Anda di halaman 1dari 24

Bab 24

Kebijakan Moneter: Ringkasan


Bab 24 Kebijakan Moneter:
Ringkasan
1. Tingkat Inflasi Optimal 2
2. Rancangan Kebijakan Moneter 12
3. Tantangan dari Krisis 19

2
Sebelum Krisis: Penargetan
Inflasi
• Dua dekade sebelum krisis, bank sentral kebanyakan
telah berkonvergensi menuju kerangka kerja
kebijakan moneter penargetan inflasi (inflation
targeting) berdasarkan dua prinsip:
1. Tujuan kebijakan moneter adalah menjaga agar inflasi
stabil dan rendah.
2. Cara terbaik untuk mencapainya adalah aturan suku
bunga (interest rate rule)—aturan yang memungkinkan
suku bunga dikendalikan langsung oleh bank sentral,
merespons pergerakan inflasi dan aktivitas.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 3


Sebelum Krisis: Moderation
• Hingga sebelum krisis, kerangka kerja tersebut
tampak berjalan baik—periode Great Moderation.
– Inflasi turun, serta tetap rendah dan stabil,
di sebagian besar negara;
– Fluktuasi output menurun, dalam cakupan yang luas.

• Banyak peneliti mencari penyebabnya, banyak yang


menyimpulkan bahwa kebijakan moneter yang lebih
baik adalah faktor utamanya.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 4


Setelah Krisis: Dimensi 1
• Krisis telah memaksa ahli makroekonomi dan bank
sentral untuk menilai kembali setidaknya dua
dimensi.
1. Serangkaian persoalan yang ditimbulkan oleh perangkap
likuiditas.
• Dapatkah kebijakan moneter dilaksanakan sedemikian rupa,
untuk menghindari perangkap likuiditas sejak awal?
• Ketika ekonomi dalam perangkap likuiditas,
apakah ada alat lain bagi bank sentral untuk membantu
meningkatkan aktivitas?

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 5


Setelah Krisis: Dimensi 2
• Krisis telah memaksa ahli makroekonomi dan bank
sentral untuk menilai kembali setidaknya dua
dimensi.
2. Rangkaian persoalan yang lebih dalam, mengenai mandat
bank sentral dan alat kebijakan moneter.
• Perubahan penting terjadi di sistem keuangan,
seperti peningkatan besar dari leverage,
dan ketergantungan yang makin besar pada pendanaan besar oleh
bank.
• Di banyak negara, terdapat peningkatan harga rumah yang tajam.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 6


Biaya Inflasi 1: Oportunitas
• Dalam jangka menengah, tingkat inflasi yang
lebih tinggi menimbulkan suku bunga nominal dan
biaya oportunitas dari memegang uang yang
lebih tinggi.
– Orang mengurangi saldonya,
lebih banyak berjalan ke bank—
muncul ekspresi biaya kulit-sepatu (shoe-leather costs).
• Perjalanan itu akan terhindari jika inflasi lebih rendah,
dan orang dapat melakukan hal lain—
bekerja lebih banyak atau menikmati waktu santai.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 7


Biaya Inflasi 2: Distorsi Pajak
• Hingga awal tahun 80-an di Amerika Serikat, tingkat
pendapatan (berhubungan dengan tarif pajak
penghasilan) tidak meningkat otomatis bersama
inflasi.
– Pengaruh bracket creep:
Orang-orang didorong masuk ke golongan pajak yang lebih
tinggi ketika pendapatan nominalnya—tetapi tidak
demikian dengan pendapatan riil—meningkat dengan
berlalunya waktu.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 8


Biaya Inflasi 3: Ilusi Uang
• Ilusi uang (money illusion):
Dugaan bahwa orang tampak membuat kesalahan
sistematis dalam menilai perubahan pendapatan dan
suku bunga nominal versus riil.
– Sejumlah perhitungan adalah sederhana jika harga stabil,
tapi lebih rumit jika terdapat inflasi.
• Bukti kasual menunjukkan, banyak orang menganggap perhitungan
itu sulit dan sering gagal membuat perbedaan yang relevan.
• Para ekonom dan psikolog telah mengumpulkan bukti lebih formal,
bahwa inflasi sering menyebabkan orang dan perusahaan
mengambil keputusan tidak tepat.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 9


Biaya Inflasi 4: Variabilitas Inflasi
• Inflasi yang tinggi, pada umumnya terkait dengan
inflasi yang lebih bervariasi.
• Inflasi yang lebih bervariasi berarti aset keuangan,
seperti obligasi (yang menjanjikan pembayaran
nominal yang tetap di masa mendatang),
menjadi lebih berisiko.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 10


Manfaat Inflasi
• Tiga manfaat inflasi:
– Keuntungan dari penciptaan uang;
– Pilihan suku bunga riil negatif,
untuk kebijakan makroekonomi;
– Penggunaan interaksi antara ilusi uang dan inflasi,
dalam memfasilitasi penyesuaian upah riil.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 11


Tingkat Inflasi Optimal
• Argumen pendukung inflasi rendah (bahkan nol):
– Inflasi, bersama sistem perpajakan yang diindeks secara
tidak sempurna, mengarah ke distorsi pajak.
– Karena ilusi uang, orang dan perusahaan mengambil
keputusan yang tidak tepat.
– Inflasi yang lebih tinggi umumnya diakibatkan variabilitas
lebih tinggi—lebih banyak ketidakpastian serta lebih sulit
mengambil keputusan.
– Stabilitas harga memiliki kesederhanaan dan kredibilitas
yang tidak dimiliki inflasi positif.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 12


