Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PEMASARAN AGRIBISNIS

BRANDING

Oleh:
Kelas H
Muhammad Fauzi Romadhon NIM. 205040100111042
Kartika Tamika Putri NIM. 205040100111086
Mohammad Maulidan NIM. 205040101111046
Natasya Devi Eirene NIM. 205040107111028
Taufiq Reinaldi NIM. 205040101111116
Shafira Nurizqi NIM. 205040107111128

Dosen Pengampu:
Dwi Retno Andriani, SP.,MP.

HALAMAN SAMPUL
JUDUL

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Makalah Modul 5. Branding dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat serta salam penulis curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya diiakhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dwi Retno Andriani, SP.,MP. pada mata kuliah manajemen pemasaran agribisnis,
program studi agribisnis, jurusan sosial ekonomi pertanian. Karya tulis ini mungkin
masih jauh dari kesempurnaan. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan branding di dalam
pemasaran agribisnis. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Terima
kasih.

Malang, 26 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................2
2.1 Merumuskan Brand Positioning ....................................................................2
2.2 Menciptakan Ekuitas Brand ..........................................................................4
2.3 Menghadapi kompetisi dan meningkatkan pertumbuhan pemasaran ............8
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................12
3.2 Saran ............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan akan sulit bersaing jika produk atau jasanya menyerupai produk atau
jasa dari perusahaan lain. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan harus dapat
menghadirkan presepsi positif dari konsumen atau pasar yang ditargetkan. Strategi
pemasaran dibangun berdasarkan STP (segmentasi, target, dan positioning). Untuk
mengembangkan perusahaan, perusahaan terlebih dahulu memiliki strategi
marketing yang dimana salah satunya adalah branding positioning. Brand
positioning merupakan suatu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu perusahaan agar perusahaan lebih diingat oleh konsumen dan juga bisa
mendapat tempat khusus dari konsumen atau bisa dikatakan perusahaan
menciptakan kesan unik dari produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
Perbedaan kebutuhan konsumen harus dipahami perusahaan, sehingga dapat
memberkan kepuasan dan konsumen dapat membedakan produk dengan produk
dari perusahaan lain. Mengidentifikasikan pesaing merupakan langkah awal
menyusun kerangka acuan kompetitif. Analisis pesaing dapat dilakukan dengan
analisis SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities, dan Threats) sehingga
perusahaan perlu menganalisis dan mengumpulkan informasi tentang perusahaan
pesaingnya. Strategi penetapan merek (branding strategy) perusahaan
mencerminkan jumlah dan jenis baik elemen merek umum maupun unik yang
diterapkan perusahaan pada produk yang dijualnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan penulisan makalah ini agar mahasiswa/mahasiswi dapat
mengetahui tentang merumuskan brand positioning, menciptakan ekuitas
brand,dan menghadapi kompetisi dan meningkatkan pertumbuhan pemasaran.
Selain itu, mahasiswa/mahasiswi juga diharapkan dapat memahami tentang
branding di dalam pemasaran perusahaan dan produk dalam manajemen
pemasaran.

