Anda di halaman 1dari 30

BAB 2 :

PENGELOLAAN KEBIJAKAN FISKAL


DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

Oleh : Hajar Setiawan (B2091162005


Mata Kuliah : Sistem Pengelolaan Keuangan Negara
Dosen Pengajar : Dr. Haryono, SE, M.Si, Ak, CA
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
AGUSTUS 2017
Pengertian
Kebijakan (Policy) adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan)
Pasal 1, angka 15 UU RI No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan.
Fiskal menjelaskan tentang bentuk
penerimaan/pendapatan dan
pengeluaran/belanja negara/ pemerintah.
Kebijakan Fiskal
Menurut Haryadi (2014 : 82)
Menyatakan kebijakan fiskal merupakan kebijakan
ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengarahkan
perekonomian suatu negara ke arah yang lebih baik atau
sesuai dengan yang diinginkan dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Govil (2009)
Kebijakan fiskal sering didefinisikan sebagai pengelolaan
anggaran pemerintah untuk mempengaruhi suatu
perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan yang
dipungut dan dihimpun, pembayaran transfer, pembelian
barangbarang dan jasa-jasa oleh pemerintah, serta
ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang mencakup
semua level pemerintahan.
Kebijakan Fiskal
Jadi kebijakan fiskal adalah perubahan
yang disengaja (meningkatkan/
mengurangi) dalam pengeluaran-
pengeluaran pemerintah dan/atau
penerimaan-penerimaan pemerintah
untuk mencapai tujuan ekonomi nasional
yang diharapkan.
Kebijakan Fiskal vs Kebijakan Moneter
Perbedaan dasar antara kebijakan fiskal
dengan moneter adalah bahwa kebijakan
fiskal dilakukan oleh pemerintah
sedangkan kebijakan moneter dilakukan
oleh Bank Indonesia (sebagai badan
independen/tanpa campur tangan
pemerintah).
Secara garis besar, kebijakan moneter yang dilakukan
Bank Indonesia meliputi dua hal, yaitu: 1) Kebijakan
moneter ekspansif (menambah jumlah uang yang
beredar) dan 2) Kebijakan moneter kontraktif
(mengurangi jumlah uang yang beredar).
Contoh kebijakan fiskal:
Terkait pendapatan:
Kebijakan tentang Tax Amnesty
UU RI No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak.pdf
Pasal 2 ayat (2).. Tujuan pengampunan pajak
inventarisir harta WP (di luar negeri)

Terkait pengeluaran:
Kebijakan tentang penurunan belanja subsidi BBM
Perpres RI No. 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan,
Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM.pdf
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dalam praktik di Indonesia ditetapkan
keputusan bersama antara Pemerintah dan DPR melalui
APBN. pemerintah. (Pasal 1 angka 7 UU RI No. 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.pdf)
APBN berisi besarnya penerimaan, pengeluaran, dan
pembiayaan defisit
Karena penerimaan dan pengeluaran tidak selalu sama,
maka ada penyeimbang berupa pembiayaan negara.
Pasal 1 angka 17 UU RI No. 17/2003 Pembiayaan adalah
setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Mengendalikan harga-harga untuk
mengatasi inflasi (melalui
anggaran)

Memperbaiki keadaan ekonomi


yang diharapkan pada kemajuan
sektor usaha dan kesempatan kerja
akan meningkat

Memperbaiki perekonomian secara


umum sesuai dengan tujuan
pemerintah
Kebijakan Fiskal mengendalikan inflasi:
Meningkatkan penerimaan pajak, dengan
memberlakukan tingkat pajak yang tinggi
bagi unit usaha yang tidak memproduksi
kebutuhan pokok

Mengurangi pengeluaran pemerintah


dengan jalan menunda atau menghapuskan
pengeluaran yang bukan prioritas

Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu


mengurangi pembayaran yang dilakukan
pada masyarakat dan mengembalikannya
dikemudian hari, misalnya dalam bentuk
pensiun
Kebijakan Fiskal meningkatkan lapangan kerja:

Pengeluaran pemerintah
ditekankan pada
peningkatan infrastruktur
dan proyek-proyek
pembangunan dan padat
karya yang menyerap
banyak tenaga kerja
Kebijakan Fiskal memperbaiki perekonomian
secara umum dan luas

Dengan terciptanya
kestabilan ekonomi,
pengangguran diminimalisir,
terjadinya kestabilan harga-
harga umum maka akan
berdampak pada
perekonomian secara luas
Keterkaitan Kebijakan Fiskal dan Kerangka
Ekonomi Makro