Tingkat Inflasi Optimal
• Argumen mempertahankan inflasi positif:
– Pendapatan positif dari seignorage mungkin menurunkan
pajak di akun lain pada anggaran.
– Inflasi aktual positif dan inflasi yang diharapkan
memungkinkan bank sentral untuk mencapai suku bunga
riil negatif—bermanfaat ketika melawan resesi.
– Inflasi positif memungkinkan pemotongan upah riil ketika
diperlukan, tanpa pemotongan upah nominal.
– Inflasi yang menurun akan meningkatkan pengangguran—
biaya transisi ini mungkin melebihi manfaat apapun.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 13


Bab 24 Kebijakan Moneter:
Ringkasan
1. Tingkat Inflasi Optimal 2
2. Rancangan Kebijakan Moneter 12
3. Tantangan dari Krisis 19

14
Agregat Moneter
• Pergeseran antara uang dan aset likuid lainnya
menyebabkan bank sentral membentuk dan
melaporkan ukuran yang mencakup keduanya—
ukuran agregat moneter (M 2, M 3, dan seterusnya).
– Di Amerika Serikat, M 2—broad money (uang dalam arti
luas)—adalah:
• M 1 (mata uang dan tabungan),
• saham reksa dana pasar uang,
• rekening simpanan pasar uang,
• deposito berjangka.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 15


Pertumbuhan Uang nominal
• Secara tradisional, rancangan kebijakan moneter
difokuskan pada pertumbuhan uang nominal.
• Tapi, karena hubungan yang buruk antara
pertumbuhan uang nominal dan inflasi,
pendekatan ini diabaikan oleh sebagian besar bank
sentral.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 16


Tingkat Inflasi & Suku Bunga
Nominal
• Bank sentral saat ini pada umumnya berfokus pada
target tingkat inflasi, ketimbang target tingkat
pertumbuhan uang nominal.
• Bank sentral juga mempertimbangkan kebijakan
moneter berupa menetapkan suku bunga nominal,
ketimbang menetapkan tingkat pertumbuhan uang
nominal.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 17


Aturan Taylor
• Aturan Taylor memberikan cara berpikir yang
bermanfaat mengenai pilihan suku bunga nominal—
bank sentral harus menggerakkan suku bunganya
sehubungan dengan dua faktor utama:
– penyimpangan tingkat inflasi dari target,
– penyimpangan tingkat pengangguran dari tingkat alami.

• Mengikuti aturan ini, bank sentral menstabilkan


aktivitas dan mencapai target tingkat inflasi dalam
jangka menengah.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 18


Bab 24 Kebijakan Moneter:
Ringkasan
1. Tingkat Inflasi Optimal 2
2. Rancangan Kebijakan Moneter 12
3. Tantangan dari Krisis 19

19
Perangkap Likuiditas
• Karena sejumlah negara masuk perangkap likuiditas,
mereka mengeksplorasi perangkat kebijakan moneter
seperti pelonggaran kuantitatif atau pelonggaran
kredit/pinjaman, yang bekerja melalui:
– pengaruh yang ditimbulkannya terhadap ekspektasi,
– pengaruhnya terhadap suku bunga selain suku bunga
nominal jangka pendek.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 20


Perangkat Makroprudensial
• Inflasi yang stabil tidaklah cukup menjamin stabilitas
makroekonomi, sehingga bank sentral mengeksplorasi
perangkat makroprudensial, yang membantu:
– membatasi gelembung ekonomi,
– mengendalikan pertumbuhan kredit,
– menurunkan risiko dalam sistem keuangan.

• Tapi, penggunaan terbaiknya masih kurang dipahami.


– Ini salah satu tantangan yang dihadapi dalam kebijakan
moneter saat ini.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 21


Bentuk Perangkat
Makroprudensial
• Bank sentral yang khawatir mengenai peningkatan
yang berlebihan dalam harga perumahan, dapat
memperketat kondisi untuk memperoleh hipotek.
– Ukuran yang digunakan di banyak negara berupa batas
atas pinjaman yang dapat diambil relatif terhadap nilai
rumah dibeli—rasio pinjaman terhadap nilai (loan-to-
value-ratio), LTV.
• Mengurangi rasio pinjaman terhadap nilai maksimum dapat
menurunkan permintaan, dan karenanya memperlambat kenaikan
harga.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 22


Bentuk Perangkat
Makroprudensial
• Bank sentral yang khawatir akan peningkatan
leverage bank, dapat menetapkan rasio modal
minimum untuk membatasinya.
– Dalam serangkaian kesepakatan Basel II dan Basel III,
banyak negara sepakat untuk memberlakukan tingkat
minimal yang sama terhadap bank mereka.
• Persoalan yang sulit dan tidak terpecahkan adalah apakah dan
bagaimana rasio modal semacam ini harus disesuaikan dengan
berlalunya waktu, sebagai fungsi dari kondisi ekonomi dan
keuangan.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 23


Bentuk Perangkat
Makroprudensial
• Bank sentral yang khawatir akan tingginya aliran
masuk modal, mungkin ingin membatasinya dengan
pengendalian modal (capital controls) berupa:
– pajak atas berbagai aliran masuk;
– pajak lebih rendah terhadap aliran modal yang tidak terlalu
rentan terhadap pemberhentian tiba-tiba, seperti investasi
asing langsung (foreign direct investment)—pembelian
aset fisik oleh orang asing;
– batasan langsung terhadap kemampuan penduduk domestik
untuk mengambil pinjaman asing.

BAB 24 Kebijakan Moneter: Ringkasan 24

Anda mungkin juga menyukai