1
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Merumuskan Brand Positioning
Perusahaan akan sulit bersaing jika produk atau jasanya menyerupai produk atau
jasa dari perusahaan lain. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan harus dapat
menghadirkan presepsi positif dari konsumen atau pasar yang ditargetkan. Hal ini
juga merupakan bagian dari proses manajemen strategi branding.
2.1.1 Mengembangkan Brand Positioning
Strategi pemasaran dibangun berdasarkan STP (segmentasi, target, dan
positioning). Perbedaan kebutuhan konsumen harus dipahami perusahaan, sehingga
dapat memberkan kepuasan dan konsumen dapat membedakan produk dengan
produk dari perusahaan lain. Hal ini juga akan mendorong pembelian berulang yang
akan menciptakan keuntungan untuk perusahaan (Heriyadi, 2018).
Upaya membuat produk yang ditawarkan menempati tempat khusus dibenak
konsumen merupakan fungsi dari positioning. Dalam memngembangkan
positioning perusahaan harus dapat mengkomunikasikan perbedaan dan kesamaan
produknya dengan produk dari pesaing lain. Jika berhasil, positioning akan
menghasilkan proporsi nilai (value proposition) yang memberikan alasan kuat pada
konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Proporsi nilai merupakan
manfaat utama produk atau jasa yang dapat memberikan kepuasan maksimal sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Contohnya adalah “Volvo, kendaran paling aman dan
awet untuk keluarga”.
2.1.2 Memilih Kerangka Acuan Kompetitif
Kerangka acuan kompetitif adalah cara suatu brand bersaing dengan brand
lainnya dalam menentukan target pasar. Mengidentifikasikan pesaing merupakan
langkah awal menyusun kerangka acuan kompetitif. Analisis pesaing dapat
dilakukan dengan analisis SWOT (strenghts, weaknesses, opportunities, dan
Threats) sehingga perusahaan perlu menganalisis dan mengumpulkan informasi
tentang perusahaan pesaingnya. Hasil analisis tersebut dapat dapat digunakan
pemasar untuk mendefinisikan kerangka acuan kompetitif sebagai petunjuk
mengembangkan positioning produknya. Kompetisi yang beragam memungkinkan
adanya kerangka acuan yang beragam. Beberapa bentuk kerangka acuan adalah:
a. Point of Difference (POD)
POD adalah manfaat yang diingat oleh konsumen terhadap suatu produk.
Manfaat ini di evaluasi secara positif dan diyakini tidak terdapat pada produk
pesaing. Brand yang kuat biasanya memiliki banyak POD (Heriyadi, 2018).
Contohnya adalah Apple yang memiliki design bagus dan mudah digunakan.
Menciptakan sifat asosiasi yang kuat, unik, dan menyenangkan bukan hal
mudah. Namun, hal ini sangat penting untu membentuk brand positioning yang
kompetitif. Kriteria yang menentukan apakah suatu brand diasosiasikan dengan
baik sebagai POD adalah:
1) Tingkat keinginan konsumen untuk memiliki produk (desirable to consumer)
2
2) Tingkat kemampuan perusahaan untuk memproduksinya (deliverability by
the company)
3) Tingkat perbedaan dibandingkan pesaing (differentiability from competitors)
b. Point of Parity (POP)
POP adalah manfaat yang tidak terlalu unik dan memiliki kesamaan dengan
brand lainnya. Kesamaan ini biasanya ditemukan pada kategori, korelasi, dan
kompetitif.
1) POP kategori
Mempresentasikan kondisi yang dibutuhkan, walu belum mecukupi pada
suatu brand. POP kategori dapat berubah seiring berjalannya waktu, sesuai
dengan perkembangan teknologi, hukum, dan selera konsumen.
2) POP korelasi
Asosiasi negative yang muncul karena adanya asosisasi positif dari suatu
brand. Biasanya, atribut yang membentuk POD dan POP berhubungan secara
kuat. Contohnya saat konsumen menganggap suatu produk memiliki harga
yang sangat mahal, maka konsumen sangat jarang memandang sisi positif lain
dari produk tersebut, seperti memiliki kualitas terbaik.
3) POP kompetitif
Suatu asosiasi produk yang dibentuk untuk menutupi kelemahan dari suatu
brand terhadap POD pesaingnya. Salah satu cara menemukan POP kompetisi
adalah dengan memainkan positioning pesaing dan menemukan POD yang
dituju. Maka, POD pesaing dapat digunakan sebagai POP brand perusahaan
2.1.3 Membangun Brand Positioning
Untuk mengembangkan perusahaan, perusahaan terlebih dahulu memiliki
strategi marketing yang dimana salah satunya adalah branding positioning. Brand
positioning merupakan suatu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu perusahaan agar perusahaan lebih diingat oleh konsumen dan juga bisa
mendapat tempat khusus dari konsumen atau bisa dikatakan perusahaan
menciptakan kesan unik dari produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Dalam
membangun brand positioning perusahaan perlu membuat kaategori positioning
dari suatu brand karena banyak brand lain yang bersaing, contohnya pada
komunitas beras yang memiliki banyak sekali brand.
Brand positioning digunakan untuk menginformasikan kepada konsumen pada
kelompok mana brand tersebut berada, sebelum membangun POD-nya. Konsumen
perlu mengetahui jenis dan fungsi dari suatu produk sebelum menilai pakan suatu
brand bersifat superior dibandingkan pesaing lainnya. Pada produk baru, biasanya
digunakan iklan untuk menciptakan kesadaran brand dan citra brand. Dalam
menyampaikan keanggotaan suatu brand dalam suatu kategori produk memiliki
beberapa cara yaitu:
a. Menjabarkan tentang kelebihan-kelebihan kategori dimana brand tersebut
masuk di dalamnya, untuk meykinkan konsumen bahwa brand akan memberikan