Kestabilan
ekonomi secara
menyeluruh
(makro) :
tingkat
pendapatan
nasional, konsumsi
rumah tangga,
investasi nasional,
Tujuan belanja
Kebijakan pemerintah,
tingkat harga-
Fiskal harga umum,
kesempatan
bekerja, dan lain-
lain
Lingkup kebijakan fiskal

Sesuai paparan di atas jelas menunjukkan


ruang lingkup kebijakan fiskal meliputi :

Penerimaan,
Pengeluaran, dan
Pembiayaan
Unsur kebijakan fiskal dalam praktik
Kerangka kebijakan fiskal, berupa asumsi-asumsi
makro ekonomi, tingkat likuiditas pemerintah,
tingkat hutang pemerintah, tingkat defisit dan
pembiayaan.
Kebijakan anggaran , berupa cakupan penerimaan
negara dan pengeluaran negara (termasuk dana
alokasi ke daerah)
Kebijakan penerimaan pajak dan bukan pajak,
berupa : rangkaian kebijakan pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai, tarif layanan khusus
(misalnya tarif listrik, dll), dan penerimaan bukan
pajak lainnya (penerbitan surat izin usaha, dll)
Kebijakan penerimaan bea masuk, berupa
rangkaian kebijakanberkenaan tarif bea masuk
(misalnya bea masuk barang impor)
Lihat KEM_PPKF THN 2017.pdf
Penyusunan dan Penetapan Pengelolaan
Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi
Makro
Di Indonesia, arah kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro tertuang dalam dokumen :
Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-
Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) yang disampaikan
oleh pemerintah melalui Menteri Keuangan
kepada DPR RI sebagai bahan pembicaraan
pendahuluan dalam rangka penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN)
UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 8 Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan
fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut : Huruf
a menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
Pasal 13
ayat (1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
ayat (2) Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat
membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan
fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
ayat (3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan
Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk
dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam
penyusunan usulan anggaran.
Salah satu dasar penyesuaian APBN apabila ada perubahan pokok-
pokok kebijakan fiskal (Pasal 27 ayat (3) huruf b)
Koordinasi antara penyusun kebijakan fiskal dan moneter (Pasal
21)
Perpres RI No. 28 Tahun 2015 tentang
Kementerian Keuangan

Kementerian Keuangan sebagai


penyelenggara urusan
pemerintahan di bidang keuangan,
salah satunya dalam Pasal 5 huruf
b, perumusan, penetapan, dan
pemberian rekomendasi kebijakan
fiskal dan sektor keuangan;
Perpres RI No. 28 Tahun 2015
tentang Kementerian Keuangan

Permenkeu RI No. 234/PMK.01/2015


Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Keuangan

. .

Tugas dan Fungsi


Badan Kebijakan
Fiskal
Tugas dan Fungsi Badan Kebijakan Fiskal
sesuai Permenkeu RI No. 234/PMK.01/2015 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
Pasal 1670 Badan Kebijakan Fiskal mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan, penetapan, dan pemberian
rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 1671 menyatakan bahwa Badan Kebijakan Fiskal
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program analisis dan
perumusan rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor keuangan serta
kerja sama ekonomi dan keuangan internasional;
b. pelaksanaan analisis dan perumusan rekomendasi kebijakan fiskal
dan sektor keuangan;
c. pelaksanaan kerja sama ekonomi dan keuangan internasional;
d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kebijakan fiskal dan sektor
keuangan serta kerja sama ekonomi dan keuangan internasional;
e. pelaksanaan administrasi Badan Kebijakan Fiskal; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal (PPKF) dalam sistem perencanaan/
penganggaran:
UU No. 25/2004 tentang Sistem UU No. 17/2003 tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional Keuangan Negara

Kementerian Bappenas Kementerian Keuangan

KEM
PPKF

Reviu

Laporan Kinerja Laporan Keuangan


Posisi Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-
Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) dalam penyusunan
anggaran:
Pelaksanaan Kebijakan Fiskal
KEBIJAKAN
FISKAL: APBN: Fungsi APBN:
sebagai Pengaruh Pendapatan, (Pasal 3 ayat (4)
pedoman arah Belanja, UU 17/2003):
kebijakan Pembiayaan Otorisasi,
Penerimaan, Perencanaan,
Pengeluaran, Pengawasan,
Pembiayaan Alokasi,
Distribusi,
Stabilisasi

