena mencoba
mendapatkan pembebasan dari kewajiban aturan pengurangan investasi
tersebut secraa berulang-ulang, dengan menunjuk kepada pengharapan
yang menguntungkan bagi permintaan yang melebihi penawaran untuk
saham-saham perusahaan tersebut dalam penawaran awalnya kepada public.
Seorang komentator mengatakan “Ini bukanlah sebuah industri prioritas, dan
ketika perusahaan tersebut (Coca-Cola) diizinkan untuk melakukan bisnis di
India, adalah dengan syarat bahwa perusahaan tersebut akan memberikan
49 persen sahamnya setelah lima tahun. Perusahaan-perusahaan asinng
terus mengatakan bahwa di India janji-janji tidak dipenuhi. Mengapa
perusahaan multinasional ini tidak menjadi contoh dengan memenuhi
komitmennya sendiri dalam isu ini?” Seorang lain dengan tidak simpatis
menyatakan, “Mereka memasuki keadaan ini dengan mata terbuka.”
Pemerintah India sejak semula menetapkan klausul pengurangan
investasi sebesar 49 persen sebagai syarat persetujuannya mengizinkan
Coca-Cola untuk membeli perusahaan-perusahaan pembotol lokal India
ketika perusahaan tersebut memasuki pasar pertama kali dan bukannya
mendirikan pabrik-pabrik pembotolan dari awal, seperti yang diajukan oleh
Coca-Cola dari awal. Lain dari Coca-Cola, PepsiCo telah memasuki India pada
tahun yang berbeda di bawah serangkaian aturan yang berbeda. Selain itu,
perusahaan tersebut tidak dikenai aturan pengurangan investasi karena telah
memilih untuk mendirikan sejumlah unit pembotolan sendiri dari awal.
Coca-Cola India mengawali pemenuhannya dengan aturan
pengurangan investasi pemerintah pada bulan Februari 2003 dengan
mengikuti rute pengalokasian swasta. Perusahaan tersebut setuju untuk
mengalokasikan 49 persen ekuitasnya dari cabang Hindustan Coca-Cola
Holdings Pvt. Ltd. (HCCHPL) yang dimiliki seluruhnya, senilai $41 juta, dalam
cabang pembotolannya Hindustan Coca-Cola Beverages Pvt. Ltd. (HCCBPL).
HCCBPL menjalankan pabrik pembotolan yang semula diambil alih dari
perusahaan pembotolan lokal India termasuk Parle. Dari 49 persen ekuitas
yang dialokasikan oleh HCCHPL, 10 persen dialokasikan dalam Hindustan
Coca-Cola Beverages (HCCB), untuk keuntungan organisasi karyawan dan
kesejahteraan.
Page 23 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 24 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
Page 25 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
PERTANYAAN
Page 26 of 27
ManajemenPemasaran: International Marketing - Case Study UniversitasBrawijaya 2019
REFERENSI
Page 27 of 27