3
alasan mendasar dalam menggunakan kategori tersebut, pemasar juga harus
lebih sering menutarakan manfaat-manfaat dari produk-produk yg sekategori
dengan brand.
b. Membanding-bandingkan dengan contoh lainnya, menggunakan brand
sekategori yang lebih terkenal untuk membantu sebuah brand untuk membuat
spesifikasi brand positioning-nya.
c. Memanfaatkan gambaran produk, menuliskan gambaran produk setelah atau
sebelum nama brand seringkali menjadi alat yang cepat untuk menunjukkan asal
produk, seperti Kecap ABC, Beras Kepala, dll.
2.1.4 Positioning dan Branding untuk Usaha Skala Kecil
Tingkat usaha skala kecil atau biasa disebut UMKM berdasarkan data dari
Googletrend semakin meningkat, oleh karna itu bertambahnya pesaing dalam pasar
para pelaku UMKM harus bisa membranding produknya agar dapat bersaing
dengan produk lain. Sebelum membangun brand positioning seharusnya UMKM
mengembangkan produknya diantaranya seperti:
a. Memberdayakan kewirausahaan
b. Meningkatkan keterampilan teknis
c. Meningkatkan kemampuan menejerial
d. Membentuk organisasi yang dapat meningkatkan kualitas MSDM
Apabila suatu UMKM berhasil mengembangkan produknya maka di situlah
UMKM dapat membentuk brand positioning, untuk membentuk brand positioning
suatu UMKM perlu membuat atau melakukan beberapa hal diantaranya sebagai
berikut:
a. Menerapkan etika bisnis yang baik dan benar
b. Meningkatkan pelayanan terhadap konsumen
c. Meningkatkan disiplin kerja
d. Meningkatkan standar pelayanan yang digunakan
e. Meningkatkan kualitas barang yang diperjual belikan
2.2 Menciptakan Ekuitas Brand
2.2.1 Definisi dan Cara Kerja Ekuitas Brand
Menurut Aaker (2012) dalam Brunet et al (2018), ekuitas brand adalah suatu
nilai tambah yang diberikan merek terhadap sebuah produk. Nilai ini diekspresikan
oleh loyalitas merek, kesadaran merek, persepsi kualitas yang dirasakan, dan
serangkaian asosiasi merek yang dibuat oleh konsumen. Bagi perusahaan, nilai
tambah tersebut pada akhirnya diterjemahkan menjadi keuntungan finansial.
Ekuitas merek dapat dijelaskan pula sebagai sebagai kumpulan aset atau
kewajiban yang berhubungan dengan merek yang menambah (atau mengurangi)
nilai merek tersebut. Nilai aset ini tergantung pada konsekuensi atau hasil dari
hubungan pasar dengan merek. Ekuitas merek ditentukan oleh konsumen dan
merupakan puncak dari penilaian konsumen terhadap produk, perusahaan yang
memproduksi dan memasarkan produk, serta seluruh variabel lain yang