PENCAPAIAN
TUJUAN:
Perbaikan
Ekonomi secara
Luas
Penjelasan Pasal 3 ayat (4) UU 17/2003:
Otorisasi : anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. (target dan
batasan maksimal belanja)
Perencanaan : anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan . (program
dan kegiatan)
(Pasal 4 UU 17/2003 TA meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember )
Pengawasan : anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. (bahan evaluasi
penyerapan/pelaksanaan program kegiatan/capaian kinerja)
Alokasi : anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. (pembagian
sektor pembangunan)
Distribusi : kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
Stabilisasi : anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. (subsidi)
ILUSTRASI DALAM MELIHAT PROSES
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN KEM-PPKP
UNTUK TAHUN ANGGARAN 2017

RPJPN 2005-2025 KEM PPKF


RPJMN 2015-2019
Tahun 2017
APBN 2017
RKP 2017
Kerangka Dasar Hukum:
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Perubahannya

UU RI No. 25 Tahun 2004


UU RI No. 17 Tahun 2014
tentang Sistem UU RI No. 17 Tahun 2003
tentang MPR, DPR, DPD
Perencanaan tentang Keuangan Negara
dan DPRD
Pembangunan Nasional

- PP No. 40 Tahun 2006


tentang Tata Cara - PP No. 90 Tahun 2010
Penyusunan Rencana tentang Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional Kerja dan Anggaran
- PP No. 20 Tahun 2004 Kementerian
tentang Rencana Kerja Negara/Lembaga
Pemerintah

UU RI tentang APBN
Dokumen Perencanaan
Pembangunan Nasional Periode Penetapan
Jangka UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
Panjang RPJPN 20 Tahun 2005-2025 Tahun 2005-2025
UU No. 25 Tahun
2004 Jangka
PP No. 40 Tahun Menengah RPJMN 5 Tahun 2005-2009 Tahap I
2006 2010-2014 Tahap II
PP No. 20 Tahun
Tahap III : Perpres No. 2 Tahun 2015
2004
2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015-2019
2020-2024 Tahap IV

Perpres No. 45 Tahun 2016 tentang RKP


Tahunan RKP 1 Tahun 2017 Tahun 2017
Ditetapkan dan/atau dipaparkan pada
tanggal 20 Mei 2016 oleh Menteri
KEM-PPKF 1 Tahun 2017 Keuangan kepada DPR
UU No. 17 Tahun
2003
PP No. 90 Tahun UU No. 18 Tahun 2016 tentang APBN TA
2010 APBN 1 Tahun 2017 2017

Perpres No. 97 Tahun 2016


Rincian ABPP 1 Tahun 2017 Tentang Rincian APBN T.A. 2017
RPJPN Tahun 2005-2025 RPJMN Tahun 2015-2019 RKP Tahun 2017 KEM-PPKF Tahun 2017 APBN 2017

Kerangka Ekonomi Makro Kerangka Ekonomi Makro Perkembangan perekonomiaan empat


(setahun sebelumnya dan lima tahun (setahun sebelumnya, tahun berjalan dan tahun sebelumnya dan outlook tahun
kedepan) setahun kedepan) berjalan

Visi Visi Tema Tema

Misi Misi Misi


(sasaran-sasaran pokok pencapaian misi) (sasaran-sasaran pokok pencapaian misi) (sasaran-sasaran pokok pencapaian misi) Sasaran Pembangunan
(kebijakan ekonomi dan fiskal)
Arah Pembangunan Jangka Panjang Strategi Pembangunan Strategi Pembangunan
(sesuai misi) proyeksi dan asumsi ekonomi makro
Sembilan Agenda Prioritas Sembilan Agenda Prioritas setahun kedepan
Tahapan dan Skala Prioritas: (Nawa Cita) (Nawa Cita)
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal
RPJM ke-1 (2005-2009) Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Prioritas pembangunan Nasional (Pendapatan, Belanja Pembiayaan)
Skala Prioritas tahap 1
Agenda Pembangunan Nasional Pembangunan Bidang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Anggaran Pendapatan dan Belanja
RPJM ke-2 (2010-2014)
Skala Prioritas tahap 2 Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga

RPJM ke-3 (2015-2019)


Skala Prioritas tahap 3

RPJM ke-4 (2020-2024)


Skala Prioritas tahap 4

Anda mungkin juga menyukai