4
mempengaruhi produk antara manufaktur dan konsumsi konsumen (Peter &
Donelly, 2015).
Ekuitas brand sangat memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli,
perusahaan yang memiliki ekuitas brand inggi akan meberi keprcayaan diri pada
konsumen untuk menggunaka produk mereka. Terdapat beberapa tahap yang dilalui
konsumen sebelum akhirnya memutuskan untuk mengonsumsi suatu produk,
menurut Kotler (2003) dalam Chan (2010) tahap-tahap tersebut meliputi:
a. Problem Recognition
Kesadaran untuk membutuhkan sesuatu akibat dari keidaksesuaian keadaan
yang diraskan. Kebutuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh pengaruh internala
ataupun eksernal.
b. Information search or search alternative solutions
Setelah menyadari akan kebutuhannya, konsumen akan melakukan riset
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
c. Evaluation of alternatives
Hasil dari riset produk akan dipilih kembali berdasarkan kriteria yang
meliputi harga, style, kategori merek (branded atau bukan), serta citra dari merek
tersebut.
d. Purchase decision
Penentuan membeli berdasar lima katergori, yaitu: keputusan merek,
keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan
metode pembayaran.
e. Postpurchase processes/postpurchase behavior
Kegiatan atau perilaku setelah pembelian.
2.2.2 Menciptakan, Mengukur, dan Mengelola Ekuitas Brand
Untuk menciptakan dan mengelola ekuitas brand suatu perusahaan, perlu
diketahui bahwa terdapat elemen-elemen yang harus diperhatikan dalam ekuitas
brand. Penjelasan elemen ekuitas brand dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Elemen Ekuitas Brand (Margono, 2009).


Elemen-elemen yang mendasari ekuitas brand dikelompokan dalam lima
kategori (Margono, 2009):
5
a. Loyalitas merek (Brand Loyality)
Loyalitas merek adalah ukuran ketertarikan konsumen pada suatu merek. hal
tersebut menggambarkan bagaimana konsumen akan memutuskan untuk beralih
pada merek lain. Khususnya saat merek tersebut mengalami perubahaan harga
ataupun unsur lainnya. Terdapat lima tingkatan mengenai loyalitas mereksebagai
berikut:
1) Switcher/ price buyer
Konsumen yang mendudukin level loyalitas paling bawah tau tidak loyal
sama sekali.
2) Habitual buyer
Konsumen yang membeli produk karea menjadi suatu kebiasaan.
3) Satisfied buyer
Konsumen yang merasa puas dengan produk tersebut namun memiliki biaya
peralihan berupa waktu, biaya, atau risiko kinerja.
4) Lingking the brand
Konsumen yang menyukai produk tersebut secara sunguh-sungguh.
5) Commited buyer
Pembeli setia yang merasa bangga menggunakan merek tersebut.
b. Kesadaran merek (Brand Awareness)
Kesediaan calon konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori tertentu. Konsumen akan merasa
aman keika memilih meek yang sudah terkenal dan terbukti kulitas produknya.
Terdapat empat tingaktan brand awareness, yaitu:
1) Unaware of Brand
Brand yang tidak dikenal meskipun telah melakukan rebranding.
2) Brand Recognition
Brand yang dikenal setelah melakukan rebranding.
3) Brand of Recall
Brand yang dikenal tanpa harus melakukan rebranding.
4) Top of Mind
Produk yang menjadi pilihan pertama atau selalu diingat ketika
membicarakn suatu kategori.
c. Persepsi kualitas (Perceived Quality)
Memiliki arti bahwa pesepsi pelanggan kepada kualitas suatu produk atau jasa
berhubungan dengan yang diharapakan oleh konsumen. Sebuah merek
menciptakan nilai atau manfaat bagi pelanggan maupun perusahaan:
1) Nilai untuk pelanggan
Ekuitas merek menjelaskan, memproses, dan menyediakan informasi
mengenai merek dan produk, ekuitas brand memberikan kepercayaan diri
konsumen untuk membeli, persepsi kualitas dan asosiasi merek dapat
memberikan kepuasan pembeli.

6
2) Nilai untuk perusahaan
Ekuitas brand membentuk hubungan erat dengan konsumen ama dan
menarik konsumen baru, memberikan kepuasan pada konsumen, membangun
landasan pertumbuhan merek, serta menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
d. Asosiai merek (Brand Association)
Asosiasi merek merupakan cerminan bagaimana orang melihat suaru merek.
Asosiasi yang kuat dari sutu merek yang telah sukses dan terkenal akan
memberikan posisi yang dominan dan nilai tinggi pada perusahaan dalam
kompetisi pasar. Asosiasi merek berguna dalam proses penyusunan informasi,
menentukan posisi merek, menumbuhkan alasan untuk membeli dan perasaan
positif, dan membangun landasan perusahaan dalam menciptakan kesesuaian
merek dengan suau produk yang dibuat.
Menurut Brunet et al (2018), terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan
unuk mengukur ekuitas brand, yaitu:
1) Customer-based approach
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan survei untuk
mengevaluasi secara langsung loyalitas, kesadaran, kualitas yang dirasakan,
dan rangkaian asosiasi merek. Ukuran kesadaran umumnya mengintegrasikan
kesadaran spontan dan kesadaran terbantu. Ukuran kesadaran ini juga sangat
berguna ketika menentukan efektivitas promosi dan komunikasi kepada
konsumen.
2) The price differential approach
Pendekatan ini bersifat tidak langsung, dilakukan dengan mengukur
perbedaan harga yang terkait dengan merek tertentu. Berawal dari premis
bahwa konsumen yang memberi nilai lebih pada suatu merek akan siap
membayar lebih untuk produk merek ini, pemasar menyusun semua harga
produk yang tersedia dalam kategori ini. Namun, pendekatan ini cenderung
bersifat bias karena tidak memperhitungkan perbedaan antara biaya private
label dan merek nasional. Label pribadi menuntut lebih sedikit investasi
dalam pengembangan produk, distribusi, dan komunikasi. Perbedaan harga
antara label pribadi dan merek nasional dapat dijelaskan oleh biaya yang lebih
rendah. Dalam konteks ini, ekuitas merek nasional akan cenderung dinilai
terlalu tinggi.
3) The income-based approach
Pendekatan ini dilakukan dengan menentukan proporsi pendapatan masa
depan perusahaan yang dapat diatribusikan kepada merek. Risiko yang terkait
dengan pendapatan yang dihasilkan oleh merek dikurangi dari hasil.
Perusahaan konsultan Interbrand biasanya menggunakan jenis pendekatan
ini.

7
2.2.3 Merancang strategi branding
Strategi penetapan merek (branding strategy) perusahaan mencerminkan jumlah
dan jenis baik elemen merek umum maupun unik yang diterapkan perusahaan pada
produk yang dijualnya. Memutuskan cara menetapkan merek produk baru
merupakan hal yang sangat penting. Ketika perusahaan meperkenalkan produk
baru, perusahaan mempunyai tiga pilihan utama:
1) Perusahaan dapat mengembangkan elemen merek baru untuk produk baru.
2) Perusahaan dapat menerapkan beberapa elemen mereknya yang sudah ada.
3) Perusahaan dapat menggunakan kombinasi elemen merek baru dan yang ada.
Ketika perusahaan menggunakan merek yang sudah mapan untuk
memperkenalkan sebuah produk baru, produk itu disebut perluasan merek (brand
extension). Ketika oemasar menggabungkan merek baru dengan merek yang ada,
perluasan merek dapat disebut submerek (subbrand). Merek yang sudah ada yang
melahirkan perluasan merek atau submerek adalah merek induk (parent brand).
Jika merek induk sudah diasosiasikan dengan berbagai produk melalui perluasan
merek, merek induk dapat disebut juga merek keluarga (family brand).
2.2.4 Ekuitas pelanggan
Ekuitas Pelanggan (customer equity) adalah jumlah dari nilai-nilai seumur hidup
seluruh pelanggan, nilai seumur hidup pelanggan dipengaruhi oleh pertimbangan
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan akuisisi pelanggan, retensi, dan
penjualan silang.
Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas keputusan
pembelian dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang
diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek, semakin
besar keyakinan pelanggan atas keputusan pembeliannya, dengan demikian
pelanggan memiliki keyakinan yang besar atas outcome of the decision.
2.3 Menghadapi kompetisi dan meningkatkan pertumbuhan pemasaran
2.3.1 Strategi kompetitif
Strategi pemasaran adalah suatu alat dasar yang sengaja dirancang dalam
mencapai tujuan perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan dengan rencana pemasaran untuk mencapai target pasar yang dituju.
Tujuan dari strategi kompetitif yaitu sebagai upaya dalam mencapai keunggulan
kompetitif secara berkelanjutan hingga dapat meningkatkan kinerja bisnis.
Sehingga strategi pemasaran kompetitif dapat menaikkan keuangan organisasi
dengan adanya keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Weerawardena dan
McColl-Kennedy, 2002).
Menurut Duscheck (2004) terdapat empat syarat dalam strategi kompetitif
dengan pesaing yaitu berharga, berbeda dengan pesaing, tidak dapat ditiru, dan
tidak ada pengganti selevel dalam sumber daya. Sumber keunggulang dari
persaingan yang berkesinambungan arah sasarannya yaitu pada posisi yang
kompetitif. Keberlanjutan kompetitif mengarah pada keunggulan dan kinerja

8
keuangan perusahaan dalam pasar jangka panjang. Strategi pemasaran kompetitif
dapat berkembang jika dapat mengidentifikasi korelasi antara fator penjualan dan
dampak persaingan dalam pasar.
Terdapat strategi pemasaran yang dikemukakan (Rundh, 2003) yang mana hal
ini berkaitan dengan keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan beberapa factor
yang ada seperti:
a. Strategi pemasaran suatu perusahaan
b. Implementasi dari strategi yang ditetapkan
c. Konteks industry
Terdapat komponen penting dalam mengembangkan strategi pemasaran
perusahaan yaitu adanya hubungan. Hubungan ini dapat berupa hubungan dengan
pelanggan, anggota saluran, dan kompetitor yang ada. Setiap hubungan yang dijalin
dapat dilakukan dengan public dan mitra perusahaannya.
2.3.2 Strategi pemasaran berdasarkan siklus hidup produk
Dalam melakukan strategi pemasaran penting untuk memperhatikan siklus hidup
produk. Tahapan siklus hidup produk ini ditentukan berdasarkan beberapa fator
yang menunjukan ciri produk kemudian membandingkan hasilnya. Tahapan dalam
siklus hidup produk dapat dilakukan dengan mengidentifikasi status yang termuat
dalam market volume, rate of change of market volume. Menurut Widodo (2018)
terdapat empat tahapan dalam menganalisis siklus hidup produk dengan strategi
sebagai berikut:
a. Introduction (perkenalan)
Pada tahap ini, strategi dilakukan dengan membangun kesadaran mengenai
produk secara luas yang kemudian mendorong konsumen untuk mencoba. Dapat
juga dengan menciptakan permintaan untuk suatu produk baru. Tahap ini produk
didesain dengan model terbatas untuk menghindari kebingungan calon pembeli
dan memudahkan pembeli dalam mengenali ciri-ciri produk secara cepat.
Strategi ini sering dilakukan dengan mengombinasikan harga dan promosi.
Terdapat empat bentuk dalam strategi ini seperti:
1) Strategi peluncuran cepat
Strategi ini dilakukan dengan menetapkan harga tinggi untuk mendapatkan
laba sebanyak mungkin sejalan dengan promosi agar dapat meyakinkan
konsumen mengenai kualitas produk walaupun harga yang ditawarkan mahal.
Cara ini dipakai dalam mempercepat masuknya produk ke pasar. Strategi
dapat berhasil jika sebagian pasar yang dituju belum mengetahu keberadaan
produk sehingga konsumen bersedia membayar pada harga berapapun.
2) Strategi peluncuran lambat
Strategi ini dilakukan dengan menetapkan harga tinggi yang bertujuan
untuk mendapatkan laba maksimal dengan promosi rendah. Hal ini dilakukan
agar biaya pemasaran dapat ditekan. Strategi dapat berhasil jika pasar terbatas
dan sebagian konsumen telah mengetahui produk yang ditawarkan sehingga

9
konsumen tertarik untuk membeli dengan harga tinggi dan saat itu pula
pesaing belum muncul.
3) Strategi penetras cepat
Strategi ini dilakukan dengan menetapkan harga rendah dengan promosi
agresif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penerimaan pasar yang cepat
dan dapat mendapatkan pangsa pasar yang besar. Strategi dapat berhasil jika
pasar luas dan konsumen belum mengetahui adanya produk yang kemudian
konsumen peka dengan harga serta adanya indikasi persaingan yang besar.
4) Strategi penetrasi lambat
Strategi ini dilakukan dengan menetapkan harga rendah yang bertujuan
untuk mendapatkan penerimaan dengan lebih besar dan promosi rendah agar
biaya pemasaran dapat ditekan. Strategi dapat berhasil jika didukung dengan
pasar luas, konsumen mengetahui adanya produk, konsumen peka harga dan
persaingan rendah.
b. Growth (pertumbuhan)
Setelah melalui tahap perkenalan maka dilanjutkan pada tahap pertumbuhan.
Tahap ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Pertumbuhan cepat
Tahap ini ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan karena produk
diterima dan diminta pasar. Tidak semua produk dapat mencapai tahap ini,
namun jika produk dapat mencapai tahap ini maka produk sesuai kebutuhan
konsumen. Pada tahap tersebut akan menarik pesaing dalam memasuki
industry dengan adanya produk tiruan. Sehingga strategi yang perlu dilakukan
yaitu dengan membangun pasar yang kuat dengan meningkatkan mutu
produk dan pemasaran produk diperluas agar dapat menarik segmen pasar
baru.
2) Pertumbuhan lambat
Pada tahap ini, penjualan meningkat dengan pertumbuhan semakin
menurun. Pasar dapat dijangkau karena produk telah digunakan oleh
mayoritas konsumen. Pada kondisi ini perusahaan memperbarui produknya
agar dapat mempertahankan penjualan. Hal ini dilakukan dengan modifikasi
produk agar dapat menyempurnakan model sehingga posisi produk dapat
tetap. Laba yang didapatkan perusahaan semakin menurun karena adanya
persaingan harga. Pesaing juga banyak keluar dari pasar karena menurunnya
keuntungan.
c. Maturity (kedewasaan)
Tahap ini ditandai dengan tercapainya titik tertinggi perusahaan dalam
penjualan. Pada tahap ini terdapat dua strategi yang dapat diterapkan seperti:
1) Strategi bertahan
Strategi ini memiliki tujuan dalam mempertahankan pasar dari pesaing dan
menjaga kelompok produk dari serangan produk subtitusi. Strategi yang dapat

10
dilakukan untuk mendapatkan tambahan penjualan yaitu dengan modifikasi
bauran pemasaran seperti produk, harga, tempat, dan promosi. Dengan
melakukan strategi ini maka dapat menekan biaya produksi dan mengurangi
kelemahan produk.
2) Strategi menyerang
Strategi ini memiliki tujuan dalam mencapai tingkat yang lebih unggul.
Strategi ini dapat dilakukan dengan modifikasi pasar dengan bergabung
dengan non pemakai, mengintensifkan penawaran, dan merebut konsumen
kompetitor. Modifikasi produk dapat dilakukan dengan mengubah
karakteristik produk dan menawarkan manfaat baru dari suatu produk.
d. Decline (penurunan)
Penurunan dalam penjualan ditandai dengan adanya perubahan selera pasar,
produk subtitusi yang lebih diterima konsumen, dan perubahan teknologi. Dalam
mengatasi hal tersebut terdapat alternatif yang berupa:
1) Meningkatkan investasi agar dapat mendominasi persaingan.
2) Mencari manfaat baru dari suatu produk atau mengubah produk.
3) Mencari target pasar baru.
4) Tetap pada tingkat investasi saat ini hingga ketidakpastian dapat teratasi.
5) Mengurangi investasi dengan selektif dengan meninggalkan konsumen yang
kurang loyal tetapi menambah investadi pada konsumen loyal.
6) Harvesting strategy dengan melakukan pengembalian cepat.
7) Menjual asset perusahaan dan meninggalkan bisnis.
2.3.3 Pemasaran dalam perekonomian yang berjalan lambat
Pemasaran adalah suatu aktivitas perekonomian yang dapat menciptakan nilai-
nilai ekonomi dengan menetapkan harga dari suatu barang dan jasa kepada
konsumen. Dalam menciptakan nilai ekonomi terdapat hal-hal seperti produksi
dalam menemukan barang, pemasaran dalam pendistribusian, dan konsumsi dalam
menggunakan barang. Pemasaran sebagai suatu hal yang penting dalam siklus
produk dimana pemasaran membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan akan
barang dan jasa. Pada perekonomian yang lambat, strategi pemasaran perlu
diperhatikan dalam menetapkan strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Strategi pemasaran harus dapat berkembang mengikuti perubahan zaman dan
teknologi agar dapat bersaing dengan kompetitor. Hal ini juga dilakukan agar
produk tetap mendapatkan pasar bagi konsumen. Strategi dalam pemasaran dapat
dibuat lebih up-to-date dan branding produk sesuai dengan pasar yang telah
berkembang. Kegiatan pemasaran berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi
suatu masyarakat bahkan negara. Pemasaran dapat menggerakan sector
perekonomian yang sebelumnya lambat hingga dapat ditingkatkan. Strategi
pemasaran yang lebih terorganisir dapat menjadikan perekonomian lebih stabil dan
menjadi kuat

11
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan akan sulit bersaing jika produk atau jasanya menyerupai produk atau
jasa dari perusahaan lain. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan harus dapat
menghadirkan presepsi positif dari konsumen atau pasar yang ditargetkan. Strategi
pemasaran dibangun berdasarkan STP (segmentasi, target, dan positioning).
Strategi pemasaran adalah suatu alat dasar yang sengaja dirancang dalam mencapai
tujuan perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan dengan rencana pemasaran untuk mencapai target pasar yang dituju.
Untuk mengembangkan perusahaan, perusahaan terlebih dahulu memiliki strategi
marketing yang dimana salah satunya adalah branding positioning. Brand
positioning merupakan suatu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
suatu perusahaan agar perusahaan lebih diingat oleh konsumen dan juga bisa
mendapat tempat khusus dari konsumen atau bisa dikatakan perusahaan
menciptakan kesan unik dari produk yang ditawarkan kepada pelanggan.
3.2 Saran
Saat ini, kondisi pasar pada tingkat persaingan yang semakin ketat dewasa ini,
yaitu dengan semakin banyaknya produk/jasa dengan berbagai jenis merek yang
ditawarkan kepada konsumen. Perbedaan kebutuhan konsumen harus dipahami
perusahaan, sehingga dapat memberikan kepuasan dan konsumen dapat
membedakan produk dengan produk dari perusahaan lain. Mengidentifikasikan
pesaing merupakan langkah awal menyusun kerangka acuan kompetitif. Analisis
pesaing dapat dilakukan dengan analisis SWOT (strenghts, weaknesses,
opportunities, dan Threats) sehingga perusahaan perlu menganalisis dan
mengumpulkan informasi tentang perusahaan pesaingnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ayunda.2020//marketing-manajemen/mengenal-strategi-brand-positioning/
Kompasiana.2019/mengenal-brand-positioning-dan-penerapannya-dalam-umkm
Brunet, J. Colbert, F. Laporte, S. Legoux, R. Lussier, B. Taboubi, S. 2018.
Marketing Management (2nd Ed). Québec: TC Media Books Inc.
Chan, A. 2010. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian
Konsumen: Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Cabang Bandung.
Jurnal administrasi Bisnis. 6(1): 43-58.
Duschek, S. 2004. Inter-firm Resources and Sustained Competitive Advantage.
Managemen Revue. 53-7.
Heriyadi. 2018. Strategi Positioning Dalam Persaingan Bisnis (Points of Difference
dan Pints of Parity. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship,
3(3): 261-271.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid
1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid
2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Margono, M. A. 2009. Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek Produk Minyak
Pelumas Pertamina Prima XP. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Peter, J. Paul. James H. Donelly, Jr. 2015. A Preface To Marketing Management
(14th Ed). New York: McGraw-Hill Education.
Rundh, B. 2003. Rethinking The International Marketing Strategy: New
Dimensions in A Competitive Market. Marketing Intelligence & Planning.
Weerawardena, J., and McColl-Kennedy, J. R. 2002 New Service Development and
Competitive Advantage: A Conceptual Model. Australasian Marketing
Journal (AMJ), 10(1), 13-23.
Widodo, S. (2018). Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Siklus Hidup Produk
(Product Life Cycle ). Kajian Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 4(1), 84–
90.

13

Anda mungkin juga menyukai